Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Rahmawati
Abstrak :
Berbagai aktivitas seperti merokok, memasak dan polutan dari luar rumah berpengaruh terhadap kualitas udara dalam rumah. Hal ini perlu menjadi perhatian karena balita menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam rumah. Terlebih, balita merupakan tahap pertumbuhan yang rentan terhadap gangguan kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan untuk mengestimasi pajanan PM2,5 udara dalam rumah pada balita di wilayah dua kecamatan yaitu Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur dan Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Populasi penelitian adalah seluruh balita di dua wilayah kecamatan. Penentuan sampel menggunakan metode random multistage sampling dengan jumlah sampel untuk Duren Sawit sebanyak 71 rumah tangga dan Natar sebanyak 40 rumah tangga. Sampel lingkungan adalah udara dalam rumah di rumah tangga terpilih kemudian diukur konsentrasi PM2,5. Selain itu dilakukan pengambilan data antropometri balita berupa lama pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Dari perhitungan estimasi risiko didapatkan hasil bahwa tingkat risiko realtime dan lifespan balita di Kecamatan Natar lebih besar dibandingkan Kecamatan Duren Sawit meskipun berdasarkan uji t-test independen tidak terdapat perbedaan tingkat risiko yang bermakna secara statistik (p>0,05). Upaya manajemen risiko yang disarankan ialah dengan mengurangi konsentrasi PM2,5 dalam rumah dengan mengurangi aktivitas merokok di dalam rumah, mengurangi penggunaan obat nyamuk bakar, membuat lubang penghawaan di dapur, dan menanam tanaman di sekitar rumah.
Various activities such as smoking, cooking and outdoor pollutant affect to the indoor air quality. Its to be a concern because toddler spends most of their time in the house. Moreover, the growth stage of toddler is susceptible to health problems. This research use risk assessement analysis method to estimate risk level of PM2,5 exposure in indoor house air on toddler in two sub-district, Duren Sawit, East Jakarta and Natar, South Lampung. Population study is all toddler in two sub-district. Using random multistage sampling with sample size as much as 71 household in Duren Sawit and 40 household in Natar. The environment sample are consentration of PM2,5 in selected household. Anthropometric data are time, frequency, duration of exposure, and weigth collected by interview with toddler’s mother. Risk quotient (RQ) calculation showed that risk level in realtime and lifespan exposure in Natar are greater than Duren Sawit although there was no statistically significant difference based on independent t-test (p>0,05). The best risk management suggested to decrease consentration of PM2,5 in indoor house by reducing smoking activity in the house, reducing the use of mosquito coils, making kitchen ventilation, and planting around the house.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Santi Widya Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Mega Santi Widya PutriProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Pengaruh Konsumsi Susu Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24 Bulan DiKecamatan Duren Sawit Tahun 2018Pendahuluan: Stunting merupakan kekurangan gizi kronis akibat kekurangan asupan zat gizi dalamwaktu yang lama, biasanya diikuti dengan frekuensi sering sakit, yang disebabkan oleh berbagai faktorseperti kurangnya pengasuhan, penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan yang tidak sehat,terbatasnya akses terhadap pangan dan kemiskinan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh konsumsi susu dengan kejadian stunting pada anak balita usia 24 bulan di Kecamatan DurenSawit tahun 2018. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian casecontrol, jumlah sampel penelitian ini adalah 74 orang, pada kelompok kasus 37 anak, dan pada kelompokkontrol 37 anak. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Duren Sawit pada anak balita usia 24 bulan.Hasil: Hasil penelitian analisis bivariat menunjukkan terdapat pengaruh antara konsumsi susu, frekuensiminum susu, jumlah minum susu, mulai minum susu, pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu, penyakitinfeksi, asupan energi, asupan lemak, dan asupan zat besi dengan kejadian stunting. Tidak ditemukanpengaruh pendidikan ayah, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, besar keluarga, riwayat ASI Eksklusif, asupankarbohidrat, dan asupan kalsium dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwakonsumsi susu, penyakit infeksi, dan asupan energi berpengaruh terhadap kejadian stunting dan yangpaling dominan dalam mempengaruhi kejadian stunting adalah konsumsi susu. Kesimpulan: Konsumsisusu memiliki pengaruh dengan kejadian stunting pada anak usia 24 bulan.Kata Kunci :Balita, Stunting, Konsumsi Susu
ABSTRACT
Name Mega Santi Widya PutriStudy Program Public Health SciencesTitle Influence of Milk Consumption with Stunting Event in 24 Month Child inDistrict Duren Sawit East Jakarta Year 2018Introduction Stunting is a chronic malnutrition caused by a lack of long term nutritional intake, usuallyfollowed by frequent frequent illness, caused by factors such as lack of care, impure water use, unhealthyenvironment, limited access to food and poverty . Purpose This study aims to determine the effect ofmilk consumption with the incidence of stunting in children aged 24 months in Kecamatan Duren Sawitin 2018. Method This study is a quantitative study with case control research design, the number ofsamples of this study was 74 people, in case group 37 children, and in the control group of 37 children.This research was conducted in Duren Sawit Subdistrict in children aged 24 months. Results The resultsof bivariate analysis showed that there was influence between milk consumption, milk drinkingfrequency, milk drinking, milk, mother education, mother 39 s nutrition, infectious diseases, energy intake,fat intake, and iron intake with stunting events. No effect of father 39 s education, father 39 s work, mother 39 sjob, family size, history of exclusive breastfeeding, carbohydrate intake, and calcium intake with stuntingevents. The result of multivariate analysis showed that milk consumption, infectious diseases, and energyintake had an effect on stunting event and the most dominant in influencing stunting incidence was milkconsumption. Conclusion Milk consumption has an influence with stunting events in children aged 24months.Key words Toddler, Stunting, Milk Consumption
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ridwan M.O.
Abstrak :
Pemerataan pelayanan kesehatan di tanah air dewasa ini merupakan masalah pokok yang masih dihadapi sektor kesehatan. Aksesibilitas masyarakat masih rendah. Pada penelitian ini dipelajari pola pemanfaatan pelayanan kuratif modern pada balita dan faktor apa yang mempengaruhinya serta sejauh mana fasilitas kesehatan modern telah dimanfaatkan secara merata. Penelitian ini dibatasi pada pemanfaatan pelayanan kuratif modern, balita yang sakit dan di daerah pedesaan Sumatera dengan dasar atau alasan: (l) sejalan dengan upaya pemerintah meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan, (2) balita adalah rawan terhadap kesakitan dan kematian dibandingkan golongan usia lainnya, (3) jumlah penduduk terbesar berada di pedesaan (70 %) dengan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan masih rendah dibandingkan di perkotaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder Susenas 1992 yang telah dikumpulkan secara cross sectional Data kesakitan dikumpulkan secara retrospektif 1 bulan sebelum survei. Unit analisis adalah individu balita dan ciri-ciri kepala keluarganya, dengan besar sampel 1029 responden di 8 propinsi Sumatera. Metode analisis adalah secara univariat melihat distribusi frekuensi, bivariat dengan uji statistik Chi-square dan analisis multivariat dengan regresi logistik. Variabel bebas yang diteliti adalah tingkat pendidikan kepala keluarga, asal keluarga, pemanfaatan media informasi oleh kepala keluarga, pekerjaan kepala keluarga, penghasilan, jarak dan lama sakit. Hasil penelitian menunjukkan 3 variabel yang terbukti berpengaruh pada pemilihan pemanfaatan pelayanan kuratif modern pada balita di pedesaan Sumatera yaitu variabel media informasi, jarak dan lama sakit. Dapat dikatakan dengan mengendalikan variabel lain bahwa: (1) makin baik tingkat pemanfaatan media informasi oleh kepala keluarga maka kecenderungan memilih pemanfaatan pelayanan kuratif modern untuk balitanya makin tinggi; 2) makin jauh jarak ke tempat fasilitas kesehatan terdekat maka kecenderungan memilih pelayanan kuratif modern untuk balitanya makin kecil; 3), makin lama sakit (makin rendah status kesehatan) balita, maka kecenderungan memilih pelayanan kuratif modern makin tinggi, meskipun tidak konsisten. Dari penelitian ini juga dilaporkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal pemilihan pemanfaatan pelayanan kuratif modern pada balita menurut tingkat kemampuan ekonomi keluarga dan ini dapat merupakan petunjuk adanya pemerataan. Hal ini dapat disebabkan daya beli masyarakat telah meningkat, tarif pelayanan di fasilitas kesehatan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat atau kesadaran masyarakat akan kebutuhan pengobatan telah meningkat. Disarankan agar para perencana dan pengelola program lebih memperhatikan mereka yang tingkat pemanfaatan media informasi yang masih kurang, terpencil dari fasilitas kesehatan dan status kesehatan masyarakatnya yang relatif rendah.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryani
Abstrak :
ABSTRAK
Sibling rivalry pada anak toddler adalah kecemburuan toddler terhadap adik kandungnya. Oleh karena itu, pengetahuan ibu sangat penting dalam mengatasi peristiwa sibling rivalry pada anak toddler. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada anak usia toddler di Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Penelitian ini melibatkan 96 ibu yang memiliki anak usia toddler dimana anak usia toddler tersebut mempunyai adik kandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (56,2%) ibu memiliki tingkat pengetahuan baik tentang sibling rivalry. Peneliti menyarankan ibu menggunakan pengetahuannya tentang sibling rivalry untuk mengatasi terjadinya sibling rivalry pada anak toddler.
abstract
Sibling rivalry in toddler is the toddler?s jealous to his younger sibling. Therefore, knowledge of mother is important to handle sibling rivalry in toddler. This study used descriptive quantitative design to identify mother?s knowledge level about sibling rivalry in toddler at Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. This study involved 96 mothers with toddler who has younger sibling. The results showed that the majority (56.2%) mothers had good knowledge about the level of sibling rivalry. Researcher recommended that mothers used their knowledge about sibling rivalry to handle sibling rivalry in toddler.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42789
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Avita Aliza Usfar
Abstrak :
ABSTRACT
Worldwide it is estimated that 1400 million episodes of diarrhea occur annually in children under the age of 5 years. In 1990, over 3 million of such children died. Up to 70% of diarrhea episodes could be due to pathogens transmitted through food (Motarjemi, et. al., 1993). A prospective cohort study was conducted in Kelurahan Kapuk, West Jakarta. The purpose was to identify relationship between food contamination, diarrhea, and nutritional status of children age 6 months to 2 years.

Food samples such as drinking water (DW), rice mixture (RH), and milk formula (ME) consumed by 99 children were tested for contamination of Escherichia coli, total coliform, and total aerobic bacteria (APO). Diarrhea occurrence during 2-weekperiod were noted along with measurements of weight and height.

The results were as follow: 6% DW, 18% RM, and 7% MF were contaminated by faecal coliform; 29% DW, 26% RM, and 46% MF had total coliform below the recommenced guideline values of Health Department and WHO (Depkes, RI 1990, Depkes, RI 1991 & WHO, 1985); as well as 74% DW, 43% RM, and 12% MF for APC. However, no statistical significant relationship was found between food contamination and diarrhea.

Seventeen children suffered diarrhea during the 2-week study period; ranging from 1-6 days with average of 3 days. No persistent diarrhea was found. About half (53%) of the diarrhea children had mild dehydration problem.

Mean x-scores of weight-for-height for the diarrhea children at food sampling and 7 day afterward were (-1.39±1.03) and (-0.62+2 90). Six children were wasted at food sampling day, but only 5 were still wasted at 7th day visit. No statistical significant relationship was found between diarrhea and nutritional status after the disease.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilian Susanti Nova
Abstrak :
Infeksi saluran pernafasan akut didunia menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak usia dibawah lima tahun, dan polusi udara salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada anak balita. Kabupaten Bekasi pola penyakit Puskesmas diurutan pertama adalah penyakit ISPA yaitu 32.50%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pajanan PM10 terhadap kejadian ISPA pada anak balita, serta determinan yang mempengaruhinya seperti kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, kecepatan angin) dan jarak rumah dari industri, kualitas rumah (ventilasi, kepadatan hunian, asap rokok), intake, dan Karakteristik individu (umur, jenis kelamin, status gizi, riwayat imunisasi dan ASI eksklusif). Sampel penelitian ini sebanyak 96 anak balita yang tinggal di Desa Sukadanau Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melakukan analisis data primer, data primer hasil dari wawancara dan pengukuran PM10, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin pada udara ambien pada 8 titik pengukuran dibagi dalam 3 zona. Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi PM10 dari 8 titik memiliki median 173,50 μg/m3. Kejadian ISPA terbanyak adalah anak balita yang bertempat tinggal pada zona 2 yaitu 15 anak balita (46,9%). Dari 14 variabel yang diteliti yang memiliki hubungan yang bermakna adalah ASI Eksklusif terhadap kejadian ISPA pada anak balita dengan nilai p = 0.02, memiliki OR = 3.000 (1.264 – 7.120) yang mempunyai arti anak balita yang tidak diberikan ASI eksklusif mempunyai peluang untuk mengalami kejadian ISPA 3 kali lebih besar dibandingkan dengan anak balita yang diberikan ASI eksklusif. Berdasarkan penelitian ini disarankan, konsentrasi PM10 yang sudah tidak sesuai dengan yang disyaratkan, perlu dilakukan penanganan yang serius dan perlu adanya kerjasama lintas sektor dari Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup dan Pemerintah Kabupaten Bekasi ......Acute respiratory infections all over the world are the main cause of morbidity and mortality for children under five years old, and air pollution is one of the factors that can influence the incidence of ARI in children under five. Bekasi District, the first place of desease pattern in Public health centre is ARI disease, that are 32.50%. This study aims to determine the effect of PM10 exposure on the incidence of ARI in children under five, as well as the determinants that influence it such as environmental conditions (temperature, humidity, wind speed) and the distance from the house from industry, quality of the house (ventilation, occupancy density, cigarette smoke), intake, and individual characteristics (age, sex, nutritional status, history of immunization and exclusive breastfeeding). The sample of this research is 96 children under five who live in Sukadanau Village, Cikarang Barat District, Bekasi Regency. This study used a cross sectional design by analyzing primary data, primary data from interviews and measurements of PM10, temperature, humidity, and wind speed in ambient air at 8 measurement points divided into 3 zones. Based on the measurement results, the PM10 concentration from 8 points has a median of 173.50 μg / m3. The highest incidence of ARI is children under five who live in zone 2, namely 15 children under five (46.9%). Of the 14 variables studied that had a significant relationship were exclusive breastfeeding with the incidence of ARI in children under five with a value of p = 0.02, had OR = 3,000 (1,264 - 7,120) which meant that children under five who were not exclusively breastfed had the opportunity to experience ARI incidence. 3 times greater than children under five who are exclusively breastfed. Based on this research, it is suggested that PM10 concentrations are no longer in accordance with the requirements, serious handling is needed and cross-sector cooperation is needed from the Health Office, the Environment Agency and the Bekasi Regency Government
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Setyaningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu masalah yang tampaknya dari dahulu sampai sekarang tetap menjadi perhatian dunia adalah masalah perkembangan anak. Masalah ini mendapat perhatlan yang begitu besar karena, anak adalah penerus dari apa yang kita keijakan saat ini. Salah satu syarat yang dibutuhkan anak agar dapat menjadi penerus yang bermutu adalah memiliki tingkah laku adaptif yang balk. Heber, dalam Manual AAMD (1973.1977) mengatakan bahwa tingkah laku adaptif adalah the effectiveness or degree with which an individual meets the standards of personal independence and social responsibility for age and cultural group. Tingkah laku adaptif Ini berkaitan dengan 3 prinsip penting, salah satu dlantaranya adalah usia. Oleh karena itu, untuk penelitian ini diadakan pembatasan usia. Usia yang diambil untuk penelitian ini adalah 1-3 tahun, pada saat anak berada pada pehode toddlerhood (Waechter, 1985). Masa ini amat penting bag! pertumbuhan anak karena pada saat ini ia mulal menemukan dirinya sebagai seseorang yang terlepas dari ibunya, mulai menemukan dirinya dan mempunyai sense of self. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar focfd/er dapat mencapal tingkah laku adaptif yang sesuai. Antara lain adalah dengan lingkungan pengasuhan dan kelekatan . Umumnya, pada usia dini, hal ini dipercleh anak melalui hubungan diadik (dyad) anak dengan ibu kemudian berkembang pada keluarga inti. Tetapi, saat ini ada banyak tuntutan baik dari luar maupun dari diri wanita yang menyebabkan wanita harus memalnkan peran ganda, sebagai ibu dan wanita bekerja. Keadaan ini menimbulkan konflik dari ibu pekerja yang terpaksa meninggalkan anaknya di rumah. Ada beberapa alternatif pengasuhan yang dapat dipilih oleh para ibu ini. Yang pertama adalah dengan menyewa tenaga perigasuh. Plllhan lain, yang sedang berkembang saat ini adalah dengan menitipkan anak pada Tempat Penitipan Anak (TPA). Tampaknya TPA Ini dapat menjadi alternatif lingkungan pengasuhan bagi anak. Cohen & Bagshaw (1973) berkata bahwa anak yang dititipkan di TPA secara umum leblh outgoing, percaya diti, spontan dan socialy competent. Masalahnya, benarkah TPA di Jakarta ini dapat memberikan apa yang dijanjikan. Leblh baik dari apa yang dapat diberikan oleh seorang pengasuh ? Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan dalam tingkah laku adaptif antara anak-anak usia 1-3 tahun yang dititipkan di TPA dan yang diasuh di rumah oleh pengasuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana TPA berpengaruh terhadap perkembangan tingkah laku adaptif anak. Sedangkan manfaatnya adalah untuk membantu para ibu dalam menentukan plllhan pengasuh pengganti. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mendatangi 6 buah TPA di Jakarta dan keluarga yang mempunyai anak berusia 1-3 tahun dengan ibu bekerja. Pemilihan Subyek dilakukan secara non probability sampling, tipe purposive sampling. Artinya sampel dipilih karena memiliki karakteristik khusus atau dapat menyediakan Informasi yang paling berguna bag! penelitian (Shaughnessy, 1990). Karakteristiknya adalah sebagai berikut; usia anak (1-3 tahun), usia orang tua, pendidikan orang tua (minimal SMA), pekerjaan orang tua dan status sosial ekonomi. Subyek akan dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah anak yang dititipkan di TPA sedangkan kelompok kedua adalah anak-anak yang diasuh di rumah oleh pengasuh. Pada kedua kelompok tad! diberikan 2 macam alat ukur, yaitu Home Observation for Measurement of the Environmet (HOME), yang mengukur stimulasi lingkungan pengasuhan rumah dan Vineland Adaptive Behavior Scale (VABS), yang mengukur tingkat tingkah laku adaptif anak. Perbandingan dilakukan dengan membandingkan jumlah skor kedua kelompok tersebut. Pengambilan data ini dilakukan dengan observasi dan wawancara semi berstruktur. HOME perlu diberikan karena lingkungan pengasuhan rumah mempunyai peranan penting bagi perkembangan tingkah laku adaptif anak sehingga peranannya tidak dapat diabaikan. Lingkungan pengasuhan ini juga terdiri dari variabel yang besar jumlahnya. Oleh karena itulah, HOME dipakai sebagai kontrol statistik sebagai variabel konkomitan. Secara lebih jelas, variabel-variabel dalam penelitian ini adalah tingkah laku adaptif anak sebagai variabel dependen, keanggotaan anak pada TPA sebagai variabel independen dan stimulasi lingkungan rumah sebagai variabel konkomitan. Hipotesa yang digunakan adalah : HI = Ada perbedaan yang signifikan dalam tingkah laku adaptif anak-anak usia 1-3 tahun yang dititipkan di TPA dengan yang dirawat di rumah. HO = Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkah laku adaptif anak-anak usia 1-3 tahun yang dititipkan di TPA dengan yang dirawat di rumah. Perhitungan statistik yang digunakan adalah Ancovar dan bila HI terbukti, diadakan perhitungan Z score untuk melihat mana dari keempat ranah yang dimiliki VABS yang paling membedakan tingkah laku adaptif anak-anak TPA dengan non TPA. Perhitungan statistik ini dilakukan dengan bantuan program SPSSWin Ver. 6.0 for Windows. Dengan level signifikansi 0.05. Dari hasil perhitungan statistik tersebut ditemukan bahwa memang ada perbedaan yang signifikan dalam tingkah laku adaptif anak-anak usia 1-3 tahun yang dititipkan di TPA dengan yang dirawat di rumah. Berarti H1 diterima dan HO ditolak. Jadi anak TPA mempunyai tingkah laku adaptif yang lebih balk dibandingkan dengan anak non TPA. Ditemukan juga bahwa tidak ada satu kemampuan dari keempat ranah VABS yang lebih menonjol dari yang lainnya. Berarti kemampuan anak TPA dalam keempat ranah ini hampir seimbang, tidak ada satu yang lebih baik dari pada yang lainnya. Sedangkan penawaran penjelasan mengenai hasil yang diperoleh, kelemahan dan kesulitan dalam penelitian ini serta saran-saran yang dapat memperbaiki hasil penelitian ditulis pada bab terakhir, yaitu Kesimpulan, Diskusi dan Saran.
1997
S2740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Ranto Rajadoli
Abstrak :
Hubungan Perilaku Sehat Ibu Terhadap Kejadian Diae Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Utara Tahun 2017Pada tahun 2015, jumlah kasus diare yang terjadi di Kota Bogor terdapat sebanyak 27.289 kasus. Kejadian diare di Kecamatan Bogor Utara sebesar 5.530 kasus. Kecamatan Bogor Utara merupakan kecamatan dengan jumlah kasus diare tertinggi se-Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi, faktor perilaku dan faktor lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional. Sebanyak 97 ibu yang memiliki anak balita diwawancari sebagai sampel penelitian menggunakan kuesioner. Sampel diambil pada 4 RW di Kelurahan Tanah Baru, dengan menggunakan teknik quota sampling. Analisis dilakukan untuk menilai kejadian diare, faktor sosial ekonomi, faktor perilaku dan faktor lingkungan.Ditemukan sebesar 37,1 kejadian diare di wilayah puskesmas Bogor Utara. Hasil analisis diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara perilaku cuci tangan, kepemilikan jamban, sarana sumber air bersih dan sarana pembuangan air limbah dengan kejadian diare.
Relationship of Healthy Behavior of Mother Towards Diarrhea Occurrence at Toddler Children Under Five In Work Area of Puskesmas Bogor Utara 2017In 2015, the number of cases of diarrhea that occurred in the city of Bogor there were 27,289 cases. While the incidence of diarrhea in North Bogor District amounted to 5,530 cases. North Bogor Sub district is the highest number of cases of diarrhea in Bogor City. Study aim is to determine the relationship between socioeconomic factors, behavioral factors and environmental factors with the incidence of diarrhea an children under five years old in the work area of Puskesmas Bogor Utara. This study used cross sectional design. A total of 97 mothers with toddlers were interviewed as research samples using a questionnaire. Samples were taken at 4 RW in Tanah Baru Urban Village, using quota sampling technique. This study used primary data taken using a questionnaire to assess the incidence of diarrhea, socioeconomic factors and behavioral factors.This and found 37.1 of chause got diarrhea in the area of Puskesmas Bogor Utara. The result show statistically significant a relationship between handwashing behavior, latrine ownership, clean water source and treatment of waste water disposal facility with diarrhea occurrence.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Chairuni
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3638
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Ariyani
Abstrak :
ABSTRAK
Masyarakat perkotaan merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah kesehatan, diantaranya adalah gizi kurang pada balita. Upaya untuk menangani masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat perkotaan dapat dilakukan dengan pendekatan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan. Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk menggambarkan hasil intervensi yang dilakukan pada keluarga di perkotaan dengan masalah gizi kurang pada balita. Perawat berperan mengatasi masalah gizi kurang pada balita dengan melakukan asuhan keperawatan keluarga yang difokuskan pada pemenuhan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi diberikan pada keluarga di Kelurahan Curug, Depok. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah penyusunan jadwal makan dengan menu seimbang. Tujuan intervensi adalah meningkatkan status gizi balita. Intervensi dilakukan dengan memberikan edukasi tentang pentingnya pemenuhan nutrisi balita dan melatih ibu menyusun jadwal makan anak dengan menu seimbang. Intervensi dilakukan selama kurang lebih 6 minggu dengan hasil peningkatan berat badan dan status gizi balita meningkat.
ABSTRACT
Urban people are community population that susceptible to get health problem, for example undernutrition for underfive year children. Solution to solve urban problems with urban community health nursing rsquo s approach. This scientific paper is described the result of intervention to family with undernutrition for underfive yearchildren, especially toddler. Nurse superintend a family that have a underfive children with undernutrition using nursing care, the intervention is focus on fulfillment five family health task. Intervention are given to family at Curug district, Depok. The intervention is arrange toddler rsquo s eating schedule using balanced nutrient diet. Nurse gave education about how important fulfillment toddler nutrition and train mother to arrange schedule of toddler rsquo s eating with balanced nutrient composition. The goal of that intervention is to increase toddler rsquo s nutrient statue. The intervention are given in 6 weeks, and the result is toddler rsquo s body weight and statue increased.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>