Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasiyanna Syarain
"ABSTRAK
Penelitian jenis-jenis tikus dan penyebarannya di Kebun Binatang Ragunan Jakarta dilakukan pada minggu ketiga dan keempat bulan September 1985. Lokasi penelitian di areal KBR terdiri dari 6 tipe habitat yang berbeda keadaan vegetasintanya. Jenis-jenis tikus yang berhasil ditangkap terdiri dari Rattus tiomanicus. R. exulans. R. norvegicus, dan Banticota indica. Penyebaran kelima tikus tersebut sesuai dengan kekhasan habitat masing-masing. R. tiomanicus menyebar di hampir keenam tipe habitat, kecuali tipe habitat kandang tertutup. R. r. diardi menyebar di sekitar pemukiman, R. exulans menyebar di kandang terbuka dan padang rumput, semak, serta hutan buatan. R. norvegicus hanya terdapat di pemukiman, sedang B. indica menyebar di pemukiman, kandang tertutup, serta kandang terbuka dan padang rumput. Indeks Kesamaan Komunitas yang disusun dalam diagram Trellis menunjukkan bahwa tipe-tipe habitat kandang terbuka dan padang rumput, semak dan hutan buatan mempunyai kesamaan komunitas tikus dengan keanekaragaman jenis yang hampir serupa. Asosiasi interspesifik di antara jenis-jenis tikus ternyata negatif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanti Taher
"ABSTRAK
Tikus dikenal sebagai hewan yang merugikan, antara lain sebagai penyebar beberapa macam penyakit menular misalnya pes, demam semak, dan lain-lain. Penyakit menular ini umumnya dibawa oleh Arthropoda ektoparasit yang menempel pada badan tikus.
Mengingat hal tersebut, maka telah diadakan penelitian untuk mengetahui jenis-jenis tikus dan ektoparasitnya di daerah sekitar kampus UI, Depok pada bulan Juli--September 1988.
Tikus-tikus yang tertangkap dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasikan, selanjjtnya tikus disisir untuk mengetahui ektoparasitnya.
Pada penelitian ini diperoleh 35 ekor tikus yang terdiri dari rattus norvegicus (21 ekor), rattus tiomani (7 ekor), Rattus rattus diardii (4 ekor), Rattus argentiventer (2 ekor), dan Rattus exulans (1 ekor). Ektoparasit yang ditemukan pada tikus-tikus tersebut adalah pinjal Xemopsylla cheopis, kutu Hoplpleura pacifica, tungau Laelaps Nuttalli, dan Laelaps echidinus serta larva tungau Gahrliepia sp."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochman Isdiyanto
"ABSTRAK
Telah diketahui bahwa panas pada suhu yang lebih tinggi daipada suhu tubuh, apa pun bentuk dan sumber panas itu berasal, dapat bersifat antifertilitas terhadap mamalia jantan, khusunya pada individu yang mempunyai testis tersimpan di dalam skrotum. Dalam penelitian ini dilakukan efek pemanasan terhadap testis tikus (Rattus norvegicus L.) strain LMR. Tikus jantan dewasa sebanyak 48 ekor, umur 4-5 bulan dan berat badan 210-265 gram, dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok I, kontrol tanpa dibius (K); Kelompok II, kontrol yang dibius selama 15 menit (Kb); Kelompok III, skrotum berisi testis direndam dalam air bersuhu 45 0C selama 15 menit (E2). Setelah berlangsung 2 siklus spermatogenesis (104 hari) sejak perlakuan diberikan, tikus dibedah untuk diamati spermatozoanya. Efek antifertilitas dapat diketahui dengan menghitung jumlah persentase viabilitas dan morfologi spermatozoa abnormal yang berasal dari vas deferens. Hasil uji dari statistik yang diperoleh, efek perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara K, Kb,E1 dan E2 masing-masing terhadap viabilitas dan morfologi spermatozoa abnormal."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Rahma
"Fenomena stres oksidatif berperan dalam berbagai patogenesis penyakit termasuk infertilitas pada pria. Meningkatnya peroksidasi lipid pada membran sel spermatozoa menyebabkan penurunan kualitas sperma. Tingkat kerusakan sel akibat stress oksidatif dapat diukur dengan kadar malondialdehid (MDA). Bekatul merupakan hasil samping proses penggilingan padi yang diketahui memiliki kandungan antioksidan; vitamin E dan oryzanol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bekatul terhadap kadar MDA testis tikus yang diinduksi CCl4. Dua puluh empat sampel tikus dibagi ke dalam 6 kelompok; kontrol (K), bekatul 200 mg/kg BB (P1), bekatul 400 mg/kg BB (P2), CCl4 (P3), 200 mg/kg BB+ CCl4 (P4), dan 400 mg/kg BB+CCl4 (P5). Tikus diadaptasi selama 7 hari. Pemberian bekatul pada kelompok P1, P2, P4, dan P5 dilakukan selama 8 hari setelah adaptasi. Sedangkan induksi CCl4 0,55mg/kg BB pada kelompok P3, P4, dan P5 dilakukan pada hari ke 9-11. Pemberian CCl4 pada kelompok P3 menghasilkan kadar MDA yang lebih tinggi bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,028). Pemberian bekatul pada kelompok P2 menunjukkan kadar MDA yang lebih rendah bermakna dibandingkan kontrol (p=0,046). Kadar MDA yang lebih rendah secara signifikan juga terlihat pada kelompok P4 dan P5 dibandingkan kelompok P3 dengan nillai p berturut-turut 0,037 dan 0,005.
Hasil penelitian menunjukkan pemberian bekatul dapat menghasilkan kadar MDA yang lebih rendah pada testis tikus yang diinduksi CCl4. Ini membuktikan potensi bekatul sebagai agen protektif terhadap peroksidasi lipid pada jaringan testis tikus.

The phenomenon of oxidative stress involves in pathogenesis of several diseases including infertility in men. High lipid peroxidation on membrane of spermatozoa decreases sperm quality. Cell damage caused by oxidative stress can be measured with malondialdehyde (MDA). Rice bran as a byproduct of the rice milling process is known to have antioxidant properties;vitamin E and oryzanol.
This research aimed at evaluating the effect of rice bran on MDA level in rat?s testes induced by CCl4. Twenty four male Sprague dawley rats were divided into six groups; Untreated (K), rice bran 200 mg/kg BW (P1), rice bran 400 mg/kg BW (P2), CCl4 (P3), rice bran 200 mg/kg BW+ CCl4 (P4), and rice bran 400 mg/kg BW+ CCl4 (P5). Rats were adapted on 7 days. Group P1, P2, P4, and P5 were administered with rice bran on 8 days after adaptation. Group P3, P4, and P5 were administered with CCl4 0,55mg/kg BW from day 9-11. Administration of CCl4 on group P3 caused a greater MDA level compared to the untreated group (p=0.028). Administration of rice bran on group P2 showed a lower MDA level compared to the untreated group (p=0.046). The MDA levels of group P4 and P5 were also significantly lower compared to group P3 with p value consecutively 0.037 and 0.005.
This study shows that the administration of rice bran results in a lower MDA level in rat?s testis induced by CCl4. It proves the potency of rice bran as protective agent against lipid peroxidation in rat?s testes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karim Susanto
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Monosodium glutamat merupakan penyedap makanan dan dipakai sebagai wahana/ pembawa vitamin A. MSG dapat menyebabkan kerusakan pada nukleus hipotalamus, khususnya pada hewan muda. Beratnya kerusakan tergantung pada dosis dan umur, makin muda makin mudah terjadi kerusakan. MSG dapat melalui plasenta, dan hat ini kemungkinan dapat menyebabkan kelainan pada neonatus yang dilahirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan histologik neuron hipotalamus neonatus tikus yang induknya diberi monosodium glutamat selama gestasi. 24 tikus putih betina dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing 6 ekor, dan dikawinkan. Setelah ada tanda gestasi, masing-masing diberi MSG secara intubasi esofagus. Kelompok I sebagai kontrol, kelompok II diberi MSG 2400 mg/kgBB/hari, kelompok III 4800 mg dan kelompok IV 9600 mg. Semua neonatus yang dilahirkan setelah 5 hari kemudian dimatikan. Dibuat sediaan potong 5 melalui hipotalamus secara sari, masing-masing neonatus 24 sediaan dan di warnai HE; sel neuron hipotalamus sekitar ventrikel 3 dinilai secara kualitatif.
Hasil dan kesimpulan: Pada kelompok I 34 ekor neonatus tikus dan kelompok II 31 ekor tidak ditemukan kelainan pada neuron hipotalamus. Kelompok III, 6 ekor tanpa kelainan dan 7 ekor memperlihatkan edema intraseluler. 30 ekor dari kelompok III, dan seluruhnya 34 ekor dari kelompok IV memperlihatkan edema intraseluler dan/atau inti sel neuron piknotik.
MSG yang diberikan secara intubasi esofagus dengan dosis 2400 mg/kgBB/hari pada induk tikus selama gestasi tidak menimbulkan kerusakan pada neuron hipotalamus neonatus yang dilahirkan. MSG dengan dosis 4800 mg mengakibatkan kerusakan pada neuron hipotalamus dalam derajat yang berbeda, dan dosis 9600 mg menimbulkan kerusakan neuron hipotalamus pada semua neonatus.

Scope and Method of Study: Monosodium glutamate MSG) is used as food additive and as a carrier for vitamin A fortification. It might induce lesions on the hypo-thalamic neuron, especially in infant animals, the incidence and severity varied according to the dosage and age. Young animals were more susceptible than old ones. MSG can be carried via placenta, therefore this may cause changes on newborn rats.
This study was carried out to indicate whether there are disturbances on hypothalamic neuron of newborn rats whose mothers were given MSG orally during gestation. 24 white female rats were divided into 4 groups. After gestation, MSG was given orally with intubations esophagus. The control group (group I), groups treated with 2400 mg/kgBW/day (group II), 4800 mg {group III) and 9600 mg (group IV). Five days after all the neonatus were born then killed, part of the hypothalamic were made. Serial sections were made and stained routinely with hematoxylin-eosin. Qualitative evaluation of neuronal damage of the nuclei in the hypothalamic region around the third ventricle were carried out.
Findings and Conclusions: In the control group (34 litters) and group II (31 litters) no histological abnormalities on the hypothalamic neuron were found. In group III, 6 showed no abnormalities and 7 showed intracellular edema. 30 litters of group III and all 34 of group IV showed intracellular edema and pycnotic neuronal nuclei.
MSG given orally in dosage of 2400 mg/kgBW/day to female rats during gestation produce healthy litters which showed no histological damage to neuronal cells in the hypothalamic region. However, with a dosage of 4800 mg/kgBW/day and 9600 mg/kgBW/day damage was seen at variable degrees in neuronal cells in the hypothalamic region.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Keladi tikus merupakan tanaman herbal berbatang basah dari famili araceace. Tanaman tumbuh liar pada tempat agak terlindung cahaya matahari dengan ketinggian 1-300 m do atas permukaan laut ( Essai Indonesia 1986). Secara konvensional, tanaman ini diperbanyak secara vegetatif dengan pemisahan umbi...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Parameita Kresnawardhani
"ABSTRACT
Tikus merupakan salah satu induk semang 'reservoi:r' dari suatu golongan endoparasit, yaitu Helminthes (.cacing). Dengan meningkatnya jumlah penemuan penyakit manusia yang dapat ditularkan oleh tiklus (rat-borne human diseases), maka penelitian mengenai cacing parasit yang terdapat pada. tikus semakin banyak dilakukan. Dalam penelitian ini tikus diperoleh dari hasil penangkapan di beberapa tempat di sekitar Kampus UI, Depok dalam bulan juli - September 1988 selama 23 hari penangkapan. Setelah dilakukan identifikasi terhadap jenisjenis tikus yang tertangkap, selanjutnya dilakukan pembedahan untuk memperoleh cacing parasit yang terdapat di dalam saluran pencernaannya. Cacing parasit yang diperoleh kemudian diidentifikasi. Identifikasi cacing parasit ini didukung oleh pembuatan preparat. Dari penelitian pendahuluan ini diperoleh hasil bahwa tikus-tikus yang tertangkap terdiri dari jenis R. norvegicus, R. r. diardi, R. tiomanicus, R. exulans, dan R. argentiventer. Sedan.91can cacing parasit yang diperoleh terdiri dari jenis Rictularia sp. dan Viktorocara sp. dari Kelas Phasmidia, sertaRaillietina sp. dan strobilocercus (larva) Taenia taeniae.^ormis dari Kelas Cestoda."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Kartika Komara
"Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh infusa daun sukun (Artocarpus altilis) terhadap kadar bilirubin serum tikus putih yang diinduksi CCl4. Pengambilan darah tikus dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu sebelum perlakuan, setelah induksi CCl4, dan satu jam setelah pemberian infusa daun sukun. Kadar bilirubin yang diukur untuk penelitian adalah bilirubin total dan bilirubin direct. Tiga puluh ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal (KK1), kelompok kontrol perlakuan yang diinduksi CCl4 (KK2), dan kelompok perlakuan yang diinduksi CCl4 dan infusa daun sukun dengan dosis 2,7 g/kg BB tikus; 5,4 g/kg BB tikus; dan 10,8 g/kg BB tikus (KP1, KP2, dan KP3). Bahan uji diberikan sebanyak 4 kali dalam kurun waktu 48 jam. Hasil uji anava (P<0,05) pada pengambilan darah yang terkahir menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian infusa daun sukun terhadap rerata kadar bilirubin total dan direct pada semua kelompok perlakuan. Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa dosis 10,8 g/kg BB tikus dapat menurunkan rerata kadar bilirubin total (0,56 mg/dL) dan direct (0,47 mg/dL) yang paling optimum hingga mendekati dosis pada kontrol normal.

The present of study was done to determine the effects of breadfruit leaf infusion intake on serum biliribun level in male Sprague Dawley rat which induced by CCl4. Bilirubin levels were measured for 3 times, before treatment, 12 hours after CCl4- induced, and one hour after the last intake of breadfruit leaf infusion. The level of bilirubin serum which measured for this research are total bilirubin and direct bilirubin. Thirty male of rats were divided into 5 groups, consisting of normal control group (KK1), treatmant control group which induced by CCl4 (KK2), and treatmant group which induced by CCl4 and administrated with 3 doses of bread fruit infusion; 2,7 g/kg bw; 5,4 g/kg bw, and 10,8 g/kg bw (KP1, KP2, and KP3) respectively. Infusion of breadfruit leaf was given orally and administrated for four times in 48 hours. Anava test (P>0,05) shows that infusion of breadfruit leaf have an effect to total bilirubin and direct bilirubin in all three doses groups. Dose of 10,8 g/kg bw can decrease the rate of total bilirubin (0,56 mg/dL) and direct bilirubin (0,47 mg/dL) near to normal level in normal control group. Its conclude that administration of breadfruit leaf infusion have an optimum dose at 10,8 g/kg bw.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S63586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arip Sriyanto
"WHO menyatakan bahwa penyebaran leptospirosis di dunia meluas terutama pada daerah dengan iklim tropis dan sub tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Tikus sebagai binatang yang dekat keberadaannya dengan manusia merupakan sumber penularan leptospirosis yang ada di Indonesia. Kejadian leptospirosis di Kabupaten Bantul dari tahun 2012 sampai tahun 2015 selalu menduduki rangking tertinggi apabila dibandingkan dengan kabupaten lain. Disamping tingginya angka kesakitan, angka kematian penderita leptospirosis di Kabupaten Bantul juga relatif tinggi bila dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor lingkungan dan individu yang berisiko terhadap kejadian leptospirosis di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2016 dengan menggunakan desain case control. Sampel penelitian menggunakan data penderita leptospirosis di Kabupaten Bantul dari bulan Januari-Mei 2016.
Penelitian ini difokuskan pada faktor risiko lingkungan serta faktor individu. Jumlah penderita yang ditemukan/dilaporkan pada periode bulan Januari sampai dengan Mei 2016 sebanyak 34 kasus. Faktor yang berhubungan dengan kejadian Leptospirosis di Kabupaten Bantul Pekerjaan (nilai p=0,001; OR=7,35; CI 95%=2,290-23,571), dan Perilaku (nilai p=0,028; OR=3,43; CI 95%=1,255-9,370), Perawatan luka (nilai p=0,014; OR=3,97; CI 95%=1,426-11,040), Pengetahuan (nilai p=0,015; OR=3,83; CI 95%=1,403-10,477) Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian leptospirosis adalah faktor pekerjaan, faktor perilaku, perawatan luka dan pengetahuan.

WHO stated that the spread of leptospirosis in the world extends mainly in regions with tropical and sub tropical climates where rainfall is high. Mice as the animals close to the human existence is a source of leptospirosis of transmission in Indonesia. The incidence of leptospirosis in Bantul District from 2012 to 2015 always ranks highest when compared with other districts. Besides the high morbidity, mortality rate of patients with leptospirosis in Bantul also relatively high when compared with other r districts in the province of Yogyakarta.
The purpose of this study was to determine the relationship between environment and individuals at risk of incidence of leptospirosis in Bantul district of Yogyakarta Special Province in 2016 using case control design. Sample research using data leptospirosis patients in Bantul district of the month from January to May 2016.
The study focused on environmental risk factors as well as individual factors. The number of cases detected / reported in the period January to May 2016 as many as 34 cases. Factors associated with the incidence of leptospirosis in Bantul District occupational (p = 0.001; OR = 7.35; 95% CI = 2.290 to 23.571), behavior (p = 0.028; OR = 3.43; 95% CI = 1.255 to 9.370), wound care (value p = 0.014; OR = 3.97; 95% CI = 1.426 to 11.040), and knowledge (p = 0.015; OR = 3.83; 95% CI = 1.403 to 10.477). This study concluded that the factors associated with the incidence of leptospirosis is a occupational, behavior, wound care and knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Indra Dewi
"Tikus merupakan salah satu binatang yang bisa menularkan penyakit. Berbagai  macam pengendalian tikus dilakukan oleh masyarakat. Salah satu cara pengendaliannya menggunakan kapur barus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kapur barus terhadap konsumsi pakan tikus Rattus norvegicus galur wistar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan kapur barus yang diletakkan berdekatan dengan tempat makan tikus yang kemudian dilihat rata-rata konsumsi pakan selama tiga hari. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan penggunaan kapur barus terhadap tikus. Hal ini dikarenakan kapur barus yang berupa padatan bersifat lebih sulit atau menguap pada area terbuka sehingga tidak terlalu menyengat indra  penciuman tikus.

Rats are animals that can transmit diseases. Various kinds of rat control are carried out by the community. One way to control it uses moth balls. This study aims to determine the effect of camphor on consumption of  Rattus norvegicus wistar strain rats feed. This type of research is a quasi experimental study using mothballs which are placed adjacent to a rat's place to eat and then see the average feed consumption for three days. The results of this study showed that there was no difference in the use of moth balls on rat. This is because moth balls in the form of solids are more difficult or evaporate in an open area so they do not overpower the rat's sense of smell."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>