Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruslan Ependi
Abstrak :
Tesis ini mengenai pelanggaran hukum berkenaan dengan bisnis benang tenun dan industri tekstil yaitu kejahatan korporasi di bidang perpajakan yang dilakukan oleh pabrik benang dan kejahatan sebagaimana dimaksud dalam KUI-IP oleh pabrik tekstil, pencelupan dan pedagang benang di Majalaya. Besarnya permintaan pasar terhadap benang dalam sektor industri tesktil, mengakibatkan kemunculan benang ilegal dan menjadi mantap karena adanya jaringan kejahatan, tingkat harga benang ilegal lebih murah dibanding benang resmi sehingga permintaan benang ilegal sangat tinggi, merupakan faktor-faktor yang saling terkait, yang menyebabkan teijadinya perdagangan benang secara ilegal. Perdagangan benang ilegal tetap ada dan sulit diberantas, karena adanya tindak kriminal oleh petugas kepolisian yang bertindak atas nama tugas-tugas kepolisian untuk kepentingan did mereka sendiri, tidak untuk penegakkan hukum terhadap pelanggaran hukum berkenaan dengan bisnis benang tenun dan industri tekstil. Pihak-pihak yang disadari atau tidak, telah membentuk suatu jaringanjaringan kejahatan dan jaringan sosial. Jaringan-jaringan kejahatan terdiri dari jaringan pencuri, penadahl perantara, dan pedagang benang, sedangkan anggota jaringan sosial ini meliputi pars karyawan pabrik, para pedagang, PKL, supir angkot, kusir delman, tukang becak, tukang ojek, pengrajin tekstil, dan kelompok warga masyarakat tertentu. Jaringan sosial ini terbentuk karena adanya rasa saling membutuhkan, memperoleh manfaat dan keuntungan yang bersifat material. Masalah penelitian dalam tesis ini adalah jaringan jaringan perdagangan benang ilegal di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung, yang terdiri dari jaringan pabrik benang (patal), jaringan pencuri, jaringan pedagang/perantara (penadah), jaringan pencelupan, jaringan pembeli (pabrik tekstil), dan jaringan polisi, yang kesemuanya itu merupakan sebuah sistem mata rantai dalam perdagangan benang ilegal. Hasil penelitian ini menemukan bukti adanya kejahatan korporasi di bidang perpajakan sesuai dengan UU No 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPN.BM, pada kegiatan perdagangan benang yang dilakukan oleh pabrik benang dan kejahatan sebagaimana dimaksud dalam KUHP oleh beberapa pabrik tekstil, pencelupan dan pedagang benang di Majalaya. Penelitian ini juga menemukan bukti telah terjadi tindak kriminal oleh petugas kepolisian yang bertindak atas nama tugas-tugas kepolisian untuk kepentingan diri mereka sendiri, tidak untuk penegakkan hukum terhadap pelanggaran hukum berkenaan dengan bisnis benang tenun dan industri tekstil. Tindak kriminal petugas kepolisian merupakan tindakan yang menyimpang dalam bentuk korupsi dan kolusi, yang pada akhirnya Iebih menguntungkan pejabat birokrasi secara berjenjang ke atas. Hal ini disebabkan oleh semakin besar kewenangan yang dimilikinya. Kerawanan yang timbul adalah jika bawahan sebagai pelaksana merasa gajilpendapatan yang didapat kurang, is akan mencari tambahan dengan menumpang apa yang diperintahkan pimpinannya dalam korupsi dan kolusi, sehingga menjadi suatu "kerakusan". Perdagangan benang ilegal, bagi sebagian pabrik sangat menguntungkan karena harga benang ilegal sangat murah sehingga dapat mengurangi ongkos produksi, dan keuntungan yang di dapat semakin besar, akan tetapi bagi sebagian pabrik sangat merugikan, karena merusak harga pasaran benang dan persaingan harga jual produksi, karena pabrik yang memproduksi dengan menggunakan bahan baku benang ilegal, dapat dipastikan akan menjual basil produksinya di bawah harga pasaran. Maka, implikasi dari tesis ini, adalah perlunya upaya penegakkan hokum pleb petugas kepolisian terhadap perdagangan benang ilegal ini, dan menempatkan polisi pada fungsinya yang menuntut kemampuan profesionalisme, untuk dapat mengatasi dan meredamnya secara tepat. Perlunya mekanisme kontrol terhadap tindakan diskresi yang dilakukan oleh petugas polisi dan upaya penegakkan hukum oleh petugas kepolisian, sehingga diharapkan kejahatan dalam perdagangan benang ilegal dapat dicegah dan diatasi serta ditanggulangi. Tindakan kriminal petugas kepolisian merupakan pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Polri yang harus diselesaikan oleh Komisi Kode Etik Polri untuk dipertanggungjawabkan oleh setiap pejabat kepolisian, atas pelaksanaan tugas secara hukum dan teknis profesi. Hal ini dimaksudkan untuk pemuliaan profesi kepolisian dan hasilnya dapat menjadi pertimbangan, bagi atasan yang berwenang menghukum maupun bagi pengadilan sesuai peraturan perundangundangan.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Dewanto
Abstrak :
Perkembangan industri yang pesat dan persaingan yang semakin sengit dan berubah dengan sangat cepat mcnyebabkan, banyak perusahaan ntanufaktur berkerja keras untuk tetap berusaha dalam meningkatkan produksi yang lebih efektif dan efisien. Keadaan ini akan menimbulkan usaha-usaha untuk menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan namun tetap dapat menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan sesuai dengan keinginan dan harapan pelanggan. Salah satu cara untuk menekan biaya produksi tersebut adalah usaha untuk mengurangi produk cacat atau produk yang keluar dari spesifikasi pelanggan. Dengan kata lain, kualitas yang baik menjadi suatu kunci sukses untuk tetap bertahan dalam persaingan bisnis. Demikian juga bagi PT Branta Mulia Teijin Indonesia sebagai produsen dan pemasok benang poliester atauu bahan baku pembuatan ban membutuhkan suatu strategi operasi dalam peningkatan kualitas agar tetap dapat bertahan di persaingan dunia bisnis yang semakin kompetitif. Permasalahannya sekarang adalah PT Branta Mulia Teijin Indonesia masih menernukan terjadinya abnormalitas pada produk yang dihasilkan yaitu benang cacat secara fisik dan kualitas benang yang keluar dari spesifikasinya. Berlatar belakang permasalahan tersebut maka Penulis ingin menyampaikan suatu paparan penelitian tentang pengendalian kualitas dengan Metodologi Six Sigma untuk dapat diterapkan di PT Branta Mulia Teijin Indonesia sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Six Sigma adalah salah satu strategi operasi yang menitikberatkan pada fokus kegiatan atau proses usaha pada penciptaan produk yang mendekati sempurna. Penekanan utama dalam implementasi Six Sigma adalah mutlaknya pengukuran karena tanpa adanya pengukuran terhadap kualitas maka program Six Sigma akan menjadi sia-sia dan akan tenggelam menjadi sebuah slogan manajemen biasa. Penelitian yang dilakukan di dalam Karya Akhir ini adalah mencoba menerapkan Metodologi Six Sigma melalui pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improvement, Control). Pendekatan tersebut sangat berguna dilakukan bagi perusahaan karena secara runtun dan sistematis diuraikan mengenai pendefinisian masalah, pengukuran kualitas yang sudah dicapai, mcnganalisa pennasalahan dan memperbaiki masalah kemudian melakukan kontrol terhadap hasil yang sudah dicapai. Dari analisa yang dilakukan didapat suatu informasi yang sangat berguna bagi perusahaan mengenai pemecahan masalah abnormalitas benang poliester yang sedang terjadi melalui pendekatan DMAIC. Pada fase pendefinisian ditemukan masalah benang cacat pada kualitas properti benang dan fisik benang. Dari hasil identifikasi ditemukan bahwa masalah kualitas properti benang yang menjadi vital few adalah kualitas tenacity, oil pick up dan shrinkage dengan faktor penyebab yaitu kondisi proses yang tidak sesuai dengan target kualitas yang diharapkan dan abnormalitas pada mesin. Identifikasi juga dilakukan terhadap masalah kualitas fisik benang dan yang menjadi vital few adalah spreaded yarn (benang penah), clipped (benang terjepit) dan sloughed (benang kusut). Adapaun faktor penyebab masalah tersebut adalah high yarn tension dan kondisi mesin winder yang kurang baik. Dengan demikian diperlukan perbaikan terhadap masalah tersebut yaitu perbaikan langsung terhadap mesin dan parameter kondisi operasi. Dengan kondisi sekarang ini, level sigma kualitas benang poliester yang dicapai masih berkisar 3 sigma artinya masih terdapat kurang lebih 66.807 kesalahan per satu juta kesempatan dan pengukuran terhadap indek Cpk juga masih dirasa kurang baik karena ada beberapa kualitas properti benang poliester yang masih mempunyai nilai indek Cpk dibawah 1,33. Dan hasil pengukuran kualitas yang dicapai pada kondisi sekarang ini maka sudah saatnya perusahaan berusaha meningkatkan kualitas yang lebih baik lagi dengan mencoba menerapkan Metodologi Six Sigma seperti yang diusulkan Penulis pada Karya akhir ini. Penerapan Metodologi Six Sigma ini akan lebih baik lagi jika didukung sepenuhnya oleh pimpinan puncak perusahaan karena menyadari penlingnya pelaksanaan slrategi Six Sigma yang berdampak positif bagi kelangsungan hidup perusahaan dan karyawan. Di samping itu pula diperlukan komitmen dari pimpinan puncak karena implementasi Six Sigma pada lase awalnya lebih berat secara aspek perilaku dari pada operasionalnya sendiri. Kebanyakan perusahaan tidak terbiasa mengukur defect atau kesalahan misalnya pelanggan yang kecewa terhadap bentuk kemasan dan masih banyak hal lain yang kelihatannya sepele tetapi mempunyai dampak yang besar bagi kepuasan pelanggan.
Rapid industrial progress and increasingly keen competition, along with extremely fast changes in the business environment, have caused many manufacturing companies to work hard in maintaining a more effective and efficient production. This condition will cause more efforts to decrease production costs but it still can produce a good quality product and fulfills the customer's desires and expectations. In other words, good quality is the key to success iii business competitions. PT Branta Mulia Teijin Indonesia as a producer and supplier of polyester threads, which are one of raw material for making tires, still finds abnormalities in its products, i.e. physically defective threads and threads which deviate from their specifications. Based on those facts, the Author would like to present the research about quality control with the Six Sigma Methodology, to be implemented at PT Branta Mulia Teijin Indonesia as a viable solution to the problem at hand. Six Sigma is one of the operation strategy which emphasizes a focus on activities or processes to create a near-perfect product. The main emphasis on Six Sigma implementation is the exactness of measurement, because without the measurement of quality the Six Sigma program will be of no use and will degenerate into an empty management slogan. The research that was done in this Final Thesis pertains to attempt the Six Sigma Methodology implementation through the DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improvement, Control) Approach. This approach is very useful for the company because it sequentially and systematically explains the definition of the problem, measures the quality that has been achieved, analyzes and rectifies the problems, and then controls the results achieved. The analysis will yield information that will be very useful to the company, in terms of finding a solution to the problem of polyester thread abnormality through the DMAIC approach. The result of define phase are problems of physically defective threads and threads which deviate from their specification. From the define phase found the vital few of the problem such as the quality of tenacity, oil pick up and shrinkage. The cause factors of those problems are unsuitable process conditions that are not match with the expected target and also machines abnormalities. Identification phase had also been done on physical yarn quality resulting the vital few of the problems such as spreaded yarn, clipped and sloughed. The cause factors of those problems are high yarn tension and worst winder machines conditions. Thus are needed the improvements to solve the problem such as direct improvements to solve machines problems and parameter conditions in the field. Another improvement is using FMEA implementation to solve the problem. The result of FMEA analysis are the equipments such as godet roller, traverse cam, Mo nozzles and gear pump polymer need to be improved and controlled more frequently. The current conditions of EMTI's sigma level of the polyester thread's quality is still at approximately 3 sigma, which means that there is a probability of 66.807 defects per million opportunities, and the measurement of the Cpk index is also deemed inadequate due to the fact that there are several qualities of the polyester thread which still have Cpk index scores below 1.33. The result of the measurement of quality during present conditions shows that the company has reached a point at which it should endeavor to improve the quality of its products, by attempting to implement the Six Sigma Methodology as suggested by the Author in this Final Thesis. The Six Sigma Methodology will be better implemented if it is fully supported by the top management of the company, due to the management's realization of the importance of implementing the Six Sigma strategy that will have a positive impact on the survival of both the company and its employees. Furthermore, a commitment from top management is needed because at initial stages the Six Sigma implementation is more difficult in its behavioral aspects than in its operational ones. Most companies are simply not accustomed to measuring defects or errors such as the customer's dissatisfaction at the shape of the product's packaging, ,ind other seemingly trivial details that may have a tremendous impact on the customer's satisfaction.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hanggoro Laka Bunawan
Abstrak :
Pendahuluan: Tukak lambung merupakan salah satu penyakit tersering pada saluran pencernaan yang mempunyai angka kekambuhan yang cukup tinggi. Penanganan tukak lambung seringkali sulit dan membutuhkan biaya mahal. Terapi farmakologi memiliki banyak efek samping. Akupunktur sebagai salah satu terapi non-farmakologi telah menunjukkan hasil yang baik dalam terapi dan sebagai protektif terhadap tukak lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efek protektif elektroakupunktur dengan akupunktur tanam benang terhadap indeks ulkus lambung dan kadar serum Malondialdehyde (MDA) pada tukak lambung. Metode: Penelitian dilakukan pada bulan November - Desember 2021 di Puslitbangkes Biomedik, Kementerian kesehatan Republik Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat. Desain penelitian adalah studi eksperimental dengan Randomized posttest design. 30 hewan coba tikus dibagi menjadi 5 kelompok: kelompok normal, kontrol tukak lambung (TL), omeprazole (OME), elektroakupunktur (EA) dan akupunktur tanam benang (ATB). Kelompok OME diberikan omeprazole oral 20 mg/kg dan EA pada ST36 Zusanli dan CV12 Zhongwan dengan frekuensi 2 Hz, intervensi pada OME dan EA dilakukan setiap 2 hari sekali selama 12 hari. Kelompok ATB 1 kali intervensi di hari pertama. Skor indeks ulkus lambung dan kadar serum MDA diukur setelah induksi tukak lambung dilakukan pasca 12 hari perlakuan. Semua hasil data diolah menggunakan SPSS versi 20. Hasil: Skor indeks ulkus tidak berbeda bermakna antara kelompok EA dengan ATB (uji Mann Whitney, p = 0,523), namun skor indeks ulkus kelompok EA dan ATB lebih rendah bermakna dibandingkan kelompok TL (uji Mann Whitney, p < 0,05). Kadar serum MDA lebih rendah bermakna pada kelompok EA versus TL (uji post-hoc, p < 0,001) dan pada kelompok ATB versus TL (uji post-hoc, p < 0,05). Kelompok EA versus ATB, kadar MDA tidak berbeda bermakna (uji post-hoc, p = 1,000). Kesimpulan: Elektroakupunktur dan akupunktur tanam benang memiliki efek protektif terhadap tukak lambung yang sama baiknya terhadap skor indeks ulkus lambung dan kadar serum MDA. Akan tetapi akupunktur tanam benang memiliki efisiensi waktu [sw1] dibandingkan dengan elektroakupunktur. ......
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Arumsari Asmara
Abstrak :
ABSTRAK
Kerutan nasolabial merupakan salah satu tanda penuaan wajah yang menonjol. Upaya mengurangi tanda penuaan wajah dengan metode invasif minimal belakangan semakin marak. Akupunktur tanam benang Polydioxanone (PDO) sering dipraktekkan untuk mengurangi kerutan, namun penelitian yang menilai efek obyektif akupunktur tanam benang terhadap perbaikan kerutan masih sedikit. Uji klinis open-label prospektif lengan tunggal dilakukan terhadap wanita usia 30-49 tahun, dengan Skala Glogau II-III. 13 subyek menerima 1 sesi akupunktur tanam benang dengan penjabaran sesuai Revised STandards for Reporting Interventions in Clinical Trials of Acupuncture (STRICTA). Penilaian utama yaitu perbedaan jarak kerutan nasolabial dilakukan 4 kali pada sebelum, tepat sesudah, 2 minggu dan 4 minggu sesudah tindakan. Penilaian sekunder adalah skor Modified Fitzpatrick Wrinkle Score (MFWS) dan skor kepuasan subyek. Tidak ada subyek yang dinyatakan gugur. Penilaian utama menunjukkan penurunan jarak rerata kerutan nasolabial kanan yang signifikan pada tepat sesudah (6.43 ± 7.15), 2 minggu (6.53 ± 6.07), dan 4 minggu (15.32 ± 6.21) dibandingkan dengan nilai awal (p<0.05), serta penurunan jarak rerata kerutan nasolabial kiri pada tepat sesudah (7.05 ± 5.23), 2 minggu (7.52 ± 4.29), dan 4 minggu (15.65 ± 6.25) dibandingkan dengan nilai awal (p<0.05). Didapatkan penurunan signifikan rerata skor MWFS pada 4 minggu dibandingan nilai awal baik pada kerutan nasolabial kanan maupun kiri. Sebelas subyek (84.62%) merasa sangat puas dengan tindakan akupunktur tanam benang PDO, sementara 2 subyek lainnya merasa cukup puas. Efek samping yang ditemui berupa eritema, hematoma, edema, gatal, dan nyeri, bersifat sementara dan menghilang tanpa intervensi. Akupunktur tanam benang PDO terbukti mengurangi jarak kerutan nasolabial kiri dan kanan, dimana pengurangan jarak kerutan lebih besar setelah 2 Minggu.
ABSTRACT
Nasolabial folds are one of the most prominent facial aging signs. There is a growing trend on minimally invasive procedures to correct facial aging signs. While Polydioxanone (PDO) thread embedding acupuncture are often practiced in wrinkle treatment, the clinical trials with objective measurements are scarce. A single arm, prospective, open-label clinical trial was done to women aged 30-49 years, with Glogau scale II-III. Thirteen participants each receive a single thread embedding acupuncture reported according the Revised STandards for Reporting Interventions in Clinical Trials of Acupuncture (STRICTA). The primary outcome, length of nasolabial fold, were oberved 4 times; before, right after, 2 weeks, and 4 weeks after procedure. The secondary outcomes are Modified Fitzpatrick Wrinkle Score (MFWS) and patient satisfaction score. There was no dropout. Primary outcome analisis shows significant improvement in every mean difference of dextra nasolabial folds right after (6.43 ± 7.15), 2 weeks (6.53 ± 6.07), and 4 weeks (15.32 ± 6.21), as well on sinistra nasolabial folds right after (7.05 ± 5.23), 2 weeks (7.52 ± 4.29), and 4 weeks (15.65 ± 6.25) compared to baseline (p<0.05). Significant improvement in MWFS score was also observed in 4 week for both right and left nasolabial folds compared to baseline. Eleven participants (84.62%) scored very satisfied, while the rest scored quite satisfied. Side effects found were erythema, bruising, edema, itchiness, and pain were all brief and self limiting. PDO thread emnbedding acupuncture are effective in reducing both right and left nasolabial length, with higher decrease 2 weeks after post treatment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Adhyasa Pradigta Cahaya Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Tomoterapi memiliki pola iradiasi heliks yang akan membentuk junction dan membuat pola distribusi dosis terganggu. Variasi pola distribusi dosis yang disebabkan oleh pola iradiasi heliks disebut ripple atau thread effect. Nilai thread effect sangat dipengaruhi oleh nilai pitch dan nilai faktor modulasi. Nilai pitch optimal telah dipelajari oleh Kissick et al, yang sama dengan 0,86 / n di mana n adalah bilangan bulat. Selanjutnya, pengaruh faktor modulasi terhadap nilai thread effect telah dipelajari oleh Mingli Chen et al. Dalam penelitian ini, dua jenis target digunakan, target sederhana dan target kompleks, penambahan kasus yaitu adanya dose interrupt, dua jenis scanner yaitu EPSON 10000 XL dan VIDAR, serta dua jenis dosis, dosis tunggal dan Simultaneous Integrated Boost (SIB) dengan variasi pitch dan nilai faktor modulasi. Untuk nilai pitch, kami memvariasikannya dari 0,287; 0,35; hingga 0,43, sedangkan kami menggunakan variasi 2; 2,2; 2,5; 2,8; dan 2,9 untuk faktor modulasi. Hasilnya menunjukkan bahwa target kompleks memiliki nilai ripple sekitar 1%-2% lebih rendah daripada target sederhana. Selain itu, area dosis tinggi memiliki nilai ripple sekitar 0,5%-3% lebih rendah daripada area dosis rendah saat menggunakan SIB. Untuk gamma indeks didapat nilai >99% ketika menggunakan DQA Station dan >70% ketika menggunakan Film QA Pro untuk kriteria 3%/3mm. Dari hasil ini kami menemukan bahwa thread effect sangat dipengaruhi bentuk target, dan besarnya nilai dosis yang digunakan untuk kasus SIB. Selaint itu, posisi film sangat berpengaruh ketika menggunakan EPSON 10000XL dibanding ketika menggunakan VIDAR. Pada kasus interrupt dose, waktu terjadinya gangguan tidak terlalu mempengaruhi distribusi dosis.
ABSTRACT
Tomotherapy has a helical irradiation pattern that will form a junction and made interfere dose distribution pattern. The variation of dose distribution pattern where it caused by the helical irradiation pattern is called ripple pattern or thread effect. Thread effect value is strongly influenced by the pitch and modulation factor value. The optimal pitch value has been studied by Kissick et al, which is equal to 0.86/n where n is integer. Furthermore, the effect of modulation factor against thread effect value has been studied by Mingli Chen et al. In this study, two types of targets were used, simple target and complex target, addition of cases namely dose interrupt, two types of scanners, EPSON 10000XL and VIDAR, and two types of doses, single dose and Simultaneous Integrated Boost (SIB) with varied pitch and modulation factor value. For the pitch value, we varied from 0.287, 0.35, to 0.43, whereas we used variation of 2, 2.2, 2.5, 2.8, and 2.9 for the modulation factor. The results show that complex target have ripple values around of 1%-2% lower than simple target. In addition, high doses area have ripple values around of 0.5%-3% lower than low doses area when using SIB. For gamma index, the value is >99% when using DQA Station and >70% when using Film QA Pro for criteria 3%/3mm. From this result we found that thread effect was influenced by target form and doses value used for SIB cases. After that, the position of film is very influential when using EPSON 10000 XL compared to when using VIDAR. In the case of an interrupt dose, the timing of the interference does not significantly affect the dose distribution.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anabel Erika Iskandar
Abstrak :

Latar Belakang: Implan gigi sebagai alternatif perawatan kehilangan gigi dapat mengalami kegagalan akibat distribusi stress yang berlebihan. Desain implan berupa implant thread depth menjadi bagian penting dari struktur implan yang dapat mempengaruhi distribusi stress. Adapun arah pembebanan dan tulang dengan densitas rendah merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi distribusi stress. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran distribusi stress pada single implant dengan variasi ukuran thread depth dan arah pembebanan di tulang densitas rendah. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif. Model 3D regio posterior tulang maksila  dan tiga implan dengan komponen implan berupa panjang 10 mm, diameter 4,1 mm, thread pitch 0,8 mm, thread shape berupa V-thread dan kedalaman thread depth yang terbagi menjadi 0,25 mm; 0,35mm; dan 0,45mm dibuat dengan modeling software dan disusun menjadi solid model. Dilakukan simulasi pemberian beban preload 200 N arah axial pada screw dan dilanjutkan dengan pemberian beban mastikasi sebesar 100 N arah axial dan oblique pada molar pertama. Dilakukan analisis dengan metode finite element untuk mengetahui distribusi stress berupa von Mises stress pada komponen implan dan tulang. Hasil : Nilai von Mises stress maksimum tertinggi pada pembebanan axial (abutment = 222,63 MPa, implant body = 179,68 MPa, dan screw = 154,97 MPa), pada pembebanan oblique (abutment = 1086,9 MPa, implant body = 852,46 MPa, dan screw = 628,56 MPa). Pada tulang alveolar, nilai von Mises stress maksimum dengan pembebanan axial pada masing-masing thread depth (0,25 mm = 29,421 MPa; 0,35 mm = 30,201 MPa; 0,45 mm = 31,091 MPa), dan dengan pembebanan oblique pada masing-masing thread depth (0,25 mm = 74,103 MPa; 0,35 mm = 75,102 MPa; 0,45 mm = 76,557 MPa). Kesimpulan : Hasil metode finite element menunjukkan bahwa pada pembebanan axial, abutment mengalami peningkatan stress seiring peningkatan thread depth. Pada pembebanan oblique seluruh komponen implan mengalami peningkatan stress seiring peningkatan thread depth. Nilai von Mises stress terbesar pada tulang ditemukan pada thread depth 0,45 mm dengan pembebanan oblique.

 


Background: Dental implants as an alternative treatment for tooth loss can fail due to excessive stress distribution. Implant design in the form of implant thread depth is an important part of the implant structure that can affect stress distribution. The direction of loading and low-density bone are other factors that can affect stress distribution. Objective: To determine the overview of stress distribution of a single implant with varying thread depth in low-density bone. Methods: This study was a descriptive observational study. A 3D model of the posterior region of the maxillary bone and three implants with implant components of 10 mm length, 4 mm diameter, 0.8 mm thread pitch, V-thread thread shape, and thread depth divided into 0.25 mm; 0.35mm; and 0.45mm were created with modeling software and compiled into a solid model.  Simulation of 200 N axial preload was applied to the screw and followed by 100 N axial and oblique mastication load on the first molar. Finite element method analysis was performed to determine the stress distribution in the form of von Mises stress on the implant and bone components. Results: The highest maximum von Mises stress values under axial loading (abutment = 222.63 MPa, implant body = 179.68 MPa, and screw = 154.97 MPa), under oblique loading (abutment = 1086.9 MPa, implant body = 852.46 MPa, and screw = 628.56 MPa). In alveolar bone, the maximum von Mises stress value with axial loading at each thread depth (0.25 mm = 29.421 MPa; 0.35 mm = 30.201 MPa; 0.45 mm = 31.091 MPa), and with oblique loading at each thread depth (0.25 mm = 74.103 MPa; 0.35 mm = 75.102 MPa; 0.45 mm = 76.557 MPa). Conclusion: The results of the finite element analysis showed that in axial loading, the abutment experienced increased stress as thread depth increased. In oblique loading, all implant components experienced increased stress as thread depth increased. The largest von Mises stress value in the bone was found at a thread depth of 0.45 mm with oblique loading.

 

 

Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidia Putri Sulistyani
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dinamika interaksi dan aktivitas berbagi informasi pada grup traveler daring dan peran anggota sebagai komunikator pariwisata Indonesia melalui thread yang diposkan. Agar tujuan penelitian tercapai, kerangka teoritis disusun dari penelitian sebelumnya dalam lingkup ilmu komunikasi terutama knowledge sharing, electronic word of mouth, user generated content dan pariwisata. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara mendalam pada Grup Facebook Beautiful Indonesia. Hasil penelitian adalah anggota aktif membagikan informasi pada Grup Facebook Beautiful Indonesia. Matriks fasilitator membagikan informasi oleh Kosonen terjadi dalam grup Facebook Beautiful Indonesia yaitu enjoyment of helping, moral obligation, acces to valuable information, viewing knowledge as public goods, commitment, sense of community dan trust ketika anggota mengeposkan informasi dan pengalaman perjalanan. Dinamika interaksi anggota grup terjadi secara online dan offline, menjadi sarana untuk pertukaran informasi seputar produk wisata. Maka, anggota grup berperan sebagai komunikator dengan menjalankan fungsi humas karena berpartisipasi dalam menciptakan ruang diskusi, penyebaran informasi dan promosi dengan cara electronic word of mouth melalui user generated content.
ABSTRAK
Interaction by social media develops in tourism sector is also used to look for information and socialize. The purpose of this study is to find out about interaction and sharing information activity with a group of a traveler online and role of the member as a communicator of Indonesia tourism through the thread posted. The theoretical draft was compiled from the previous study in the field of communications especially knowledge sharing, electronic word of mouth, user generated content and tourism. The research method is qualitative descriptive with collecting observation datum technique, in depth and semi structured interview toward the Beautiful Indonesia Facebook Group and its members. The results of the study are the members are actively sharing information on Facebook Group Beautiful Indonesia. Matrix facilitators of sharing information by Kosonen happened among members interaction those are enjoyment of helping, moral obligation, acces to valuable information, viewing knowledge as public goods, commitment, sense of community and trust. The dynamics of interaction members of the group occurring in online and offline, provide for exchanging information about tourism product. So, members of the group serve as communicator, public relations to function as participate in creating a discussion, the spread of information and promotion by means of electronic word of mouth through user generated content.
2017
S68640
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denia Alya Tsary
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Periodontitis adalah salah satu masalah utama dalam kedokteran gigi yang menyebabkan kehilangan gigi. Untuk mengatasi masalah ini, pengobatan optimal untuk kerusakan tulang alveolar masih sedang dikembangkan, seperti pemanfaatan tanaman rosela yang berpotensi sebagai terapi alternatif karena efek anti-inflamasi dan antibakteri. Tujuan: Untuk menguji efek terapi ekstrak rosela 5% terhadap kerusakan tulang alveolar pada model periodontitis Mus musculus yang diinduksi oleh ligatur. Metode: 10 Mus musculus dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok intervensi, kemudian ligatur sutra-benang 5,0 ditempatkan di sekitar molar kedua rahang atas kiri ke periodontitis yang diinduksi. Pada hari ketiga, ligatur dihilangkan, ekstrak rosela 5% dan saline 0,9% (kontrol) disuntikkan pada sisi palatal dari molar rahang atas sekunder kiri masing-masing. Sampel tulang alveolar diambil setelah tujuh hari injeksi dan daerah kerusakan tulang alveolar diamati dengan mikroskop. Hasil: Luas rata-rata kerusakan tulang pada kelompok intervensi (108μm2) lebih kecil daripada kelompok kontrol (113μm2), tetapi perbedaannya tidak signifikan secara statistik. Kesimpulan: Ekstrak etanol kelopak bunga Roselle 5% dapat menekan kerusakan tulang alveolar pada model periodontitis Mus musculus yang diinduksi oleh ligatur.
ABSTRACT
Introduction: Periodontitis is one of the main problems in dentistry that causes tooth loss. To overcome this problem, optimal treatment for alveolar bone damage is still being developed, such as the use of rosella plants which have the potential as an alternative therapy because of their anti-inflammatory and antibacterial effects. Objective: To examine the therapeutic effect of 5% roselle extract on alveolar bone damage in the Mus musculus periodontitis model induced by ligature. Methods: 10 Mus musculus was divided into a control group and an intervention group, then 5.0 silk-thread ligature was placed around the left second maxillary molar to induced periodontitis. On the third day, the ligature was removed, 5% roselle extract and 0.9% saline (control) were injected on the palatal side of the left secondary maxillary molar respectively. Alveolar bone samples were taken after seven days of injection and areas of alveolar bone damage were observed under a microscope. Results: The average area of ​​bone damage in the intervention group (108μm2) was smaller than the control group (113μm2), but the difference was not statistically significant. Conclusion: Roselle calyx flower extract of 5% can reduce alveolar bone damage in the Mus musculus periodontitis model induced by liga.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edith Anggina
Abstrak :
ABSTRAK
Detrusor underactivity DU adalah berkurangnya kekuatan dan/atau durasi kontraksi yang mengakibatkan pengosongan kandung kemih yang memanjang atau inkomplit. Sebanyak enam pasien dengan diagnosis DU diinklusikan dalam penelitian ini. Akupunktur tanam benang dilakukan dengan menggunakan polydioxanone PDO yang ditusukkan di titik akupunktur BL33 dan CV3 dengan teknik penetrating needling. Akupunktur tanam benang dilakukan sebanyak satu kali. Transcutaneous tibial nerve stimulation TTNS dilakukan sebanyak 3 kali seminggu selama 4 minggu. Hasilnya penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata volume berkemih sebelum 72,00 70,48 dan setelah 158,17 139,58 akupunktur tanam benang dan TTNS, p = 0,115, namun didapatkan peningkatan dengan rerata 86,17 110,80. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai PVR sebelum 164,00 173,69 dan setelah 74,83 126,28 terapi, p = 0,151, namun didapatkan penurunan sebesar 89,17 129,07. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata Qmax sebelum 4,12 3,28 dan setelah 12,35 9,20 , p = 0,085, namun didapatkan peningkatan sebesar 8,23 9,41. Terdapat perbedaan bermakna antara skor kualitas hidup sebelum dan setelah terapi dengan p = 0,017. Kesimpulan : akupunktur tanam benang dan TTNS dapat meningkatkan volume berkemih, menurunkan PVR, dan meningkatkan Qmax penderita DU, dan dapat memperbaiki kualitas hidup penderita DU secara signifikan. ABSTRACT
Detrusor underactivity DU is a contraction of reduced strength and/or duration resulting in prolonged and/or incomplete bladder emptying. A total of six DU patients were included in this research. We did thread-embedding acupuncture by inserting polydioxanone PDO into BL33 and CV3 acupuncture points with penetrating needling techniques. Thread-embedding acupuncture was given once. Transcutaneous tibial nerve stimulation TTNS was given 3 times in a week during 4 weeks. The results showed no significant differences between before and after treatment on voided volume 72,00 70,48 and 158,17 139,58 , p = 0,115, but there was improvement with mean 86,17 110,80. There was no significant difference between before and after treatment on PVR 164,00 173,69 and 74,83 126,28 , p = 0,151, but there was improvement with mean 89,17 129,07. There was no significant difference between before and after treatment on Qmax 4,12 3,28 and 12,35 9,20 , p = 0,085, but there was improvement with mean 8,23 9,41. There was significant difference between before and after treatment on quality of life scoring with p = 0,017. Conclusion : thread embedding acupuncture and TTNS increase voided volume, and Qmax, decrease PVR, improve quality of life in in detrusor underactivity patients significantly
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>