Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alatas, Syed Farid
Abstrak :
While there has been awareness of the problems of the relevance of Western concepts, theories and assumptions in critical works on the state of the social sciences in the Third World, what is meant as a conceptual level by relevance and irrelevance has rarely been the subject of discussion. The conceptualization of relevance is important because it lies at the basis of efforts to make the social sciences more relevant to conditions in the Third World. Nevertheless, the calls for greater relevance have generally been made in vague terms owing to the less than systematic manner in which "irrelevance" was discussed. The result was that calls for more relevant social sciences were equally unclear. This paper aims to advance our understanding of the problem of relevance by way of providing a preliminary conceptualization of relevance.
2003
AIIJ-XXVII-72-SeptDes2003-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Iskarna
Abstrak :
Tesis ini akan menyajikan representasi atau gambaran jati diri perempuan dunia ketiga, khususnya perempuan kulit hitam Afrika, dari sudut pandang perempuan dunia ketiga itu sendiri dalam novel Second Class Citizen (1974) karya Buchi Emecheta, seorang pengarang perempuan Nigeria. Sebelum kaum perempuan dunia ketiga mulai berani menulis pada tahun 1970-an, karya-karya sastra didominasi oleh pengarang kolonial kulit putih dan pengarang laki-laki kulit berwarna. Perempuan Afrika sering direpresentasikan dari sudut pandang orang kulit putih atau kaum laki-laki Afrika sebagai sosok yang belum beradab, lemah dan bergantung pada laki-laki, menyerah terhadap ketertindasan, atau hanya terkait dengan urusan domestik. Ketika gelombang feminisme mulai menyebar ke seluruh penjuru dunia dan gerakan nasionalisme dunia ketiga dengan gencar memberikan perlawanan terhadap dominasi Barat, para perempuan Afrika mulai berani berbicara mengenai siapa dirinya, apa yang mereka alami, rasakan, dan inginkan, serta bagaimana mereka menyikapi dominasi kaum laki-laki serta penindasan yang dilakukan oleh kaum kolonial. Semua hal di atas dapat digali melalui seorang perempuan yang bernama Adah, tokoh utama perempuan dalam novel Second Class Citizen. Dalam novel ini Buchi Emecheta mendekonstruksi representasi perempuan Afrika yang selama ini diberikan oleh kaum laki-laki Afrika maupun orang kulit putih. Untuk menunjukkan adanya perbedaan dalam merepresentasikan perempuan Afrika, dalam tesis ini pula disajikan representasi perempuan Afrika yang dilakukan oleh pengarang kulit putih dan laki-laki Afrika. Karya-karya yang diambil adalah "No Witchcraft for Sale" (1960) karya novelis Inggris, Dorris Lessing, "Girls at War" (1972) karya sastrawan Nigeria, Chinua Achebe, dan "Song of Ocol" (1967) karya penyair Uganda Okot p'Bitek. Di sini perempuan Afrika direpresentasikan sebagai "the other" atau sosok lain yang berlawanan dengan orang kulit putih yang beradab dan "the marginal" atau kaum yang dipinggirkan oleh masyarakatnya karena konstruksi gender. Dalam karya-karya di atas, para pengarang memang memberikan simpati kepada kaum perempuan. Namun demikian, simpati yang ditunjukkan tidak disertai dengan ditampilkannya kaum perempuan Afrika sebagai kaum yang memberikan perlawanan terhadap dominasi kaum laki-laki dan kaum kolonial. Dalam novel Second Class Citizen, perempuan Afrika direpresentasikan sebagai perempuan yang memang berada dalam ketertindasan ganda atau "doubly colonized", baik oleh orang kulit putih dari segi ras maupun kaum laki-laki Afrika dari segi gender. Namun demikian, kaum perempuan Afrika gigih dalam memberikan perlawanannya terhadap dominasi laki-laki Afrika serta diskriminasi orang kulit putih. Perempuan Afrika direpresentasikan sebagai "the feminist" karena mereka benar-benar melawan setiap usaha kaum laki-laki Afrika untuk menempatkan perempuan pads posisi inferior dan marginal. Dalam novel ini pula Emecheta merepresntasikan perempuan Afrika sebagai sosok yang memiliki posisi tawar yang tinggi dalam melakukan negosiasi identitas dalam himpitan diskriminasi ras yang dilakukan oleh orang kulit putih inggris. Di samping itu, perempuan Afrika direpresentasikan sebagai "the diasporic", yaitu sosok yang sadar dan memiliki kekuatan dalam menentukan identitas budayanya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T3041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Utaminingsih
Abstrak :
Tesis ini membahas teori pembangunan Dunia Ketiga yang dikaitkan dengan isu transformasi agraria di Indonesia secara kritis melalui interpretive method dalam penelitian kualitatif. Alur penelitian dalam tesis ini memadukan pemikiran dari Escobar (1985, 1988) dan Fakih (2009) mengenai mekanisme pendistribusian power/knowledge Blok Kapitalis dalam proyek pembangunan secara lokal di Indonesia. Temuan studi menunjukkan bahwa proyek pembangunan Dunia Ketiga merupakan strategi Blok Kapitalis untuk mempertahankan dominasinya dalam rezim internasional. Strategi tersebut mendukung penetrasi model produksi kapitalis, sehingga dapat eksis dan bertahan dalam transformasi agraria di Indonesia. Eksistensi kapitalisme dimanifestasikan dalam rekayasa sosial berupa Revolusi Hijau dan Pasar Tanah yang mengesampingkan visi kesejahteraan yang adil dan beradab karena senantiasa mengutamakan target akumulasi kapital yang hanya berorientasi pada hasil dan pendapatan dalam setiap proyek pembangunan pada era neokolonialisme. ...... This thesis discusses the Third World Development theory which is critically associated with the agrarian transformation issue in Indonesia through interpretive methods in qualitative research. Escobar (1985, 1988) and Fakih (2009) thinking about the mechanism for distributing the Capitalist?s ?local centers of power knowledge? in Indonesia became the main approach in analyzing. This research found and indicated that the Third World development projects are the Capitalists strategy to stabilizing their hegemonic discourse in international regime. This strategy supports the penetration of capitalist mode of production, so it can exist and persist in the agrarian transformation which becomes one of many social realities of development projects in Indonesia. Capitalism existence embodied in social engineering as in Green Revolution and Land Markets which ruled out the vision of Just and Civilized Humanity is because it consistently prioritizes the capital accumulated target of every development project in neocolonialism era.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sentot E. Oktavianus Adiprawatya
Abstrak :
Sentot E. Oktavianus Adiprawatya. Persekutuan Dengan Dunia Ke Tiga Sebagai Strategi Dalam Hubungan Luar Negeri RRC. (Di bawah bimbingan Endi Rukmo, MA). Fakultas Sastra EJniversitas Indonesia, 1995. Keputusan RRC untuk menjalin persekutuan dengan negaranegara Dunia Ke Tiga merupakan kebijakan luar negeri RRC yang sangat penting pada pertengahan periode 1950-an sampai 1960-an. Kebijakan ini bahkan dapat dikatakan sebagai suatu strategi karena melalui persekutuannya dengan Dunia Ke Tiga, RRC berupaya untuk membentuk suatu front persatuan guna melawan dua musuh utamanya dalam waktu yang bersamaan.

Berdasarkan tujuan utama yang hendak dicapai, maka pembentukan persekutuan RRC-Dunia Ke Tiga terutama disebabkan oleh faktor luar negeri yaitu perkembangan situasi internasional di Asia. Munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan blok imperialis yang menjalankan kebijakan pembendungan setelah Perang Korea menjadikan RRC berada dalam posisi defensif. Aktivitas-aktivitas RRC untuk menyebarluaskan pengaruhnya menjadi sangat dibatasi oleh kehadiran Amerika Serikat baik secara politik maupun militer melalui kerjasama dan persekutuan dengan beberapa negara yang strategis di kawasan-kawasan penting di Asia. Oleh karena itu, tujuan jangka pendek yang hendak dicapai RRC melalui persekutuan ini adalah keluar dari posisi defensif yang diciptakan Amerika Serikat sambil menciptakan zona damai di wilayah-wilayah sekitar negaranya guna mencegah kemungkinan ekspansi pihak lawan.

Perselisihan RRC dengan Uni Soviet semakin memperkuat kepentingan RRC terhadap persekutuannya dengan Dunia Ke Tiga. Munculnya Uni Soviet sebagai rival sekaligus lawan yang baru selanjutnya memberikan dorongan kepada RRC untuk menandingi dominasi negara itu dalam blok sosialis. Dominasi Uni Soviet itu hanya dapat ditandingi melalui kepemimpinan RRC atas negara-negara Dunia. Ke Tiga. Oleh karena itu. untuk mempercepat pencapaian tujuan jangka panjang yaitu memperoleh hegemoni atas Dunia Ke Tiga dan memenangkan mereka bagi kepentingan komunisme, maka RRC kembali menekankan dimensi ideologi melalui dukungan kepada gerakan revolusi partai komunis.

Dalam pelaksanan persekutuan, RRC pada mulanya berhasil mempengaruhi negara-negara Dunia Ke Tiga karena upaya-upayanya selalu didasarkan atas persamaan kepentingan untuk melawan musuh yang sama yaitu imperialisme Amerika Serikat. Meskipun mendapat sedikit keberhasilan, tindakan RRC mempertentangkan Dunia Ke Tiga dengan Uni Soviet menjadi tidak relevan karena disamping cara-cara yang digunakan RRC menjadi semakin radikal juga yang terpenting karena mereka tidak memiliki permusuhan dengan Uni Soviet. Situasi inilah yang menjadi latarbelakang kegagalan persekutuan RRC dengan Dunia Ke Tiga sehingga pada tahun 1965 RRC sudah dapat merasakan bagaimana strateginya menjadi bumerang bagi negaranya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puteri Modiyanti
Abstrak :
Riset mengenai pengadopsian layanan robot mulai memikat perhatian banyak peniliti dalam literatur manajemen. Namun, hubungannya dengan customer delight dan behavior-intent, terutama di negara berkembang belum diselidiki. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melengkapi literatur yang ada dan memberikan wawasan yang berharga bagi perusahaan perhotelan dengan meneliti efek memiliki petugas manusia dan petugas layanan robot pada customer delight, return-intent dan WOM-intent dalam setting hotel di Indonesia. Desain eksperimental dengan empat skenario berbeda (concierge manusia yang ramah (ya / tidak), concierge robot layanan ramah (ya / tidak)) dilakukan, dengan total 216 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memiliki petugas manusia memiliki efek yang lebih positif pada customer delight, return-intent dan WOM-intent daripada tidak memilikinya. Demikian pula, memiliki layanan pelayan robot menghasilkan efek positif pada tiga variabel dependen daripada tidak memilikinya. Hasil untuk efek interaksi mengungkapkan bahwa memiliki petugas manusia memiliki efek yang lebih positif pada customer delight dan return-intent daripada memiliki petugas layanan robot, tetapi sebaliknya berlaku untuk efek pada WOM-intent. Selain itu, memiliki concierge layanan robot dan petugas manusia memiliki efek yang lebih positif pada ketiga variabel dependen daripada hanya memiliki petugas manusia. ...... Research on the potential adoption of service robots has been growing in attention in the management literature. However, its relationship with customer delight and behavior-intent, especially in a developing country have not yet been investigated. Thus, this study aims to fill in the gap of the literature and provide valuable insights for hotel firms by examining the effects of having a human concierge and a service robot concierge on customer delight, return-intent and WOM-intent in an Indonesian hotel setting. An experimental design with four different scenarios (friendly human concierge (yes/no), friendly service robot concierge (yes/no)) was carried out, with a total of 216 respondents. The results showed that having a human concierge has a more positive effect on customer delight, return-intent and WOM-intent than not having one. Similarly, having a service robot concierge generated a positive effect on the three dependent variables than not having one. The outcome for the interaction effects revealed that having a human concierge has a more positive effect on customer delight and return-intent than having a service robot concierge, but the reverse applies to the effects on WOM-intent. Additionally, having both a service robot concierge and a human concierge has a more positive effect on all three dependent variables than having a human concierge only.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Parker, Jason C.
Abstrak :
During the cold war, the superpowers endeavored to win hearts and minds through what came to be called public diplomacy. Many of the target audiences were on the front lines in Europe. But other, larger ones resided in areas outside Europe, in the throes of decolonization and poverty. Among these lands, for all the drama of war, intervention, and revolution, the majority experienced the cold war as public diplomacy, as a media war for their allegiance rather than as a violent war for their lives. In these areas, superpower public diplomacy encountered issues of race, empire, poverty, and decolonization, all in flux as they intersected with the cold war, and with long-running anti-imperialist currents. The challenge to US public diplomacy was acute, as the image of the United States was inseparable from Jim Crow and from Washingtons European alliances. Yet the greater consequence of these campaigns was not for American diplomacy, but rather for postwar international history, when the non-European world responded to this media war by joining it. Newly independent voices launched public diplomacy campaigns of their own, making for a crowded field. In addition to validating the strategic importance of public diplomacy, this proliferation of voices articulated a different vision. Reappropriating the space left between the poles of the superpower conflict, this global conversation formulated the Third World project around a nucleus of nonalignment, development, and anticolonial racial solidarity. The Global South response to the Cold War thereby helped to coalesce the third world as a transnational imagined community.
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470023
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Byrne, Jeffrey James
Abstrak :
Mecca of Revolution examines the history of anticolonial internationalism, or Third Worldism, through the prism of Algerias decolonization and the international relations of independent Algeria. It argues that the Third World movement evolved from a subversive transnational phenomenon in the late-colonial era into a diplomatic collaboration among postcolonial elites to exalt state sovereignty and national authority. Its examination of international affairs places equal, or even greater, emphasis on South-South relations than the more typical North-South perspective. New evidence from the archives of Algeria, Yugoslavia, and numerous other countries demystifies the Third Worldist phenomenon. The book looks past the rhetoric of Bandung, nonalignment, and Afro-Asianism to analyze the nascent geopolitics of postcolonial Africa, the Middle East, and the Southern Hemisphere as a whole. Refuting the notion that the Third World project ended in failure, Mecca of Revolution reveals the development of a Third Worldist normative framework that shapes global affairs in the early twenty-first century, its import felt in matters as diverse as the Arab Spring revolutions, nuclear proliferation, and global trade negotiations. It also argues that the most important effect of the Cold War in the Southern Hemisphere was to push the process of decolonization toward its eventual state-centric outcome. In that regard, the Algerian case shows that the industrialized worlds new methods of political mobilization (such as Wilsonian diplomacy and Marxist-Leninist revolution) were much more influential in the postcolonial world than were the underlying ideologies that informed those methods.
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470176
eBooks  Universitas Indonesia Library