Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hans Kurniawan
"Infeksi cacing tanah, terutama A. duodenale tersebar luas ke seluruh dunia. Anak-anak adalah salah satu populasi yang dianggap memiliki resiko tinggi untuk terinfeksi dan mengalami komplikasi seperti kehilangan darah kronis dan malnutrisi yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang sang anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dari infeksi A. duodenale dengan kekurusan pada anak usia sekolah. Peserta riset ini adalah anak-anak yang tinggal di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur yang berusia dibawah 18 tahun. Data demografis dan antropometri diperoleh dan deteksi A. duodenale dari sampel tinja dilakukan dengan metode rtPCR. Analisis univariat dan multivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap variabel dan disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia tiap anak. Dari 185 anak, 25 anak (13.5%) menderita infeksi A. duodenale dan 94 anak (51%) berada dalam kategori kurus dan sangat kurus berdasarkan hasil z-score BMI menurut umur. Pada akhirnya kami menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara infeksi A. duodenale dengan kekurusan pada grup anak perempuan berusia ≥ 10 tahun namun tidak pada grup anak lainnya. Umur dan jenis kelamin tidak memiliki asosiasi dengan infeksi A. duodenale. Studi longitudinal dibutuhkan untuk bisa mengkonfirmasi hubungan antara infeksi A. duodenale dengan tingkat kekurusan pada anak-anak.

Soil-transmitted helminth (STH) infection, especially A. duodenale infection is distributed widely in the world. Children are one of the most susceptible populations at risk to develop complications from hookworm infection, such as chronic blood loss and malnutrition that may eventually lead to development retardation. This study aims to see the relationship between A. duodenale infection and thinness in school-aged children. Children below 18 years old living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara were examined for their demographic and anthropometric data, along with stool samples for further analysis using real time polymerase chain reaction (rtPCR). The data gathered was further analyzed using univariate and multivariate analysis between A. duodenale infection and body mass index (BMI) to age Z score with age and gender as the potential confounding factor. From 185 children, 25 (13.5%) had positive A. duodenale infection by rtPCR. 94(51%) were considered thin with BMI-to-age Z-scores (BAZ). A. duodenale was associated with thinness (p = 0.014) in female children aged above and equal 10 years old but not in the other groups. We found that A. duodenale infection was associated with thinness in older female population but not in the other population groups. Age and gender were found not to be significant with A. duodenale infection. Further longitudinal studies are needed to confirm the causal relationship between A. duodenale infection and low BMI status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Kurniadi
"Infeksi parasit, khususnya soil-transmitted helminht (STH), adalah infeksi yang tersebar luas di dunia. Anak usia sekolah mempunyai resiko yang tinggi untuk terinfeksi dan telah dikaitkan dengan berbagai konsekuensi seperti anemia, keterlambatan pertumbuhan, dan hilangnya berat badan. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara infeksi STH dan kekurusan di anak usia sekolah. Peserta adalah anak usia sekolah kurang dari 18 tahun yang tinggal di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur. Data demografis diperoleh dan deteksi infeksi STH dalam tinja dilakukan dengan real-time PCR. Analisa univariat dan multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara infeksi STH dan BMI, disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Dari 185 anak, 179 (96.7%) terinfeksi oleh STH. 91 anak didapatkan berada dalam kategori kurus dan sangat kurus. Infeksi Necator adalah infeksi yang paling sering (174 kasus, 94.1%), diikuti oleh Ancylostoma (24 cakasusses, 13%) and Ascaris infection (49 kasus, 26.5%). Infeksi STH tidak ditemukan, namun menunjukkan pola untuk, memiliki hubungan yang signifikan dengan kekurusan (p-value=0.089). Poliinfeksi STH tidak ditemukan memiliki perbedaan signifikan dengan monoinfeksi. Usia dan jenis kelamin tidak ditemukan berasosiasi signifikan dengan infeksi STH. Studi lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini. Studi longitudinal juga diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat pada studi ini.

Soil-transmitted helminth (STH) infection is widely distributed in the world. School-aged children are at high risk of acquiring this infection, which has been linked with various consequences such as anemia, stunting, and weight loss. This study aims to investigate the relationship between STH infection and thinness in school children. The study participants were children below 18 years living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara. The basic demographic data was taken and detection of STH infection in stool samples was done by real time PCR. Univariate and multivariate analyses were done to examine the relationship between STH infection and BMI, with age and gender as potential confounding factors. Out of 185 children, 179 (96.7%) were infected with STHs by PCR. 91 children were shown to be in the thinness and severe thinness category. Necator infection was found to be the most common infection (174 cases, 94.1%); followed by Ancylostoma (24 cases, 13%) and Ascaris infection (49 cases, 26.5%) respectively. STH infection was not, but showed a tendency, to be associated with thinness (p-value=0.089). Polyinfection of STHs did not show a significant difference with monoinfection. Age and gender were not found to be associated with STH infection. We found that there was a tendency of positive association between STH infection and thinness. Age and gender were not found to be significantly associated with STH infection. Future studies with a larger number of population are needed to confirm these results. In addition, longitudinal studies are needed to confirm the cause-effect relationship."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Kusuma
"Binge eating adalah sebuah fitur gangguan makan dengan prevalensi yang paling tinggi secara global dan terasosiasi dengan berbagai dampak negatif bagi kesehatan mental dan fisik. Perilaku ini berfungsi sebagai strategi regulasi diri untuk mengelola afek negatif yang tengah dirasakan. Perempuan dewasa muda merupakan populasi yang rentan untuk melakukan binge eating oleh karena ketidakstabilan dalam berbagai domain kehidupan dan tendensi untuk menginternalisasi emosi. Walau terdapat urgensi untuk mengembangkan penelitian terkait binge eating, masih belum banyak studi mengenai topik ini di Indonesia. Maka dilakukanlah penelitian mengenai binge eating pada populasi perempuan dewasa muda di Indonesia. Diketahui bahwa eating expectancy dan thinness expectancy merupakan faktor yang memprediksi binge eating, namun masih belum ada penelitian yang membahas mengenai proses yang menghubungkan variabel-variabel tersebut. Dihipotesiskan bahwa repetitive negative thinking (RNT) berperan sebagai mediator yang menjembatani hubungan antara kedua jenis expectancy terhadap binge eating. Dari koleksi data melalui kuesioner daring, terkumpul 193 partisipan dewasa muda berusia 18-25 tahun. Data penelitian diolah secara kuantitatif menggunakan analisis Simple Mediation menggunakan PROCESS v4.2 di SPSS. RNT ditemukan sebagai mediator signifikan yang bersifat parsial antara kedua jenis expectancy dan binge eating.

Binge eating is the most prevalent features of eating disorders and is associated with a range of negative health outcomes. Binge eating serves as a self-regulatory strategy to manage negative affect. Female young adults are categorized as a vulnerable population to develop binge eating due to instability in various life domains and the tendency to internalize emotions. Despite the urgency to further research binge eating, the studies on this topic in Indonesia is limited. Indonesia is known to have the highest level of food consumerism compared to other Southeast Asian countries. Therefore, a study on binge eating in young adult female population in Indonesia was conducted. Eating and thinness expectancy were found to be factors predicting binge eating, however there’s not much explanation about the process linking both beliefs towards binge eating. It is hypothesized that repetitive negative thinking (RNT) acts as mediator that bridge the relationship between both expectancies and binge eating. 193 female young adults age 18-25 years were collected through online questionnaire. The research data were processed through Simple Mediation analysis using PROCESS v4.2 in SPSS. RNT was found to be a significant partial moderator that bridges the relation between both expectancies and binge eating."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalinda Zahara
"ABSTRAK
Penelitian Simanjuntak (2002), Wulandari (2007), dan Surasno (2008)
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecenderungan status gizi kurang (kurus)
pada mahasiswa FKM UI. Hal ini mendasari peneliti melakukan penelitian dengan
tujuan mengetahui gambaran dan hubungan antara asupan makanan (konsumsi
energi, karbohidrat, lemak, dan protein), perilaku makan (kebiasaan sarapan dan
kebiasaan konsumsi fast food), dan faktor lainnya dengan status gizi kurang
(kurus) mahasiswi S1 Reguler angkatan 2008-2010 FKM UI tahun 2011.
Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
pada bulan April tahun 2011 dengan 138 responden. Jenis penelitian kuantitatif
dengan rancangan studi cross sectional. Metode pengambilan sampel dilakukan
dengan Stratified random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu
kuesioner, alat pengukuran berat badan dan alat pengukuran tingi badan. Uji
statistik yang digunakan adalah uji chi-square untuk melihat hubungan dua
variabel. Pada penelitian ini didapat gambaran status gizi mahasiswa FKM UI
angkatan 2008-2010 yaitu mahasiswi yang kurus sebesar 23,2% dan mahasiswi
yang tidak kurus sebesar 76,8%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara konsumsi lemak dan protein, pengetahuan gizi
dan kebiasaan olahraga dengan status gizi kurang (kurus) mahasiswi S1-Reguler
angkatan 2008-2010 FKM UI tahun 2011.

ABSTRACT
Researches Simanjuntak (2002), Wulandari (2007), and Surasno (2008)
showed that an increase in the tendency of undernutritional status (thinness) at
FKM UI students. These researches underlying the researcher to conduct the study
aiming to know the description and the relationship between nutrient intake
(consumption of energy, carbohydrates, fats, and proteins), eating behavior
(breakfast habits and habits of consumption of fast food), and other related factors
with undernutritional status (thinness) of female student S1-Regular class of 2008
to 2010 FKM UI in 2011. This research was conducted at the Faculty of Public
Health University of Indonesia in April 2011 of 138 respondents. Type of research
is a quantitative cross-sectional study design. The method of sampling carried out
by stratified random sampling. Research instruments used were questionnaires,
weight body measurement tools, and height body measurement tools. The
statistical test used chi-square to see the relationship between two variables. In the
study showed that the description of the undernutritional status (thinness) of
female students of the FKM UI class of 2008-2010 whose thin at 23.2% and the
others who are not thin at 76.8%. Statistical analysis showed that there was a
significant correlation between fat and protein intake, nutrition knowledge, and
exercise habit with undernutritional status (thinness) of female student S1-Regular
class of 2008 to 2010 FKM UI in 2011."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library