Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Manifestasi klinis sepsis berupa systemic inflammatory response syndrome/SIRS, terdapatnya infeksi dan disfungsi organ merupakan kriteria yang digunakan dalam diagnosis sepsis saat ini. Pada 2 tahun terakhir berkembang pemikiran untuk menambahkan beberapa parameter disamping kriteria tersebut, dengan diajukannya terminologi PIRO (P: predisposition, I: infection, R: response dan O: organ failure). Manifestasi klinis sepsis di tiap rumah sakit maupun unit perawatan dapat berbeda bergantung dari beratnya sepsis, fokus infeksi, komorbiditas dan disfungsi atau kegagalan organ. Pada penelitian ini akan dievaluasi data demografi, komorbiditas, sumber infeksi, manifestasi SIRS, disfungsi organ dan profil mikrobiologik sepsis di rawat di Unit Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Dilakukan penelitian deskriptif korelatif dengan disain potong lintang, pada 42 subyek dengan sepsis, sepsis berat dan renjatan septik. Penelitian dilakukan di Unit Rawat RSPUN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada tahun 2002. Dilakukan pencatatan data klinis, laboratorium (hematologi, biokimia, analisis gas darah) dan kultur aerob (darah dan spesimen lain). Kriteria sepsis yang digunakan berdasarkan American College of Chest Physician dan Society of Critical Care Medicine tahun 1992. Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya distrubusi sepsis yang proporsional menurut usia dan jenis kelamin, komorbiditas didapatkan pada 88% subyek, berupa diabetes melitus dan penyakit kronik lainnya. Sumber infeksi terbanyak berasal dari paru, kulit-jaringan lunak, abdomen dan traktus urinarius; dengan gambaran kuman Gram negatif lebih banyak dari Gram positif. Manifestasi SIRS didapatkan pada lebih dari 70% subyek dengan manifestasi terbanyak berupa takikardia dan takipnu. Manifestasi disfungsi organ terbanyak berupa penurunan kesadaran, asidosis metabolik, disfungsi renal dan penurunan tekanan arteri rata-rata, dan didapatkan korelasi parameter tersebut dengan derajat sepsis. (Med J Indones 2004; 13: 90-5)"
Medical Journal of Indonesia, 13 (2) April June 2004: 90-95, 2004
MJIN-13-2-AprilJune2004-90
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Herdiman Theodorus
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan data demografi, faktor risiko, gambaran klinis, infeksi oportunis/ko-infeksi dan perbedaannya pada rumah sakit pemerintah dan swasta. Penelitian retrospektif-deskriptif dilakukan di RSUPN-Dr. Cipto Mangunkusumo (RS pemerintah) dan RS Medistra (RS swasta) di Jakarta. Kriteria inklusi mencakup kasus HIV/AIDS yang dirawat pada tahun 2002-2003, dan hasil serologi HIV positif dengan metode Elisa. Data sekunder didapatkan dari rekam medis. Enam puluh enam subyek diikut-sertakan dalam penelitian (RS pemerintah 30 subyek dan RS swasta 36 subyek), terdiri dari 59 pria (89.4%) dan 7 wanita (10.6%). Tiga puluh tujuh persen subyek didiagnosis HIV dan 62% AIDS. Faktor risiko yang didapat mencakup pengguna narkoba (59.1%), homoseksual (13.6%), heteroseksual (21.1%), transfusi (1.5%) dan perinatal (1.5%). Gejala klinis terutama berupa demam akut (56.2%), penurunan berat badan (39.4%), batuk (38.8%), sesak nafas (27.2%), diare kronik (22.8%), demam berkepanjangan (19.7%), penurunan kesadaran (15.3% dan, anoreksia (15.3%). Perbedaan bermakna antara RS pemerintah dan swasta didapatkan pada keluhan demam dan batuk. Presentasi klinis pasien HIV/AIDS selama perawatan mencakup : pnemonia (56%), oral trush (22.6%), anemia (56.5%), lekopenia (32.3%), limfopenia (55.9%), peningkatan SGOT/SGPT (66.1%), hipoalbuminemia (46.9%), limfadenopati (10.6%), lesi serebral (7.6%), ensefalopati (6.0%), tuberkulosis paru dan efusi pleura (10.6%). Infeksi oportunis dan ko-infeksi mencakup kandidosis (25.8%), hepatitis C kronik (24.2%), hepatitis B dan C kronik (4.5%), tb paru, limfadenitis dan tb milier. Kandidosis dan tb paru lebih sering ditemukan di RS pemerintah. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa manifestasi klinis HIV/AIDS berupa pria/wanita usia muda dengan satu atau lebih faktor risiko, mengalami demam, keluhan pernapasan, penurunan berat badan, diare kronik, lemah, oral trush, anemia, lekopenia, limfopenia. Pasien yang dirawat di RS swasta menunjukkan gejala yang lebih bervariasi sedangkan yang dirawat di RS pemerintah menunjukkan kondisi yang lebih berat dan stadium lebih lanjut. (Med J Indones 2004; 13: 232-6)

The aims of this study is to determine the demographic data, risk factors, clinical presentations, opportunistic/co-infections and its difference between public and private hospitals. A retrospective-descriptive study was conducted in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital (public hospital) and Medistra Hospital (private hospital), Jakarta. The inclusion criteria were new HIV/AIDS cases admitted in year 2002-2003 and positive HIV serology (Elisa method). Secondary data were collected form medical record. Sixty-six subjects were enrolled in this study (public hospital 30 subjects and private hospital 36 subjects), consist of 59 male (89.4%) and 7 female (10.6%). Thirty-seven percent subjects were defined as HIV and 62% AIDS. Risk factors obtained include drug user (59.1%), homosexual (13.6%), heterosexual (21.1%), transfusion (1.5%) and maternal-child (perinatal) (1.5%). The clinical symptoms mainly present as acute fever (56.2%), weight loss (39.4%), cough (38.8%), shortness of breath (27.2%), chronic diarrhea (22.8%), prolong fever (19.7%), loss of conciousness (15.3%), anorexia (15.3%). Significant differences between public and private hospitals were seen in fever and cough symptoms. Clinical presentation of HIV/AIDS patients during admission were : pneumonia (56%), oral trush (22.6%), anemia (56.5%), leucopenia (32.3%), lymphopenia (55.9%), elevated AST/ALT (66.1%), hypoalbuminemia (46.9%), limphadenopathy (10.6%), brain space occuping lesion (7.6%), encephalopathy (6.0%), pulmonary tb and pleural effusion (10.6%). The opportunistic and co-infections present were candidiasis (25.8%), chronic hepatitis C (24.2%), chronic hepatitis B and C (4.5%), pulmonary tb, lymphadenitis and miliary tb. Candidiasis and pulmonary tb were frequently found in public hospital. In conclusion from this study that clinical manifestation of HIV/AIDS were young man or woman, with one or more possible risk factor, had fever, respiratory complain, loss of body weight, chronic diarrhea, fatique, oral trush, anemia, leucopenia, lymphopenia. Patients admitted in private hospital had varied complain; and patients that admitted in public hospital had more severe and advance condition. (Med J Indones 2004; 13: 232-6)"
Medical Journal of Indonesia, 2004
MJIN-13-4-OctDec2004-232
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agustine Sukarlan Basri
"Penelitian ini mernpakan pengkajian mengenai ciri-ciri/karakteristik dan faktor-faktor dari kearifan menurut pandangan tiga kelompok usia yaitu dewasa muda, dewasa madya dan lansia. Kemudian dilanjutkan dengan pengkajian mengenai manifestasi ciri dan faktor kearifan yang telah diperoleh kedalam kehidupan tokoh-tokoh lansia yang dipandang arif.
Minat untuk melakukan penelitian ini bermula dari kenyataan masih langkanya penelitian di Indonesia yang menyoroti kehidupan lansia yang berhasil menjalani proses menuanya secara sukses. Sementara itu, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1971 dan 1990,jumlah penduduk lansia meningkat dua kali lipat dan pada tahun 2025 nanti diproyeksikan akan mencapai 13.2% dari populasi penduduk.
Sampai sekarang di lingkungan masyarakat masih cukup banyak gambaran negatif yang dikaitkan dengan periode usia lanjut ini, karena asumsi yang muncul adalah bahwa perkembangan diarahkan pada tujuan mencapai kematangan, sedangkan proses menua diarahkan pada tujuan kematian.
Sementara dari penelitian gerontologi mutakhir, diperoleh keterangan bahwa proses menua yang sukses, bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan penyesuaian terhadap kehilangan-kehilangan karena usia, tetapi lebih pada pengembangan kapasitas-kapasitas baru, tubuh kita mungkin menua, namun kapasitas mental spiritual akan meningkat. Di samping itu, terdapat pula pandangan yang menyatakan bahwa aspek kearifan diharapkan menjadi lebih kuat dengan bertambahnya umur dan karenanya paling mungkin ditemukan pada kelompok lansia.
Penelusuran telaah pustaka mengenai kearifan, dimulai dari perkembangan sejarahnya sejak masa tradisi sekuler dan mass tradisi filosofis, yang disebut-sebut sebagai masa kejayaan kearifan. Kemudian meliwati mass keruntuhan yang ditandai dengan terjadinya serentetan `bencana intelektual' karena munculnya paham kapitalis dan aliran positivisme, hingga sampai pada masa restorasi yang ditandai dengan perjuangan berat untuk memperbaiki konsep tentang pengetahuan serta meningkatkan pemahaman tentang proses mencapai kearifan. Kini, setelah cukup lama iimu psikologi terumuskan secara akademis, dirasakan perlunya menggali kembali serta mengembangkan penelitian tentang kearifan dari sudut pandang ilmu psikologi.
Secara garis besar teori tentang kearifan dibagi ke dalam (1) teori implisit, (2) teori kognitif den (3) teori integratif. Dari masing-masing pandangan ditemukan berbagai hasil dan kesimpulan, baik mengenai arti, proses, ciri dan faktor penentu, manifestasi perilaku, maupun produk kearifan.
Penelitian ini ingin menggali pandangan masyarakat awam mengenai berbagai ciri kearifan dan faktor-faktor yang mempengaru inya. Kemudian juga ingin melihat manifestasi ciri dan faktor tersebut dalam kehidupan para tokoh lansia yang dipandang arif oleh tiga kelompok usia di daerah Jakarta dan sekitannya.
Penelitian dilakukan secara bertahap, diawali dengan pendekatan kuantitatif, kemudian dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif. Pads pendekatan pertama, mula-mula dilakukan elisitasi jawaban mengenai ciri-ciri kearifan, kemudian penyebaran kuesioner yang berisi ciri-ciri yang telah disepakati. Pada pendekatan kualitatif, dilakukan wawancara mendalana terhadap 3 tokoh lansia yang terpilih sebagai orang arif oleh tiga kelompok usia tadi.
Dengan menggunakan uji statistik Analisis Faktor dan Analisis Varian Sat' Arah dengan mencari nilai uji F, diperoleh hasil berikut ini. Dari 43 ciri kearifan yang diperoleh, ditemukan 5 faktor yang mempengaruhi kearifan, masing-masing bernama: (1) Kondisi Spiritual-Moral, (2) Kemampuan Hubungan Antar Manusia, (3) Kemampuan Menilai dan Mengambil Keputusan, (4) Kondisi Personal, (5) Kemampuan Khususflstimewa. Faktor Spiritual-Moral merupakan faktor yang diperoleh dari penelitian ini, yang belum ditemukan dalam studi-studi sebelumnya. Faktor ini juga disepakati oleh para responder sebagai faktor yang memberikan kontribusi terbesar untuk menggambarkan kearifan.
Selain itu ditemukan lebih banyak kesamaan pandangan antara tiga kelompok usia mengenai ciri-ciri kearifan. Faktor yang dipandang berbeda secara bermakna oleh tiga kelompok usia adalah Kemampuan Hubungan Antar Manusia, Kemampuan Menilai dan Mengambil Keputusan serta Kemampuan Khusus/lstimewa. Sedangkan Faktor Spiritual-Moral dan Faktor Personal dipandang sama dalam menggambarkan kearifan.
Data kualitatif dari 3 tokoh lansia yang dipandang arif, menunjukkan kesepakatan dalam mengartikan konsep kearifan. Kearifan adalah kemampuan menanggapi, memutuskan dan menyelesaikcan permasalahan dengan cara yang tidak menyinggung pihak-pihak yang terlibat dan dapat diterima oleh semua pihak, sehingga keputusan yang diambil adalah hasil dari penilaian yang adil dan seimbang. Persoalan yang dimaksud, bukan saja yang memerlukan penanganan secara rasional dan intelektual, tetapi yang lebih mengandung segi-segi yang bersifat afektif dan moral, dimana hati nurani ikut "berbicara".
Berbagai ciri dan faktor kearifan, termanifestasikan pada para tokoh lansia dari cara mereka menghadapi permasalahan-permasalahan serta cara mempertimbangkan dampak keputusan yang diambilnya terhadap orang-orang yang terlibat. Pada dasarnya dapat ditarik kesamaan manifestasi terhadap setiap faktor kearifan, namun isi pengalaman don persoalannya tampak unik dan bervariasi.
Pendalaman penelitian melalui 'case-history' atau studi longitudinal, tampaknya diperlukan untuk menjawab pertanyaan mengenai proses berlangsungnya kearifan itu. Selain itu, program pelatihan bagi anak (seperti Program Biaa Keluarga Balita) maupun bagi generasi muda dan madya yang dapat meningkatkan perolehan tantangan-tantangan di berbagai bidang, dapat dilakukan sebagai saran intervensi untuk memunculkan kearifan dalam kehidupan lebih lanjut. Tidak lupa, program pelatihan bagi pare lansia itu sendiri dengan tujuan dapat mengaktualisasikan kearifan yang dimiliki semaksimal mungkin, sehingga potensi-potensi dan gambaran positif tentang lansia makin tampil."
2001
T10877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
R. Miftah Suryadipraja
"Telah dilakukan penelitian retrospektif terhadap pasien infark miokard akut (IMA) yang dirawat di ICCU RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta antara Januari 1994 sampai Desember 1999. Dari 513 pasien yang dirawat dengan IMA, 227 pasien adalah usia lanjut, di mana 35,2 % dari mereka adalah wanita. Sebagian besar IMA usia lanjut mengeluh nyeri dada yang khas seperti pada pada kelompok usia muda. Pasien IMA usia lanjut cenderung terlambat datang ke rumah sakit dan lebih banyak menderita IMA gelombang Q. Faktor risiko diabetes melitus dan hipertensi lebih sering dijumpai pada usia lanjut. Prevalensi fibrilasi atrial dan mortalitas lebih tinggi pada usia lanjut. (Med J Indones 2003; 12: 229-35)

A retrospective study were performed in patients with acute myocardial infarction (AMI) that hospitalized in ICCU Cipto Mangunkusumo hospital, Jakarta during the period of January 1994 until Decmber 1999. There were 513 patients hospitalized with MCI, 227 patients (44.2%) were classified as elderly, and 35.2% of them were female. Most of the elderly AMI patients reported typical chest pain just like their younger counterparts. Elderly AMI patients tend to come later to the hospital, and more Q-wave myocardial infarction were identified compared to non-Q-wave myocardial infarction. Risk factors of diabetes mellitus and hypertension were more common among the elderly. The prevalence of atrial fibrillation and the mortality rate were higher among elderly AMI patients. (Med J Indones 2003; 12: 229-35)"
2003
MJIN-12-4-OctDec2003-229
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Meivira Budiman
"Background: Systemic sclerosis is a chronic progressive multisystem autoimmune disease in connective tissue, characterized by its heterogeneous clinical manifestation. The purpose of this study is to give information regarding clinical manifestations and laboratory findings of systemic sclerosis patients to establish diagnosis of disease.
Methods: This study was conducted using descriptive quantitative design in September until October 2016. Data was collected from medical records of patients visiting Rheumatology Clinic Dr. Hasan Sadikin General Hospital from 1 July 2015 until 30 June 2016 using total sampling method. The collected data were expected to comprise patients clinical manifestation and laboratory finding.
Results: Most of patients had cutaneous 57 100.0 pecent and musculoskeletal 40 70.2 pecent involvement. Some of the disease manifestations were Raynauds phenomenon 38 66.7 pecent , fingertip lesion 33 57.9 pecent, stiffness in skin 34 59.6 pecent, and arthalgia 29 50.9 pecent. Gastrointestinal involvements were present in 29 50.9 pecent patients. Renal involvement were determined from urinalysis result showed proteinuria 10 17.5 pecent and hematuria 8 14.0 pecent, found in 24 42.1 pecent patients, while pulmonary and cardiac involvements were found in 30 52.6 pecent patients, acknowledged from clinical symptoms such as dyspnea 12 21.1 pecent. Identification of autoantibodies was found in 12 21.1 pecent patients, with 10 17.5 pecent patients had reactive ANA and 3 3.5 pecent had positive anti Scl70.
Conclusion: Most of systemic sclerosis patients had cutaneous involvement. Renal, pulmonary, and cardiac involvement were concluded based on laboratory findings."
Jakarta: University of Indonesia School of Medicine, 2018
616 IJR 10:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Putu Putra Suryana
"Background. Systemic lupus erythematosus (SLE) has diverse clinical manifestations, including renal and non-renal. Renal manifestation is related to significant morbidity and mortality. SLE is also characterized by serological aberrations, including levels of complement C3, C4 and anti-dsDNA, but the association of them with clinical manifestations including renal and non-renal is unclear. This study investigated the associations of C3, C4 and anti-dsDNA levels with renal and non-renal manifestations in SLE patients.
Method. A cross-sectional study was conducted in the Polyclinic of Rheumatology, Dr. Saiful Anwar Hospital Malang. A number of 43 subjects fulfilled the 1997 American College of Rheumatology criteria participated in this study, that consisted of 11 patients with renal manifestation and 32 patients with non-renal manifestations. Serum C3 and C4 levels were measured using immunoturbidimetry, and serum anti-dsDNA levels were measured using enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA). The independent T-test was used to compare C3 levels and the Mann-Whitney U test was used to compare C4 and anti-dsDNA levels between groups.
Result. SLE with renal manifestation had significant lower levels of serum C3 compare to non-renal manifestations (mean ± SD: 71.27 ± 32.65 mg/dL and 94.47 ± 26.29 mg/dL respectively, p=0.022). SLE with renal manifestation also had significantly lower levels of serum C4 compare to non-renal manifestations (mean ± SD: 14.55 ± 8.20 mg/dL and 25.50 ± 11.05 mg/dL respectively, p=0.002). Conversely, SLE with renal manifestation had significantly higher levels of serum anti-dsDNA compare to non-renal manifestations (mean ± SD: 249.27 ± 240.34 IU/mL and 109.91 ± 166.11 IU/mL respectively, p=0.014).
Conclusion. SLE patients with renal manifestation have significantly lower levels of serum C3 and C4 and a higher level of serum anti-dsDNA than SLE patients with non-renal manifestations."
Jakarta: University of Indonesia School of Medicine, 2019
616 IJR 11:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Thermal waters at Ciarrinem and Cilayu,Pameungpeuk, West Java, Indonesia have different characteristics: Cairinem water is a steam heated sulfate type and accurs as hot springs,whereas Cilayu water discharges as hot pools and is a chloride water type
"
ITJOSCI
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Darmawan
"Although typically patients with coronavirus disease-19 (COVID-19) have pulmonary symptoms atypical cases can occasionally present with extra-pulmonary symptoms. We report an interesting case of COVID-19 female patient presenting with combination of central nervous system disorder and acute myocardial infarct as initial manifestation. Multiorgan involvement in COVID-19 might lead to multiple atypical presentation which could be overlooked by the physician."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2021
610 UI-IJIM 53:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>