Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elden, Stuart
London: University of Minnesota Press, 2009
320.15 ELD t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ghifari Athallah Ramadhan
Abstrak :
Studi ilmu hubungan internasional sangat berkutat kepada unsur-unsur abstrak seperti isu perekonomian, isu transnasional, dan juga studi mengenai perang ketika terdapat unsur lain yaitu unsur fisik. Di antara ketiga konsentrasi yang diajarkan di departemen ilmu hubungan internasional Universitas Indonesia Pengkajian Strategis, Ekonomi Politik Internasional, dan Masyarakat Transnasional , hanya pengkajian strategis yang memberikan konsiderasi kepada unsur fisik dalam studi hubungan internasional. Apa yang penulis maksud dengan unsur fisik adalah unsur di mana ilmu hubungan internasional terjadi: di ruang, dan lebih spesifik, di teritori. Aktor utama dalam studi hubungan internasional, negara, mendiami suatu wilayah geografis yang disebut dengan teritori. Dikarenakan hal tersebut, teritori kemudian menjadi suatu hal yang bersifat tidak netral dan suatu teritori memiliki perbedaan dengan teritori lain berdasarkan kondisi dari negara yang mendiami teritori tersebut. Melalui Tugas Karya Akhir Ini, penulis ingin memetakan bagaimana kepustakaan yang dilakukan mengenai teritori dalam studi ilmu hubungan internasional. Tugas karya akhir ini menemukan lima sub tema besar konsep teritori yaitu awal mula teritori, awal mula geopolitik, kritik terhadap konsep geopolitik dan teritori, respon terhadap kritik konsep geopolitik dan teritori, serta kemugkinan politik alternatif. Temuan yang penulis lihat adalah repetisi dari konsep teritori dalam berbagai macam kajian dan juga bagaimana teritori akan tetap relevan hingga kedepannya. Konsep dari teritori juga sangat perlu untuk diperluas untuk melihat bagaimana negara dan warga negara akan bertindak sesuai dengan teritorinya yang dimiliki. Penulis melihat tiga ragam perluasan teritori yang mungkin terjadi yaitu 1 ruang siber, 2 ruang pemikiran, dan juga 3 ruang yang sebelumnya tidak dikuasai oleh entitas politik manapun. Sebagai penutup, penulis menyarankan agar studi mengenai teritori diperluas karena di era kontemporer teritori tidak hanya dikuasai oleh negara, namun juga oleh aktor non-negara. Selain itu, studi non-Barat mengenai konsep teritori perlu juga diperdalam. Dengan begitu, dapat terlihat bagaimana sifat dari studi mengenai konsep teritori. Berdasarkan Tugas Karya Akhir ini, dapat terlihat bagaimana konsep teritori dalam ilmu hubungan internasional dan dapat dikaji lebih lanjut dari sudut pandang empiris dan juga akademis mengenai konsep yang jarang dibahas dalam studi hubungan internasional ini.
The study of international relations is too focused on abstract level such as international economy, transnational studies, and security studies, while there is another level that is physical level. Within the three academic sub majors that is offered within international relations University of Indonesia Security Studies, International Political Economic, Transnational Studies , only security studies gives consideration regarding the physical level in international relations. What I mean by physical level is the level where international relations takes place: space, and specifically, territory. The major actor of international relations, states, also mentioned as countries are located in specific territorial boundaries, which differs from state to state. These differences means that territory is not something neutral and is subjected to the condition of the respective states. With this literature review, I hope to map the various literature regarding territory based on respective sub themes. The sub themes that are mapped in this literature review is the beginning of territory, the beginning of geopolitics, critics on the concept of territory and geopolitics, respons to the critics on the concept of territory and geopolitics, and the possibility of alternative political unit. This literature review then concludes that the concept of territory should be broadened. This is needed because in contemporary era, non-state actor could also occupy territory. The broadening of concept encompasses three ways 1 cyber space, 2 mind space, and 3 space that is previously not controlled by any political entities. Lastly, the study of territory from non-western view should also be studied more. By mapping the respective sub themes, I hope the various sub themes could show the main themes and issues in the concept of territory. Lastly, I hope to show the current discussion of territory in international relations study, and what could be discussed more in this rarely talked concept in international relations.
Depok: Univesitas Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadila Fitria
Abstrak :
Tesis ini mengkaji perilaku manusia dalam hubungannya dengan ruang, termasuk ruang pribadi dengan batas-batas maya yang terbentuk akibat kebudayaan seseorang. Menggunakan pendekatan perilaku yang merupakan implikasi dari seluruh kegiatan manusia yang didasari oleh kebudayaan sebagai sistem pengetahuan (Spradley dan McCurdy, 1987: 2-3) dan pedoman hidup atau blueprint (Suparlan, 1994) serta konsep teritorialiti dari Deleuze dan Guattari (1987). Kedua konsep yang sating bersesuaian, teritorialiti adalah gambaran atau gagasan yang ada di pikiran manusia yang mempengaruhinya dalam bertingkah laku. Konsep teritorialiti berkaitan dengan konsep deteritorialisasi dan reteritorialisasi yaitu proses pengaburan dan pembentukan teritorialiti yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang baru. Individu akan mencerap ruang beserta isinya termasuk individu lain yang berada di sekitarnya dan menanggapi sesuai dengan pedomannya. Proses penyesuaian diri merupakan salah satu tanggapan individu terhadap ruang. Berada di lingkungan yang baru seseorang akan menyesuaikan diri dengan pedoman yang ada di lingkungan tersebut. Demikian pula dengan lansia yang tinggal di STW. Mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan STW, baik ruang ragawi maupun ruang dengan batas-batas maya (ruang pribadi). Walaupun ada lansia yang tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan dan penghuni STW, setidaknya ditemukan empat kiat yang dilakukan oleh penghuni dalam menyesuaikan diri, yaitu dengan: 1) menutup diri, 2) memilih teman 3) mengadakan pendekatan dengan semua penghuni dan 4) tidak menutup diri tapi menghindari ruang yang akan menimbulkan kesulitan pada dirinya. Kiat-kiat tersebut sangat dipengaruhi oleh kebudayaan sebagai pedoman hidup atau acuan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pekerjaan, keluarga dan status pernikahan serta tipe kepribadian. Mereka mendeteritorialisasi dan mereteritorialisasi teritoriaiitinya dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan STW. Dalam kaitannya dengan ruang ragawi, mereka melakukan beberapa penyesuaian terhadap kamar tidur dengan; 1) mengubah perletakkan perabot, 2) menambahkan perabot sesuai kebutuhannya, 3) memilih untuk keluar dan kamar atau melakukan kegiatan di luar kamar tidurnya. Pilihan-pilihan yang diambil oleh penghuni dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuannya. Berinteraksinya ruang-ruang pribadi dalam ruang publik rentan akan terjadinya konflik. yang Terjadinya konflik di lingkungan STW dapat dilibat sebagai usaha dari penghuni untuk mempertahankan kedudukan sosialnya dan dapat memelihara hubungan dalam kelompok. Terutama penghuni yang pada kehidupan sebelum tinggal di STW, memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat. Hal ini sesuai dengan tesis Coser (1956) mengenai fungsi konflik sosial. Penelitian ini menemukan bahwa jarak jarak sosial dalam interaksi lansia penghuni STW tidak dapat diukur dengan jarak ragawi, melainkan melalui isi pembicaraan dan intensitas pertemuan antar penghuni. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan kemampuan pendengaran dan penglihatan yang mengharuskan mereka saling berdekatan ketika berbicara. Sebaliknya mereka enggan untuk duduk berdekatan dengan lawan jenisnya karena khawatir akan menjadi pembicaraan penghuni lain. Dari penelitian ini diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam merancang rumah khusus lansia, yaitu; 1) perletakkan ruang-ruang bersama untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi penghuni dikaitkan dengan kebudayaan lansia; 2) penataan perabot dalam ruang. Penerapan konsep sosiapetal bagi ruang sosial yang mendukung interaksi antar pemakai dan konsep sociofugal bagi ruang yang menghindari interaksi antar pemakai ruang, dan 3) bahan yang digunakan untuk perabot, hendaknya yang ringan sehingga mudah untuk dipindah-pindahkan ketika ditata kembali sesuai kebutuhan tiap kegiatan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najma Khofifah
Abstrak :
Penelitian ini mengeksplorasi dinamika spasial dan teritorialitas pemenuhan kebutuhan primer dalam konteks kepulauan, yang berfokus di Pulau Moyo, Indonesia, menggunakan dasar teori Archipelagic Thinking. Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan unik dalam mengelola wilayahnya yang luas dan tersebar. Pulau Moyo, sebagai pulau kecil yang terisolasi dengan akses terbatas ke pulau disekitarnya, memberikan kasus yang menarik untuk menyelidiki hubungan antara Pulau Moyo dan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan dasar. Melalui analisis data deskriptif, studi ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan primer penduduk Pulau Moyo, dan teritorialitas yang terjadi dalam upaya pemenuhannya. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa pemukiman pesisir Pulau Moyo terbagi menjadi klaster barat dan timur, dengan aksesibilitas terbatas meliputi jalan setapak hutan dan jalur laut musiman. Teritori primer klaster barat dan timur ditemukan telah memenuhi kebutuhan primer ekonomi dan sosial, didukung oleh sektor ternak, nelayan, perkebunan, dan jasa. Teritori sekunder kebutuhan primer ekonomi dan sosial dipenuhi oleh pulau seberang dengan melewati jalur laut.  ......This research explores the spatial dynamics and territoriality of fulfilling primary needs in an archipelago context, focusing on Moyo Island, Indonesia, using the basic theory of Archipelagic Thinking. As an archipelagic nation, Indonesia faces unique challenges in managing its vast and dispersed territory. Moyo Island, as a small isolated island with limited access to the surrounding islands, provides an interesting case for covering the relationship between Moyo Island and its surroundings in meeting basic needs. Through analysis of descriptive data, this study examines the factors that influence the fulfillment of the primary needs of the Moyo Island population, and the territoriality that occurs in fulfilling them. From this study, it was found that the coastal settlements of Moyo Island were divided into western and eastern clusters, with limited accessibility including forest trails and seasonal sea routes. The primary territories of the western and eastern clusters were found to have fulfilled primary economic and social needs, supported by the livestock, fishing, plantation and service sectors. The secondary territory of the primary economic and social needs is fulfilled by the opposite island by sea. 
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Zulkifli
Abstrak :
Studies on local knowledge are recently important in development program. Such studies remind us to learn from the community before we teach them. This article discusses how local knowledge understood and used to encourage people participation in forest conversation in South Tapanuli, North Sumatera. The author argues that local knowledge in forest management can be revitalized to build participation if only all stakeholders able to make social commitment as part of social capital.
2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wuri Adi Handayani
Abstrak :
Tempat tinggal mempakan kebutuhan pokok dan salah satu tugas perkembangan dari pasangan muda. Namun saat keadaan ekonomi Indonesia yang sedang dilanda krisis seperti sekarang ini, kebutuhan akan tempat tinggal menjadi lebih sulit untuk dipenuhi. Alasan mengapa kebutuhan ini menjadi lebih sulit karena harga di sektor perumahan yang membumbung tinggi dan menurunnya daya beli masyarakat. Oleh karena itu tinggal bersama mertua atau orangtua merupakan salah satu pemecahan masalah. Setiap individu memiliki kebutuhan akan teritori. Kebutuhan teritori berkaitan erat dengan privacy karena territoriality merupakan salah satu mekanisme untuk memenuhi kebutuhan pnVacy (Shaw & Constanzo,1982). Bagi pasangan muda kebutuhan akan privacy dan teritori menjadi sangat penting karena sebagai pasangan yang baru menikah mereka harus melakukan penyesuaian seksual dan penyesuaian terhadap keluarga pasangan (Hurlock, 1980). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif agar gambaran dan dinamika penyesuaian diri subjek, balk sebagal Indlvidu maupun keluarga yang bersifat unik dapat tertangkap dan dipahami dengan lebih balk sesual dengan makna yang diberikan dari sudut pandang indlvidu yang bersangkutan. Dapat dikatakan pula bahwa penelitian ini bersifat deskriptif karena berusaha menggambarkan keadaan, gejala dan proses yang terjadi pada diri indlvidu. Data untuk penelitian ini didapat dari wawancara yang mendalam dengan subjek penelitian dengan karakteristik yaitu wanita bekerja yang telah menikah maksimal lima tahun dan telah dikaruniai anak yang tinggal bersama mertua. Subjek yang memiliki cukup teritori dengan batas yang jelas dan disepakati oleh keluarga pasangannya merasa puas dengan privacy yang dimllikinya. Sedangkan subjek yang tidak memiliki batas teritori yang jelas akan mengalami kesulitan untuk mengontrol stimulus yang keluar-masuk teritorinya. Tinggal bersama mertua juga memiliki sisi positif yaitu pasangan muda dapat berhemat dan memiliki orang yang dapat dimintai pertolongan untuk menjaga anak mereka saat mereka pergi bekerja. Bagi pasangan yang belum mampu secara ekonomi, tinggal bersama mertua tetap merupakan cara pemecahan masalah yang balk.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Devina Zharfan
Abstrak :
ABSTRACT
Humans are social beings, meaning that they need to always interact with each other. Interactions can be done physically by involving direct contact of one person to another person. This also can be done indirectly as people communicate using intermediaries, which are increasingly found in line with the development of technologies. Interactions seem to be fading with the presence of communication technologies, resulting in the feeling that having a conversation with someone on the other side of the world feels like having a direct interaction. Although there are still lots of differences between these two, benefits of having direct interactions are plenty. People can directly show affections by hugging, for example. Direct interactions allow people to interact with another persons personal space. For thousands of years, people tried to create dwellings as places to settle and also to have their own privacy. While personal space is being claimed every time a person moves, dwellings are permanently located and claimed as possessions. It is a space that can be used for residents to live in separated from the public where they feel safe and secure. Besides building dwellings, people also mark the rest of their space to establish their territory. It is a boundary made to exclude the public from interfering. As time goes by, development has been seen in marking territory to claim certain space. Territorial markings are seen as a process of declaring and maintaining what people think of as being as theirs. However, territorial marks do not necessarily apply because people have different needs. Occasionally, territorial marks can also be eliminated if the needs of security and privacy are already fulfilled. For example, unlike typical residential communities, houses within gated communities are commonly found without territorial marks since the gated community already established privacy and security. However, there is still a chance of finding territorial marks within gated communities. This undergraduate thesis is aiming to study the presence of territorial markings inside the gated community. Related theories about territory, personal spaces, and also proxemics are being analyzed to understand human perception of spaces.
ABSTRAK
Manusia adalah makhluk sosial, yang berarti bahwa mereka harus selalu berinteraksi satu sama lain. Interaksi dapat dilakukan secara fisik dengan melibatkan kontak langsung dari satu orang ke orang lain. Ini juga dapat dilakukan secara tidak langsung ketika orang berkomunikasi menggunakan perantara, yang semakin sering ditemukan sejalan dengan perkembangan teknologi. Interaksi tampak berkurang dengan hadirnya teknologi komunikasi, sehingga melakukan percakapan dengan seseorang di sisi lain dunia terasa seperti memiliki interaksi langsung. Meskipun masih ada banyak perbedaan di antara keduanya, manfaat melakukan interaksi langsung tergolong cukup banyak. Orang dapat langsung menunjukkan kasih sayang dengan berpelukan, misalnya. Interaksi langsung memungkinkan orang berinteraksi dengan ruang pribadi orang lain. Selama ribuan tahun, orang mencoba membangun tempat tinggal sebagai tempat untuk menetap dan juga memiliki privasi mereka sendiri. Jika ruang pribadi selalu diklaim setiap kali seseorang bergerak, tempat tinggalnya berlokasi secara permanen dan diklaim sebagai hak milik. Ini adalah ruang yang dapat digunakan penghuninya untuk hidup terpisah dari masyarakat di mana mereka merasa aman. Selain membangun tempat tinggal, orang-orang juga menandai sisa dari lahan mereka untuk membangun teritori. Ini adalah batas yang dibuat untuk menjauhkan intervensi publik. Seiring berjalannya waktu, perkembangan telah terlihat dalam penandaan teritori untuk mengklaim ruang tertentu. Penandaan teritori dilihat sebagai proses menyatakan dan mempertahankan apa yang orang anggap sebagai milik mereka. Namun, tanda teritori tidak selalu berlaku karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda. Kadang-kadang, tanda teritori juga dapat dihilangkan jika kebutuhan keamanan dan privasi sudah terpenuhi. Misalnya, tidak seperti komunitas tempat tinggal biasa, rumah-rumah di dalam gated community biasanya ditemukan tanpa tanda teritori karena gated community sudah menyediakan privasi dan keamanan. Namun, masih ada peluang untuk menemukan tanda-tanda teritori dalam gated community. Skripsi ini bertujuan untuk mempelajari keberadaan tanda-tanda teritori di dalam gated community. Teori terkait tentang wilayah, ruang pribadi, dan juga proksemik akan dipelajari untuk memahami persepsi manusia tentang ruang.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Rahmadani
Abstrak :
Adanya ruang publik memberikan beragam manfaat untuk kehidupan sosial, ekonomi hingga politik dalam suatu masyarakat. Salah satu manfaat adanya ruang publik adalah sebagai tempat usaha pedagang kaki lima. Penempatan dalam menjajakan produk/dagangannya didalam suatu ruang atau wilayah memiliki pola yang sama setiap harinya dan terlihat teratur sesuai patok (penanda) yang ditinggalkan. Serta ada perbedaan konsentrasi di sepanjang jalur tersebut. Dari pola ini terlihat adanya negosiasi dan kesepakatan antara beberapa pihak seperti aktor penguasa untuk menetapkan dan mengatur atas pembagian wilayah atau teritorialitas. Kanal Banjir Timur (KBT) dipilih sebagai wilayah penelitian karena menjadi salah satu ruang publik yang peruntukannya dimanfaatkan oleh para pedagang kaki lima dengan jumlah sangat besar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pola serta alasan pemilihan tempat berdagang PKL secara spasial dan mengkaji bagaimana PKL dan penguasa pasar KBT dalam mengklaim wilayah kekuasaannya.. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode observasi lapang, wawancara mendalam dan analisis deskripstif. Penetapan informan dengan cara mewawancarai gate keeper terlebih dahulu. Hasil penelitian ini menunjukan Pola persebaran pedagang kaki lima yang berada di Wilayah Kanal Banjir Timur memiliki pola intensifikasi, yaitu setiap lokasi atau wilayah mempunyai berbagai macam variasi produk atau barang. Sedangkan alasan pemilihan tempat yang dipilih oleh mayoritas pedagang kaki lima adalah jarak tempat tinggal, sumber daya listrik dan sarana fisik dagang. Keterkaitan pemilihan tempat berdagang pedagang kaki lima terhadap teritorialitas di Wilayah Kanal Banjir Timur adalah mengenai keamanan dan kenyamanan peraturan. Hal ini tersirat dari beberapa pedagang kaki lima yang memilih tempat di paguyuban tersebut karena peraturan-peraturan dan tanda kebesaran paguyuban atau komunitas tersebut.
The presence of public spaces provides many benefits for social, economic, and political lives in a society. One of the public space benefits is as a place for street vendors to operate. Placement in selling products in a place or area has the same daily pattern and appear as organized according to the marks left. Concentration difference is also present along the path. From this pattern, one can observe negotiations and agreements between several parties, such as ruler actors determining and regulating the area distribution or territoriality. The Kanal Banjir Timur (KBT) was chosen as the study site because it is a public space utilized by street vendors in a considerable number. The study aimed to analyze the pattern and reason behind street vendor selling place selection spatially and review how street vendors and KBT ruler actors claim their territories. The study was a qualitative study using the field observation method, in-depth interviews, and descriptive analysis. Informant selection was conducted by firstly interviewing the gatekeeper. The study result demonstrates the street vendor distribution pattern in the Kanal Banjir Timur area, with an intensification pattern, where each location or area has various products or goods. Meanwhile, the reasons behind the location selection by most vendors were the distance from residence, electrical resources, and physical trade facilities. The association between selling place selection and territoriality in the Kenal Banjir Timur area was safety and comfort of regulations. It was implied by several street vendors selecting the place in such an association because of the regulations and status symbol of the association or community
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Lestari
Abstrak :
Dalam konteks situasi apapun, seseorang akan berusaha untuk membuat kontrol terhadap lingkungan fisik di sekitarnya, baik pada private place maupun public space. Dengan begitu, seseorang akan mendapatkan perasaan aman dari adanya gangguan. Kontrol seseorang terhadap teritorinya atau yang disebut persepsi territoriality ini dapat dicapai dengan pembentukan batas teritori yang jelas. Dan ketika batas tersebut tidak dapat terbentuk secara fisik, kita dapat membentuk batas tersebut secara visual dengan cahaya. Dengan persepsi territoriality yang kuat, seseorang dapat berkegiatan dengan nyaman pada teritorinya. Skripsi ini membahas pengaruh pencahayaan buatan terhadap territoriality pengunjung restoran dan bagaimana penerapan lighting pada interior sehingga dapat menjadi pembatas visual dilihat dari teknik pencahayaan dan jenis lampu yang digunakan, serta penggunaan material permukaan dalam restoran. Penelitian ini menggunakan metode empiris melalui studi kepustakaan dan juga survei serta wawancara untuk mendapatkan data-data. Hasil penelitian menyarankan bahwa desain pencahayaan untuk meningkatkan territoriality pengunjung restoran harus lebih banyak menggunakan pencahayaan setempat daripada pencahayaan secara general agar dapat menghasilkan kontras brightness yang signifikan. Dengan begitu, batas ruang pun akan terbentuk dengan jelas. ......In any situational context, the individual attempts to control of his physical environment, both in private place or public space. Thus, he would feel secure from invasion from others. Man's control of his territory which calls territoriality perception, could be attained by shaping the clear territory. And when the boundary could not be shaped physically, it is possible to shape that boundary visually by lighting. With strong territoriality perception, man can perform activity with comfort in his territory. This study is focused on artificial lighting effect on restaurant patrons' territoriality and how to apply interior lighting so that it can be visual boundary, referring to its technique, type of used lamp, and also surface materials in restaurants. This research is using empirical method with literature study, survey, and interview to gain the data. Research suggest lighting design to improve patrons' territoriality must apply more localized lighting than general lighting in order to produce significant brightness contrast. Thus, the space boundary will be shaped clearly.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51555
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simmons, Annette
Abstrak :
"Power, position, property. That's been the name of the game throughout human history. And the urge to gain new territory -- or keep what's already been acquired -- certainly shows up in our daily work lives. The workplace, in fact, is ablaze with battles over information, relationships, and authority -- and everyone is fighting for psychological survival. These turf wars are some of the most productivity- and morale-squashing activities that employees engage in. Territorial Games analyzes 10 of these insidious and instinctual acts of gamesmanship -- such as camouflage...occupation...shunning...intimidation -- and it supplies positive strategies for combating territorial behavior. Written from the perspective of a behavioral scientist and drawn from in-depth interviews with corporate managers, the book explains how to: * understand the roots of territoriality * recognize the signs and symptoms of territorial games * focus on organizational goals rather than individual turf wars * promote teamwork throughout an organization * apply counterstrategies to change destructive behavior."
New York: American Management Association;;, 1998
e20440796
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>