Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Khabib Burhanuddin Iqomh
"Demam merupakan respon tubuh terhadap infeksi, menyebabkan rasa tidak nyaman, gelisah, gangguan fisiologis pada anak. Tatalaksana demam dilakukan dengan metode farmakologi dan non farmakologi. Asuhan keperawatan menggunakan model konservasi Levine bertujuan untuk mempertahankan konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal dan konsevasi integritas sosial. Tepid water sponging (TWS) merupakan salah satu intervensi keperawatan mengatasi masalah demam, kombinasi TWS dengan terapi farmakologi lebih cepat menurunkan demam dibanding terapi farmakologi saja. Hasil pemberian asuhan keperawatan menggunakan model konservasi Levine dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan demam.

Fever is the body's response to infection, causing discomfort, anxiety, physiological disorders in children. Management of fever performed with pharmacological and non-pharmacological methods. Nursing care using the model of conservation Levine aims to maintain energy conservation, structural integrity conservation, personal integrity conservation and social integrity conservation. Tepid Water sponging (TWS) is one of the nursing interventions to overcome the problem of fever, TWS combination with pharmacological treatment more quickly reduce fever than pharmacological treatment alone. The results of nursing care using Levine?s conservation model can be used as a reference in providing nursing care in children with fever.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Setia Betaria
"Kenaikan suhu global bumi hingga 2 0C memberi pengaruh nyata terhadap produktivitas sapi. Efek negatif kenaikan suhu global dapat dikurangi dengan mempelajari adaptasi hewan pada tingkat individu hingga gen. penelitian bertujuan untuk mempelajari respons fisiologi dan ekspresi gen termoregulator Hsp90 dan ATP1A1 sapi Bali di beberapa daerah di Inonesia. Pengumpulan data fisiologi, sampel darah sapi dn kondisi lingkungan dilakukan di Cipelang Kabupaten Bogor, Desa Lompo Tengah Kabupaten Barru, Desa Sumber Klampok Kabupaten Buleleng, dan Desa Telaga Bertong Kabupaten Sumbawa Barat. Sampel darah diambil dari vena jugularis untuk diisolasi RNA, lalu ditranskripsi balik menjadi cDNA yang kemudian dilanjutkan dengan proses qRT-PCR. Ekspresi gen dilakukan dengan metode komparasi deltas Ct dengn normalisasi oleh gen GADPH.
Analisis data fisiologi dan kondisi lingkungan dengan uji multivariate dan korelasi Pearson, sedangkan analisis ekspresi gen dengan uji Kruskal-Wallis. Suhu udara, kelembaban udara dan intensitas matahari di empat lokasi berbeda nyata p=0 , tetapi kecepatan angin tidak berbeda nyata p=0,056 , sehingga mempengaruhi perbedaan suhu kulit, suhu rektum, suhu tubuh dan laju pernapasan. Respons sapi terhadap cekaman panas dengan cara peningkatan suhu kulit, suhu rektum, suhu tubuh, laju pernapasan, peningkatan ekspresi gen Hsp90 dan ATP1A1. Rasio ekspresi gen Hsp90/GADPH dan ATP1A1/GADPH berbeda setiap lokasi penelitian karena dipengaruhi kondisi iklimnya.

Earth 39 s global temperature rise to 2 0C had a significant effect on the productivity of cattle. The negative effect of the global temperature rise can be reduced by studying the adaptation of animals at the individual level to the gene level. The research aimed to study the physiology response and gene expression of Hsp90 dan ATP1A1 on Bali cattle in some areas in Indonesia. The physiology profiles of cattle, blood samples and environmental conditions were collected from Cipelang, Lompo Tengah village, Sumber Klampok village and Telaga rtong village. Blood samples were taken from jugular vein to isolate RNA that was reverse transcribed info cDNA followed by qRT PCR process. Gene expression was performed by the comparative delta Cycle threshold Ct method which GADPH as internal control gene.
Analysis of physiological data and environmental conditions were done by multivariate test and Pearson correlation test, whereas gene expression analized by Kruskal Wallis test. Air temperature, air humidity and the light intensity at four locations were significantly different p 0, but the wind speed did not differ significantly p 0,056, thus affecting differences in skin, rectal and body temperature, and respiratory rae. Bali cattle responded to heat stress by increasing the skin, rectal and body temperatures respiratory rate, and upregulated of Hsp90 and ATP1A1 genes. The ratio of the genes expression of Hsp90 GADPH an ATP1A1 GADPH were difference each the study sites because it 39 s climatic conditions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T46899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Ompusunggu
"Pengontrolan suhu tubuh sangat penting pada bayi prematur karena fluktuasi suhu meningkatkan ketidakseimbangan tingkat metabolisme bayi baru lahir. Pengaturan suhu tubuh yang buruk menjadi sasaran faktor lingkungan yang dapat menyebabkan kehilangan panas yang cepat sehingga rentan terhadap peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas akibat hipotermia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan teori Konservasi  Levine dalam mengatasi masalah risiko termoregulasi tidak efektif pada bayi baru prematur di ruang Perinatologi. Model Konservasi Levine berfokus pada peningkatan adaptasi dan mempertahankan integritas diri (wholeness) dengan menggunakan prinsip konservasi. Masalah risiko termoregulasi tidak efektif merupakan salah satu gambaran terganggunya konservasi energi mencakup ketersediaan dan pengeluaran energi bayi baru lahir dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen dengan mempertahankan fungsi normal termogenesis


Body temperature control is very important in preterm infant because temperature fluctuations improve the balance. Poor body temperature regulation is the target of environmental factors that can cause rapid heat loss, making them susceptible to an increased risk of morbidity and mortality due to hypothermia. The purpose of this study was to determine the application of Levine's Conservation theory in overcoming the problem of ineffective thermoregulation risk in premature newborns in the Perinatology room. Levine's Conservation Model focuses on increasing adaptation and maintaining wholeness using conservation principles. The problem of the risk  ineffective thermoregulation is one of the features of the disruption energy conservation and energy expenditure of baby and causes an increase in oxygen consumption by maintaining normal thermogenesis function.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Caswini
"Bayi prematur memiliki risiko tinggi terhadap ketidakefektifan pengaturan suhu termoregulasi , serta risiko tinggi terhadap gangguan neurodevelopmental. Penelitian ini menggunakan pendekatan Random Control Trial RCT dengan disain paralel yang melibatkan 56 responden dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok PMK satu jam 28 responden dan kelompok PMK dua jam 28 responden. PMK dilakukan dua hari berturut-turut. Hasil analisis paired t test suhu tubuh dan independent t test kepercayaan diri ibu dengan nilai p=0,001; ?=0,05. Secara statistik bahwa ada perbedaan bermakna perubahan suhu tubuh antara PMK satu jam dan dua jam pada hari pertama dan kedua serta ada perbedaan yang bermakna antara kepercayaan diri ibu sebelum dan sesudah melakukan PMK satu dan dua jam. Berdasarkan hasil tersebut, PMK yang direkomendasikan dengan durasi satu atau dua jam karena mempunyai nilai yang signifikan terhadap perubahan suhu tubuh dan kepercayaan diri ibu dalam melakukan PMK, sehingga semakin lama ibu melakukan PMK maka akan semakin meningkat kepercayaan diri ibu dalam melakukan PMK.

Premature infants have high risk to suffer from in ineffectiveness of thermoregulation and also high risk of neurodevelopmental disorders. This research uses random control trial RCT approach with parallel design which involving 56 respondents and divided into two groups,one hour KMC group 28 respondents and two hours KMC 28 respondents. KMC is done two days in a row. Result of paired t test of body temperature and independent t test of mother self confidence with value p 0,001 0.05. Statistically, there was a significant difference in body temperature change between one and two hour KMC on the first and second days and there was a significant difference between mother 39 s self confidence before and after doing KMC one and two hours. Based on these results, the recommended KMC with a duration of one or two hours because it has a significant value to changes in body temperature and mother 39 s confidence in conducting KMC, so the longer the mother perform KMC it will increase the mother 39 s confidence in doing KMC.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaya Sutedja T
"ABSTRAK
Lebah tanpa sengat merupakan agen penyerbuk yang memiliki populasi tinggi terutama di daerah tropis dan subtropis. Lebah ini merupakan kelompok sosial lebah dalam famili Apidae yang memiliki tingkatan kasta. Lebah tanpa sengat dapat bertahan hidup pada suhu tertentu dengan melakukan termoregulasi aktif dan pasif. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan lethal temperature (LT50) aff Tetragonula. minor dan Tetragonula laeviceps di Universitas Indonesia yang dianalisis menggunakan analisis probit. Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara batas termal dan ukuran lebar thorax. Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data LT50 pada kedua spesies, serta lebar dada dan suhu dada maksimum. Kemudian data LT50 yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis probit. Data lebar thorax dan suhu maksimum dianalisis menggunakan independent t-test. Hasil yang didapatkan adalah tidak terdapat perbedaan ketahanan panas pada Tetragonula aff. minor dan Tetragonula laeviceps. Selain itu, tidak ada pengaruh lebar toraks terhadap ketahanan panas.
ABSTRACT
Stingless bees are pollinating agents that have high populations, especially in the tropics and subtropics. This bee is a social group of bees in the Apidae family that has a caste level. Stingless bees can survive at certain temperatures by performing active and passive thermoregulation. This research was conducted with the aim of knowing the difference in lethal temperature (LT50) aff Tetragonula. minor and Tetragonula laeviceps at the University of Indonesia which were analyzed using probit analysis. The second objective of this study was to determine the relationship between the thermal limit and the size of the thorax width. The study began by collecting LT50 data on both species, as well as chest width and maximum chest temperature. Then the LT50 data obtained were analyzed using probit analysis. Data on thorax width and maximum temperature were analyzed using independent t-test. The results obtained are that there is no difference in heat resistance in Tetragonula aff. minor and Tetragonula laeviceps. In addition, there is no effect of thorax width on heat resistance."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library