Ditemukan 183 dokumen yang sesuai dengan query
Nova Susiana S.
"Proses Termal Desorpsi adalah salah satu cara pengolahan limbah padat dengan menggunakan pemanasan, dalam sistem ini material kontaminan tidak dihancurkan tetapi tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan sehingga tidak menghasilkan gas-gas pencemar udara, misalnya oksida nitrogen atau oksida sulfur penyebab hujan asam dan karbon monoksida yang beracun.
Pada penelitian ini dilakukan proses termal desorpsi skala laboratorium yang menggunakan alat-alat yang sangat sederhana. Disini dilakukan dua jenis proses termal desorpsi yaitu Low Temperature Thermal Desorption (LTTD) dengan suhu 90-320OC dan High Temperature Thermal Desorption (HTTD) dengan suhu 350-650OC. Limbah padat yang digunakan adalah kompos yang diberi perlakuan tertentu.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari keempat logam yang terdesorpsi menunjukkan bahwa logam Zn mempunyai persentase terdesorpsi paling besar yaitu 28,81 % dengan suhu optimum 3200C untuk hasil LTTD sedangkan logam Cd mempunyai persentase terdesorpsi paling besar yaitu 66,22 % dengan suhu optimum 6500C untuk hasil HTTD."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muh. Soleh
"Setiap manusia selalu menginginkan Lingkungan yang nyaman secara thermal. Karena dengan kondisi yang nyaman akan mendukung metabolisme lubuh manusia untuk berpikir/berkonsentrasi agar apa yang dikerjakan bisa maksimaI.l-lal ini terjadi terutama bagi mereka yang berada di dalam ruangan ataupun kabin tertentu yang memerlukan suhu udara tertentu. Dalam merancang AC mobil diperlukan pengetahuan yang cukup antara Iain cara kerja AC mobil dan distribusi sirkulasi udara di dalam kabin mobil tersebut. Pengetahun ini dilakukan untuk mcngetahui waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan kenyamanan thermal di dalam kabin kendaraan penumpang (Toyota Kijang LSX) tanpa ducting (standard) dan dengan penambahan ducting kebelakang (dengan kontrol individu). Untuk mendapatkan data tersebut penulis menggunakan program CFD yaitu Fluent 6.1 .Tujuan mcnggunakan program CFD ini adalah unluk mendapatkan hasil yang Iebih akurat dan cepat. CFD digunakan sebagai alat uji untuk mengestimasi penyebaran temperatur udara setiap detik dalam kabin pcnumpang yang akan diuji sebagai parameter kenyamanan thermal dalam kabin mobil dengan system tanpa dueling dan dengan ducting. Setelah hasil perhitungan didapatkan dan dibandingkan dengan referensi dari parameter standar kenyamanan thermal ISO 7730, terlihat bahwa penambahan ducting kebelakang dengan nosel kemasing-masing penumpang mempercepat penyebaran temperatur udara dingin dan meningkatkan nilai kcnyamanan thermal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37793
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
URANIA 9:36 (2003)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Tani Frisda
"Penelitian ini mengidentifikasi respon termal oleh penghuni rumah tradisional Nias Selatan. Besaran termal diukur menggunakan Questemp 34, dan Anometer Kanomax serta angket tertutup untuk mengetahui kesan termal penghuni. Data dianalisis menggunakan regresi linier dan komparasi karakter termal bangunan antara periode musim hujan dan kemarau. Lokasi penelitian yaitu di Desa Batohilitano dan Desa Bawomataluo, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa respon termal pada rumah tradisional Nias Selatan yaitu responden kedua desa menyatukan suhu rumah panas 30,56 C di Desa Bawomataluo dan 31,3 C di Desa Botohilitano."
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2020
690 MBA 55:1 (2020)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Muhammad Faiq Fayyadh
"Kondisi lingkungan termal merupakan faktor penting dalam merancang ruang yang nyaman, khususnya dalam kondisi termal non-steady-state. Fenomena thermal alliesthesia menarik perhatian sebagai konsep yang menawarkan penjelasan terkait bagaimana persepsi termal individu dapat terbentuk berbeda-beda, tergantung pada kondisi internal subjek yang mengalaminya. Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh perubahan parameter suatu lingkungan terhadap persepsi kenyamanan termal dalam kondisi lingkungan termal dinamis. Proses identifikasi dilakukan untuk menilai faktor-faktor yang memengaruhi persepsi termal, dengan tujuan meningkatkan kenyamanan termal yang dialami oleh penggunanya. Penulisan berfokus pada analisis hubungan antara respons terhadap penilaian subjektif dengan parameter objektif. Pendekatan kuantitatif dilakukan, dengan mengintegrasikan data lapangan dengan metode perhitungan dan simulasi objektif. Fenomena thermal alliesthesia terbukti signifikan dalam konteks lingkungan dinamis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi lingkungan bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi persepsi termal; faktor psikologis dan fisiologis individu juga memiliki peran penting. Dalam kondisi non-steady-state, fenomena thermal alliesthesia didapati lebih signifikan, di mana fluktuasi kecil pada stimulus lingkungan dapat menyebabkan pengalaman termal yang lebih dinamis. Temuan ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan desain lingkungan termal yang adaptif, dengan pendekatan yang lebih mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi individu.
Thermal environmental conditions represent a pivotal factor in the design of comfortable spaces, particularly in non-steady-state thermal condition. The phenomenon of thermal alliesthesia has drawn interest as a concept that offers an explanation of how individual thermal perceptions can form in varied ways, depending on the internal state of the subject experiencing it. The present study aims to identify the effect of changes in environmental parameters on the perception of thermal comfort under dynamic thermal environmental conditions. The identification process is conducted to assess the factors influencing thermal perception, with the objective of enhancing the thermal comfort experienced by its occupants. This study focuses on the analysis of the relationship between responses to subjective assessments with objective parameters. A quantitative approach was employed, integrating field data with calculation method and objective simulation. The phenomenon of thermal alliesthesia proved significant in the context of a dynamic environment. The analysis reveals that environmental conditions are not the only factors influencing thermal perception; individual psychological and physiological factors play a significant role as well. In non-steady-state condition, the phenomenon of thermal alliesthesia is more significant, where minor fluctuations in the environmental stimulus lead to a more dynamic thermal experience. These findings lay the foundation for the development of adaptive thermal environment design, which must take a more nuanced approach to individual needs and preferences. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Douglas Prabawono
"
ABSTRAKPenggunaan karbondioksida sebagai gas pengoksidasi pada konversi metana telah dipelajari secara ekstensif tetapi sebagian besar masih dalam tahap pengembangan. Konversi metana dengan memanfaatkan karbondioksida ini dikenal sebagai Reformasi CO2/CH4 dengan reaksi utamanya adalah CH4 + CO2 - 2CO.
Pada penelitian ini, telah dilakukan reaksi reformasi CO2/CH4 tanpa bantuan katalis. Jenis reaktor yang digunakan adalah reaktor Difiesi Termal dan Pirolisis. Kedua jenis reaktor tersebut menggunakan kawat pemanas yang diletakkan di dalam reaktor dan gas-gas kontak langsung dengan kawac pemanas tersebut. Kondisi operasi yang digunakan adalah sebagai berikut, komposisi gas umpan CH4/CO2 = 1, temperatur 835 - 1200ºC, tekanan 1 atm dan laju alir 10 - 70 ml/menit. Hasil terbaik diberikan oleh reaktor pirolisis. Konversi sebesar 98,3% dengan yield CO dan H2 sebesar 81% dan 81,5% diperoleh pada temperatur 870ºC. Sedangkan untuk reaktor Difusi Termal, hasil yang sama baru dihasilkan pada temperatur yang jauh lebih tinggi (> 1100°C).
Pada reaktor Pirolisis pembentukan karbon terjadi hanya pada temperatur tinggi yaitu > 980ºC dengan konversi yang sangat tinggi (>95%). Sedangkan pada reaktor Difusi Termal tidak terlihat adanya pembentukan karbon walaupun pada temperatur tinggi (> 1100ºC). Pembentukan karbon tidak mempengaruhi jalannya reaksi dan hanya mengurangi sedikit nilai konversi dan yield yang dihasilkan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39514
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rinaldy Dalimi
1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Etty Setiastuty, Author
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia, 2003
T40180
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Nurhalimah Aprianingsih
"
ABSTRACTPanas yang dihasilkan pada sebuah motor listrik dapat meningkatkan temperatur kerja. Temperatur kerja yang berlebihan akan menurunkan performa dan mempersingkat masa pakai. Oleh karena itu, sebuah sistem manajemen termal yang tepat diperlukan untuk menurunkan temperatur kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai performa motor listrik menggunakan pulsating heat pipe sebagai sistem manajemen termal dengan menurunkan temperatur kerja motor listrik secara eksperimental. Sebuah prototipe sistem manajemen termal motor listrik dibuat menggunakan cartridge heater sebagai pengganti rotor dan stator dalam menstimulasikan panas. Masing-masing pulsating heat pipe dipasang pada sisi hexagonal mounting di dalam motor listrik. Pulsating heat pipe terbuat dari pipa kapiler dengan material tembaga yang menggunakan acetone dan methanol sebagai fluida kerja dengan rasio pengisian 0.5, dengan variasi dari input beban kalor. Penggunaan pulsating heat pipe dapat menurunkan temperatur motor listrik dengan fluida kerja acetone dan methanol berturut-turut sebesar 84.05oC dan 82.31oC, dengan resistansi termal minimum 0.21oC/W dan 0.26oC/W, pada beban kalor 120 W.
ABSTRACTHeat generated on an electric motor can increase the working temperature. Excessive working temperature will reduce its performance and shorten the life. Therefore, an appropriate thermal management system is required to reduce the working temperature. The purpose of this study is to determine the thermal performance of pulsating heat pipe which applied in electric motor as a thermal management system. A prototype of thermal management on an electric motor with a cartridge heater is constructed instead of a heat generating rotor and stator. Each pieces of pulsating heat pipe are mounted on the side of hexagonal mounting inside the electric motor. The pulsating heat pipes are made of a capillary tube with copper material using acetone and methanol as working fluid with a filling ratio of 0.5, with variation of heat load. Using pulsating heat pipe can reduce electric motors working temperature with variation of working fluid acetone and methanol by 84.05oC and 82.31oC, with minimum thermal resistance of 0.21 oC W and 0.26oC W at heat load of 120 W."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library