Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Charlotte Sortauli Agnetia
Abstrak :
Terak feronikel mengandung banyak unsur berharga seperti Nikel, Kobalt, Besi, dan Logam Tanah Jarang. Tetapi teknologi untuk memrosesnya masih dalam tahap pengembangan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui temperatur dan konsentrasi aditif Na2CO3 optimum untuk terjadinya reaksi dekomposisi dari magnesium silikat, besi silikat, dan natrium karbonat, yang akan menghasilkan natrium silikat, magnesium oksida, dan besi oksida. Terak dan natrium karbonat dicampur dengan tiga konsentrasi yang berbeda (terak : natrium karbonat; 80:20; 40:60; 60:40) menggunakan ball mill selama 5 menit. Sampel lalu dikompaksi menggunakan mesin kompaksi hydraulic. Berat masing-masing sampel adalah 10 gram. Roasting lalu dilakukan pada temperatur 900 °C dan 1100 °C untuk ketiga konsentrasi yang berbeda dengan holding time selama 1 jam dan laju pemanasan 10 °C /min. Dapur yang digunakan untuk roasting adalah tube furnace. Produk hasil roasting lalu dilakukan uji SEM/EDS, XRD, dan ICP-OES. Berdasarkan hasil karakterisasi SEM/EDS dan XRD diketahui bahwa beberapa produk yang terdeteksi setelah roasting antara lain adalah hematit, magnetit, magnesium oksida, dan Na2SiO3. Hasil dari studi ini juga menunjukkan bahwa kamacite hanya terdeteksi pada sampel yang diroasting pada temperatur 1100 °C. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa parameter pengujian 20% aditif dengan roasting pada temperatur 1100 °C merupakan kombinasi temperatur dan konsentrasi yang optimal untuk mendekomposisi terak feronikel. ......Ferronickel slag contains a lot of valuable elements like Nickel, Cobalt, Iron, and Rare Earth Elements. But the technology to process it is still in development. The purpose of this study is to find the optimum temperature and Na2CO3 additive composition for the roasting of ferronickel slag in order to achieve decomposition reaction of magnesium silicate, iron silicate, and sodium carbonate, which results in the formation of sodium silicate, magnesium oxide, and iron oxide. Slag and sodium carbonate were mixed with 3 different composition variation (slag : sodium carbonate; 80:20; 40:60; 60:40) using a ball mill for 5 minutes. The sample was then compacted using a hydraulic compacting machine. The weight of each compacted sample is 10 grams. Roasting was then conducted at 900 °C and 1100 °C for the 3 different compositions with the holding time being 1 hour and the heating rate 10°C/min. The furnace that was used for both temperature is tube furnace. The roasted products were then characterized by SEM/EDS, XRD, and ICP OES. Based on SEM/EDS and XRD characterizations, some of the products that were detected in roasted samples are hematit, magnetit, magnesium oxide, and Na2SiO3. The result of this study shows that kamacite is only detected in samples that were roasted at 1100 °C. Based on the results of this study, it can be concluded that the testing parameter of 20% additive, roasted at 1100 °C is the most optimal temperature and additive concentration combination to decompose ferronickel slag.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arif Hidayat
Abstrak :
Pada proses pengolahan nikel khususnya ferronickel, selain menghasilkan logam yang merupakan paduan ferronickel, juga dihasilkan terak ferronickel. Dan jika dipelajari kembali, ternyata didalam timbunan terak ferronickel ini masih banyak mengandung logam berharga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan variasi komposisi aditif kalsium oksida dan pengaruh temperatur roasting terhadap peningkatan kadar logam berharga yang dapat diekstraksi dari terak ferronickel tersebut. Terak ferronickel dan aditif kalsium oksida dicampurkan menggunakan ball mill selama 5 menit dengan variasi komposisi yang berbeda yaitu sebanyak 80:20; 40:60; dan 60:40 sebanyak 10 gram. Kemudian sampel tersebut dikompaksi menggunakan mesin kompaksi hidraulik. Lalu sampel diroasting menggunakan tube furnace pada temperatur 900oC dan 1100oC dengan holding time selama 1 jam dan laju pemanasan sebesar 10oC/min. Setelah sampel diroasting, dilakukan pengujian SEM-EDS, ICP OES dan XRD. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses roasting pada terak ferronickel yang dicampurkan dengan aditif kalsium oksida ini berlangsung lebih optimal pada temperatur roasting 1100oC dibandingkan pada temperatur 900oC. Kemudian, hasil lain yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sampel dengan komposisi 80:20 adalah sampel yang lebih optimal dalam peningkatan kadar logam berharga yang diperoleh dibandingkan sampel dengan komposisi 40:60 dan 60:40. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa sampel dengan komposisi 80:20 dan temperatur roasting 1100oC adalah variabel temperatur roasting dan variabel komposisi yang paling optimal untuk memperoleh peningkatan logam berharga pada terak ferronickel. ......In nickel processing, especially ferronickel, besides producing metal which is a ferronickel alloy, ferronickel slag is also produced. And it turns out that in this pile of ferronickel slag still contains a lot of precious metals. The purpose of this study was to determine the effect of adding variations in the composition of calcium oxide additives and the effect of roasting temperature on increasing levels of precious metals that can be extracted from the ferronickel slag. Ferronickel slag and calcium oxide additives were mixed using a ball mill for 5 minutes with a different composition variation of 80:20; 40:60; and 60:40 as many as 10 grams. Then the sample is compacted using a hydraulic compacting machine. Then the sample is roasted using a tube furnace at 900 oC and 1100 oC with a holding time for 1 hour and heating rate of 10 oC/min. After that, SEM-EDS, ICP OES and XRD tests are performed. The results of this study indicate that the roasting process in ferronickel slag mixed with calcium oxide additives takes place more optimally at a roasting temperature of 1100 oC compared to 900 oC. Then, another result obtained from this study is that the sample with a composition of 80:20 is more optimal in increasing levels of precious metals obtained compared to samples with compositions of 40:60 and 60:40. So it can be concluded that the sample with a composition of 80:20 and roasting temperature of 1100 oC is the most optimal roasting temperature variable and composition variable to obtain an increase precious metals in ferronickel slag.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosep Bello
Abstrak :

Indonesia merupakan negara produksi nikel terbesar di dunia dengan produksi feronikel yakni 1,6 juta ton dengan penjualan 1,03 juta ton pada 2021. Produksi nikel di Indonesia sebagian besar adalah ferronikel yang dihasilkan dari peleburan reduksi bijih nikel oksida atau silikat yang mengandung besi. Meningkatnya produksi nikel maka terak feronikel juga meningkat sehingga membutuhkan area penyimpanan yang luas karena 1 ton nikel yang diproduksi menghasilkan 8-14 ton terak. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat seberapa efisien penggunakan metode hidrotermal dan variaso stoikiometri pada pelindian terak feronikel. Proses diawali dengan proses hidrotermal menggunakan H2SO4 2 M dengan temperatur 250°C dan holding time 60 menit. Residu hasil hidrotermal kemudian di campur dengan NaOH untuk dilakukan proses pemanggangan, proses ini memiliki variasi stoikiometri 1.1, 1, 0.9, 0.8, dan 0.7 dengan temperatur 350°C dan waktu penanhanan 60 menit. Kemudian dilakukan proses pelindian dengan menggunakan metode water leaching. Kemudian dilakukan karakterisasi akhir XRD dan XRF residu hasil pelindian. Hasil yang diperoleh bahwa persentase silika menggunakan H2SO4 mengalami peningkatan. Namun, saat proses pelindian silika tidak larut dikarenakan NaOH tidak mempu membentuk Natrium Silika saat proses roasting dikarenakan temperature yang digunakan sangat rendah. Berdasarkan analisis perubahan massa, didapatkan kondisi 0.7 stoikiometri (5.48 gram NaOH) memiliki tingkat pemulihan yang paling tinggi. ......Indonesia is the world's largest nickel producer with a ferro-nickel production of 1.6 million tons and sales of 1.03 million tons in 2021. The majority of nickel production in Indonesia is ferro-nickel produced from the smelting reduction of nickel oxide or silicate ores containing iron. With the increasing nickel production, the production of ferro-nickel slag also rises, requiring extensive storage areas as 1 ton of nickel produced generates 8-14 tons of slag. The aim of this research is to assess the efficiency of the hydrothermal method and stoichiometric variations in leaching ferro-nickel slag. The process begins with hydrothermal treatment using 2 M H2SO4 at a temperature of 250°C and a holding time of 60 minutes. The hydrothermal residue is then mixed with NaOH for a roasting process, with stoichiometric variations of 1.1, 1, 0.9, 0.8, and 0.7 at a temperature of 350°C and a holding time of 60 minutes. Subsequently, the leaching process is carried out using the water leaching method. The final characterization is performed using XRD and XRF on the leached residue. The results show an increase in silica percentage using H2SO4. However, during the leaching process, silica is not soluble due to NaOH's inability to form sodium silicate during the roasting process, attributed to the very low temperature used. Based on mass change analysis, the 0.7 stoichiometric condition (5.48 grams of NaOH) achieves the highest recovery rate.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tranggono Adinindito
Abstrak :
Pembangunan infrastruktur di Indonesia yang mengalami peningkatan kuantitas dari tahun ke tahun. Pada pembuatan beton di Indonesia sebagian besar menggunakan semen untuk membuat jembatan, jalan tol, gedung dan lain-lain. Hal itu dapat menyebabkan timbulnya emisi gas CO2 pada perusahaan pembuatan semen di Indonesia. Untuk itu diperlukan bahan pengganti semen untuk pembangunan infrastruktur yang lebih ramah lingkungan. Dalam penelitian kali ini dilakukan pembaharuan untuk mengganti beton berbasis semen Portland dengan bahan yang baru, yaitu beton geopolimer. Beton geopolimer yang dibuat pada penelitian kali ini menggunakan terak baja yang berasal dari tailing blast furnace (GGBFS). Dari hasil uji bahan agregat kasar dan halus, dilakukan studi berbagai rancang campuran beton geopolimer dengan variasi umur beton 28, 35, dan 56 hari. Selain itu, komposisi rasio activator/terak juga divariasikan menjadi 0,35 dan 0,23. Dari penelitian ini, didapatkan hasil yang paling optimum saat menggunakan rasio aktivator/terak sebesar 0,35 dan umur beton selama 28 hari untuk uji tekan (5,71 MPa) dan uji belah (8,43 MPa), sedangkan untuk uji lentur (1,23 MPa) pada umur beton selama 35 hari dengan rasio activator/terak yang sama. ......Infrastructure development in Indonesia has increased in numbers for years. In Indonesia, concrete production to construct bridges, toll roads, buildings, etc. uses cement for most cases. Cement manufacturing in Indonesia produces CO2 gas emissions. For this reason, a cement substitute is needed for more environmentally-friendly infrastructure development. In this research, an update was carried out to replace Portland cement-based concrete with a new material, namely geopolymer concrete. The geopolymer concrete made in this research uses steel slag from the tailings blast furnace (GGBFS). From the test of coarse and fine aggregates result, studies were conducted oon various designs of geopolymer concrete mixtures with the concrete age varies from 28,35, to 56 days. In addition, the composition of the activator/slag ratio varies from 0.35 to 0.23 as well. This study points that the most optimum results were obtained when using an activator/slag ratio of 0.35 with a concrete age of 28 days for the compressive test (5.71 MPa) and split test (8.43 MPa). Whereas on the bending test (1.23 MPa), the optimum results were obtained at the concrete age of 35 days with the same activator/slag ratio.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Dipantria Putra
Abstrak :
Timah merupakan logam yang memiliki aplikasi pengunaan yang sangat luas dan bervariasi. Hal ini mengakibatkan permintaan akan timah cenderung untuk meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu ditemukan cara untuk mengolah timah semaksimal mungkin. Penelitian ini dilakukan untuk recovery atau pemulihan timah dari teraknya dengan menggunakan metode roasting dan pencampuran karbon dengan variasi jumlah karbon reduksi 1:0, 1:1, 1:2, dan 1:3 pada suhu 9000C, pelindian selektif dengan menggunakan H2SO4, dan Electrowinning. Untuk karakterisasi sampel menggunakan X-RD yang dilengkapi dengan software X-RD Match!, STA, AAS, dan EDS.
Tin is a metal which has a various and wide uses. This?ll make the demand of tin is tend to increase every year. So, the new way is needed to process tin as maximum as possible. This study was conducted to recover tin from tin slags with roasting and mixing with carbon methods with various quantity of carbon reductor which is 1:0, 1:1, 1:2, and 1:3 at 9000C, selective leaching with sulfate acid, and electrowinning. For characterization of sample using X-RD equipped with X-RD Match! Software, AAS, and EDS.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S62717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Triana Sari
Abstrak :
Terak timah II merupakan hasil samping dari pengolahan timah, pada terak timah II terkandung unsur-unsur yang masih dapat dimanfaatkan kembali seperti kuarsa, rutile, hematit, zirkonium oksida, alumunium oksida, tantalum oksida, dan niobium oksida. Tantalum dan Niobium beberapa tahun mendatang akan mengalami kepunahan, oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan recovery tantalum dan niobium dari terak timah II. Terak timah II memiliki kadar tantalum dan niobium oksida sebesar 0,33 dan 0,645. Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi terhadap logam tantalum dan niobium dari terak timah II menggunakan metode Leaching. Leaching dilakukan dua kali, yang pertama dengan menggunakan HCl dan Alkali NaOH dan yang kedua dengan menggunakan HF dan H2SO4 kemudian dilakukan ekstraksi menggunakan reagen MIBK dan karakterisasi dilakukan dengan instrumen ICP-OES. Kadar tantalum dan niobium pentoksida sebelum ditambahkan asam fitat adalah 68,6465 ppm dan 931,858 ppm dan setelah ditambahkan asam fitat menjadi 463,535 atau meningkat sebesar 85,229 ppm pada tantalum dan menurun sebesar 31,30 menjadi 640,165 ppm.
Tin slag II is a by product of tin processing, in tin slag II contained elements that can still be reused such as quartz, rutile, hematite, zirconium oxide, aluminum oxide, tantalum oxide, and niobium oxide. Tantalum and Niobium in the next few years will experience extinction, therefore in this research will be done tantalum and niobium recovery from tin slag II. Tin slag II has tantalum and niobium oxide levels of 0.33 and 0.645. In this research will be extraction of tantalum and niobium metal from tin slag II using Leaching method. Leaching is done twice, the first by using HCl and Alkali NaOH and the second by using HF and H2SO4 and characterization done with ICP OES instrument. Levels of tantalum and niobium pentoxide before added phytic acid were 68.6465 ppm and 931.858 ppm and after added phytic acid to 463.535 ppm 640.165 ppm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Wafa Nawawi
Abstrak :
ABSTRAK
Terak Timah Akhir Slag timah II merupakan produk hasil samping dari peleburan timah tahap kedua. Slag timah II ini mengandung unsur bernilai ekonomi tinggi dalam bentuk unsur radioaktif dan logam tanah jarang. Proses ekstraksi unsur radioaktif U dan Th dan Logam Tanah Jarang LTJ telah dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan tiga tahapan proses. Tahap pertama yaitu proses peleburan dengan NaOH pada 700oC yang bertujuan untuk memecah ikatan silika, sehingga didaptakan endapan bebas silika dengan presentase unsur terendapkan sebesar 91,07 thorium, 81,57 uranium, dan 78,5 unsur logam tanah jarang. Tahap kedua merupakan tahap pelindian dengan menggunakan asam sulfat H2SO4 . Tahap ini bertujuan untuk memisahkan unsur radioaktif U dan Th dengan unsur logam tanah jarang. Pada proses ini didapatkan filtrat dengan persen terlarut Thorium 80,06 , Uranium 74,72 dan Logam Tanah Jarang kurang dari 0.05 . Tahap ketiga yaitu proses pemisahan unsur Th dan U dengan menggunakan metode solvent extraction dengan trioctylamine TOA . Pada kondisi optimal didapatkan jumlah persen terekstrak pada larutan organik yaitu 67 uranium dan 0 thorium.
ABSTRACT
Tin Slag II is a by product of tin smelting process. This Slag contain of high economic elements such as Thorium, Uranium, and Rare Earth Element. Extraction of Th, U, and REE have been studied in this research, by three stage process. First stage was alkaline roasting at 700oC with NaOH to minimize silica content in the hydroxide cake, with precipitation recovery of Th, U, and REE are 80,06 81,57 and 78,5 . Second stage was leaching process using H2SO4 to separate radioactive elements Th and U and REE, with recovery of Th, U, and REE in the filtrate are 97,24 , 74,72 and less than 0.05 REE. Last stage process was solvent extraction using Trioctylamine TOA to separate Th and U. The best separation for U VI and Th was obtained when A O ratio 1 1, concentration of TOA 4 , and mixing time 2 min, were used.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Azzah Kharisma
Abstrak :
Terak timah merupakan residu peleburan timah yang memiliki potensi sebagai sumber sekunder untuk mendapatkan critical metals, seperti niobium, tantalum dan logam tanah jarang LTJ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan NaOH, yaitu 6 M dan 8 M, pada proses pelindian NaOH selama 1 jam diikuti pelindian HClO4 dengan konsentrasi 0.8 M selama 2 jam, terhadap peningkatan kadar niobium, tantalum dan LTJ dalam terak timah. Pada penelitian ini digunakan terak timah yang melalui pemanggangan pada temperatur 900? diikuti pendinginan cepat. Hasil pemanggangan dikarakterisasi dengan menggunakan SEM Scanning Electron Microscope dan sebagian lainnya dilakukan proses pelindian. Residu setiap pelindian dikarakterisasi menggunakan XRF X-Ray Fluorescence , sedangkan filtrat setiap pelindian dikarakterisasi dengan menggunakan ICP-OES Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry dan AAS Atomic Absorption Spectroscopy . Dari hasil pelindian NaOH, pada konsentrasi 8 M NaOH terjadi penurunan kadar niobium di dalam terak timah sebesar 6.25 . Namun, perolehan kadar tantalum dan cerium tertinggi terdapat pada konsentrasi 8 M yaitu sebesar 0.21 dan 4.01 , secara berurutan. Dari hasil pelindian HClO4, larutan HClO4 diketahui dapat meningkatkan kadar niobium dan tantalum. Sedangkan LTJ mengalami penurunan kadar di dalam residu setelah pelindian HClO4. Pelindian HClO4 mampu menurunkan kadar unsur ikutan seperti aluminium dan kalsium.
Tin slag, the residue from tin smelting process, has big potential as alternative sources to obtain critical metals, such as niobium, tantalum and rare earth elements REEs . The aims of this study is to discover the effect of NaOH leaching, in various leaching concentations of 6 M and 8 M for 1 hour, followed by HClO4 0.8 M leaching for 2 hours on the enhancement grades of niobium, tantalum and REEs. In this process, tin slag was roasted at 900 in 2 hours, followed by water quenching, then sieved. One part of roasted tin slag was characterized by SEM Scanning Electron Microscope , and the other part was used for leaching process. Each residues characterized with XRF X Ray Fluorescence , while each filtrates characterized with ICP OES Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry and AAS Atomic Absorption Spectroscopy . From NaOH leaching process, at concentration of 8 M NaOH there was a decrease of niobium grades in tin slag residue of 6.25 . However, the highest tantalum and cerium grades was found at 8 M concentrations of 0.21 and 4.01 , respectively. From HClO4 leaching process, it is known that HClO4 can increase niobium and tantalum grades in leaching residue. While REEs tend to decrease in leaching residue and it is known to decrease the grades of aluminium and calcium in leaching residue.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Darryl Alfariz
Abstrak :
Terak Nikel adalah salah satu hasi dari pemprosesan nikel. dibutuhkan pembelajaran yang lebih lanjut dikarenakan terak nikel masih mempunyai element yang berharga. pada penelitian ini arang cangkang kelapa sawit digunakan sebagai reduktor dikarenakan menjadi opsi yang paling bagus untuk menghindari terjadinya green house effect dan memiliki karakterisik yang ramah lingkungan. Adapun penelitian ini didahului dengan persiapan sampel terak nikel dengan crushing dan sieving sampai berukuran 200 mesh. Serbuk terak nikel kemudian dilakukan penaabahan reduktor dengan rasio 5%,10%,15%,20% dari rasio terak nikel setelah itu dilanjutkan dengan proses pirometalurgi di temperatur 10000C dengan holding time selama 1 jam tanpa penambahan natrium carbonat dan dengan penambahan natrium carbonat dengan rasio 10%. Selanjutnya hasil dari reduksi tersebut dilakukan magnetic separation dan dilanjutkan ke pengujian XRD dan juga AAS untuk melihat perubahan kandungan dari unsur dan senyawa pada terak nikel yang telah dilakukan pengujian. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa kandungan dari pengotor dominan dalam bentuk Si02 semakin menurun seiring dengan bertambahnya penambahan reduktor dan juga besi dari senyawa Fe-rich Forsterite akan mengalami liberasi dan akan berikatan dengan oksigen yang berasal dari natrium carbonat. Hal ini menyebabkan naiknya kandungan dari mineral berharga yang ada pada terak nikel . ......Nickel slag is a product of nickel processing. further learning is needed because nickel slag still has valuable elements. in this study palm oil kernel shell was used as reductor because it was the best option to avoid the occurrence of a green house effect and had environmentally friendly characteristics. The research was preceded by preparation of nickel slag samples with crushing and sieving to 200 mesh. Nickel slag powder then done by reducing with palm oil kernell shell charcoal with a ratio of 5%, 10%, 15%, 20% of the nickel slag ratio followed by the pyometallurgical process at 10000C with holding time for 1 hour without adding sodium carbonate and by adding sodium carbonate 10%. Furthermore, the results of the reduction were performed magnetic separation and continued to XRD testing and also AAS to see changes in the content of elements and compounds in nickel slag that had been tested. The results of the study explain that the content of the dominant impurity in the form of SiO2 is decreasing because the addition of reductors and iron from the Fe-rich Forsterite compound will be liberated and will bind to oxygen derived from sodium carbonate. This causes an increase in the content of valuable minerals that exist in nickel slag.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isa Dzulqarnain Wijanarko
Abstrak :
Nikel dikenal sebagai salah satu elemen paling umum di dunia dan melimpah di Indonesia, dalam pemrosesannya dihasilkan produk sampingan berupa terak feronikel. Berdasarkan PP 101/2014 tentang pengelolaan limbah B3, terak feronikel tergolong kedalam limbah B3. Studi mengenai pengolahan terak feronikel menjadi hal yang penting untuk dilakukan, adapun pengolahan dilakukan untuk mendapatkan logam berharga yang melimpah pada terak feronikel seperti silika. Silika memiliki berbagai aplikasi, salah satu diantaranya diaplikasikan pada bitumen untuk meningkatkan sifat hidrofobik yang dapat memperkuat umurnya dari kerusakan. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan terak feronikel dengan fusi alkali menggunakan Na2CO3 dan pelindian menggunakan air, hasil residu yang didapat dilanjutkan dengan pelindian menggunakan asam stearat dan etanol dengan variabel temperatur dan waktu. Proses dilakukan untuk meningkatkan hidrofobisitas dari silika. Sampel penelitian dilakukan beberapa uji yaitu XRF, SEM-EDS, FTIR, dan uji sudut kontak setelah dicampurkan pada bitumen. Hasil penelitian yang didapat adalah meningkatkan kemurnian dari silika hingga 95,7%, distribusi ukuran partikel pada rentang 2-9 µm, dan hasil sudut kontak terbesar 110,17° pada sampel dengan variabel bebas waktu pelindian 60 menit pada temperatur 60°C. ......Nickel is known as one of the most common elements in the world and abundant in Indonesia, in its processing, ferronickel slag is produced. Based on PP 101/2014 concerning B3 waste management, ferronickel slag is classified as B3 waste. The study of ferronickel slag processing is an important thing to do, while the processing is carried out to obtain valuable metals that are abundant in ferronickel slag such as silica. Silica has various applications, one of which is applied to bitumen to increase its hydrophobic properties which can strengthen its lifetime from damage. In this study, ferronickel slag was processed by alkaline fusion using Na2CO3 and Pelindian using water, the residue obtained was continued by leaching using stearic acid and etanol with temperature and time variables. The process is carried out to increase the hydrophobicity of the silika. The research sample was carried out by several tests, namely XRF, SEM-EDS, FTIR, and contact angle tests after being mixed with bitumen. The results obtained were increasing the purity of silika up to 95.7%, particle size distribution in the range of 2-9 µm, and the largest contact angle of 110.17° in samples with an independent variable leaching time of 60 minutes at a temperature of 60°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>