Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Myrdal, Gunnar, 1898-
London: Gerald Dukworth & Co. Ltd., 1957
330.1 MYR e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Salvatore, Dominick
Jakarta: Erlangga, 1991
330.072 SAL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Torr, Christopher
Boulder, Colo.: Westview Press, 1988
330.156 TOR e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Multifiah
Malang: Universitas Brawijaya Press, 2011
338.5 MUL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nachrowi Djalal Nachrowi
Depok: UI-Press, 2007
PGB 0023
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Enny Ariandini Pramana
Abstrak :
PENDAHULUAN


Indonesia telah memasuki suatu periode yang dalam pembangunan ekonomi disebut 'Tinggal Landas". Dalam keadaan seperti ini perekonomian akan membutuhkan tambahan energi yang besar sekali. Minyak bumi merupakan kebutuhan energi untuk memenuhi hampir seluruh kebutuhan komersil negara dan ekspor minyak merupakan salah satu pendapatan yang terbesar untuk pembangunan. Kalau kebutuhan energi tidak terkendali maka kebutuhan ini akan menggerogoti jumlah minyak yang mungkin dieskpor kecuali kalau pertumbuhan produksi minyak sama dengan pertumbuhan permintaan energi. Karena Indonesia mempunyai sumber-sumber energi lainnya seperti gas bumi, batu bara, sumber geothermal, sumber hydropower, maka Indonesia mempunyai pilihan untuk pengembangan energinya. Sumber-sumber lain ini dapat menggantikan minyak bumi untuk kebutuhan domestik agar minyak bumi tetap dapat diekspor dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai perkembangan sosial maupun ekonomi. Sampai saat ini Indonesia merupakan pengekspor utama minyak bumi dan LNG disebelah timur Teluk Persia, dan merupakan sumber yang penting untuk Pacific Basin.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmiyati Hodijah Saleh
Abstrak :
Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang mengungkapkan masalah ketenagakerjaan pada umumnya tidak terlepas dari adanya pertambahan penduduk yang sangat pesat setiap tahunnya dengan berbagai akibat yang ditimbulkannya. Seperti di Indonesia salah satu masalah yang sedang dihadapi adalah melimpahnya tenaga kerja terutama yang belum memperoleh kesempatan kerja. Dan juga adanya kelebihan tenaga kerja disatu pihak adalah sebagai akibat langsung dari adanya pergeseran 'mar dari dekade sebelumnya, yang berarti merupakan potensi sumberdaya manusia untuk pembangunan, di lain pihak penciptaan kesempatan kerja masih lauan dibandingkan dengan pesatnya laju pertumbuhan angkatan kerja.

Keadaan yang tidak seimbang antara pertumbuhan angkatan kerja dan kemampuan untuk menciptakan kesempatan kerja akan menimbulkan akibat buruk terhadap pembangunan suatu bangsa, sebab prestasi pembangunan suatu bangsa bukan hanya diukur dengan pertumbuhan ekonomi semata, tetapi lebih daripada itu yakni, dapat menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas, mensejahterakan masyarakatnya dan pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Hasih dalam konteks ketenagakerjaan di atas, permasalahan angkatan kerja di Indonesia yang sebagian besar memiliki kualitas yang rendah sebagai akibat pendidikan yang rendah. Selain itu juga, tingkat partisipasinya tidak sepenuhnya sesuai dengan penghasilan yang didapatnya. Terutama pekerja wanita. Adanya kualitas tenaga kerja yang rendah tersebut diduga sebagai akibat dari output atau produktivitas yang dihasilkan masih rendah, yang mengakibatkan penghasilan/upah yang diterimanya juga rendah, sehingga mereka terperangkap dalam lingkaran kemiskinan.

Karena output yang dihasilkan adalah cerminan produktivitas pekerja yang dinilai dengan tingkat upah yang diterimanya, maka tingkat produktivitas dari pekerja dapat berbeda-beda berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Hal yang demikian menarik perhatian penulis untuk melihat adanya perbedaan tersebut yang dituangkan dalam tujuan penelitian ini yakni, untuk melihat adanya perbedaan pola penawaran tenaga kerja wanita berdasarkan status atau perannya dalam rumah tangga di Sumatera Selatan sebagai daerah asal penulis.

Dengan memperhatikan keadaan Propinsi Sumatera Selatan di mana dapat diketahui distribusi penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang termasuk dalam angkatan kerja cukup besar jumlahnya, maisalnya untuk angkatan kerja wanita diketahui adalah sebesar 3808 responder dan wanita yang telah bekerja sebanyak 1645 responden, sisanya diketahui belum bekerja. Dan juga dari yang bekerja tersebut diketahui sebanyak 157 responden adalah merupakan wanita bekerja dan menerimn upah, serta 1478 responden yang merupakan wanita bekerja tetapi tidak menerima upah. Sehingga adanya konstribusi seperti ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mempelajari penawaran tenaga kerja tersebut.

Dari kondisi ketenagakerjaan seperti di atas, maka untuk mempelajarinya timbul pertanyaan-pertanyaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui masalah mendasar tentang keadaan ketenagakerjaan didaerah tersebut. Adapun pertanyaan itu antara lain; apakah wanita yang tidak bekerja di luar rumah tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghasilan atau upah?, Kalau wanita itu tidak bekerja di luar rumah faktor apa penyebabnya?, mungkin disebabkan oleh upah yang tidak memadai, anak masih kecil (untuk wanita yang berperan sebagai ibu dalam rumah tangga), atau kurangnya ketrampilan yang dimiliki wanita untuk masuk pasar kerja, dan lain sebagainya. Sehingga adanya penetrapan teori Backer tentang alokasi waktu dapat dipelajari disini. Di mana teori tersebut menunjukkan bahwa pengaruh faktor sosial ekonomi dan demografi mempunyai peran besar dalam menentukan penawaran tenaga kerja. Selain itu faktor penentu lainnya yang sangat panting adalah tingkat upah (simanjuntak, 1985). Dikatakannya bahwa banyaknya waktu yang disediakan untuk bekerja sangat tergantung pada tingkat upah yang berlaku. Di mana dalam hal ini jumlah tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah jam kerja.

Melalui gambaran latar belakang seperti di atas, maka pokok permasalahan yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini juga akan melihat apakah adanya variasi upah ataupun adanya perubahan upah akan menentukan jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh para pensupplai tenaga kerja wanita tersebut. Disamping faktor upah apakah ada faktor lain yang juga mempengaruhi jumlah jam kerja yang ditawarkannya.

Dalam mempelajari fungsi penawaran tenaga kerja yang merupakan hubungan antara jumlah jam kerja dan upah, dan juga adanya faktor-faktor sosial ekonomi dan demografi lainnya yang dapat mempengaruhi hubungan tersebut, pendekatan yang digunakan di sini adalah mengunakan model statistik berdasarkan data terputus, dengan menggunakan data sakernas tahun 1987 untuk daerah Sumatera Selatan. Selain itu juga analisa dilakukan secara statistik deskriptif dan statistik infrensial.

Model statistik yang dipakai untuk memperkirakan fungsi penawaran yang menggunakan data sakernas dimana variabel bebas yang diamati adalah variabel upah, serta variabel individu lainnya seperti umur, pendidikan, tempat tinggal, dll, yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh pekerja wanita tersebut, menimbulkan suatu analisa data terputus. Hal ini disebabkan karena variabel upah bersifat simultan, dimana variabel upah disatu sisi sebagai variabel bebas dan disisi lain sebagai variabel tak bebas. Sehingga untuk mendapatkan koefisien estimasinya diperlukan analisa regresi bertahap. yaitu regress, fungsi penghasilan sebagai tahap pertama dan regresi fungsi penawaran tenaga kerja sebagai tahapan selanjutnya. Tetapi dalam melakukan estimnsi fungsi penghasilan analisa terbatas pada pekerja yang memperoleh penghasilan saja, sehingga dalam hal ini kita harus memperhatikan sepasang model yang pada dasarnya digunakan untuk mendapatkan "Heckman Lamdha" atau yang sering di kenal denga Mills Rasio. Setelah mendapatkan Mills Rasio, maka didapat model dengan memasukkan Mills Rasio tersebut sesuai dengan model Heckman untuk mengatasi adanya bias selektif tersebut.

Beberapa penemuan dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

I). Keadaan angkatan kerja di Sumatera Selatan diketahui bahwa % tase angkatan kerja wanita adalah 50,61% yang di ketahui bahwa % tase tersebut adalah lebih besar dari % tase angkatan kerja prianya yaitu sebesar 40,39% .

2). % tase Pekerja wanita menurut kelompok-kelompok yang diperhatikan berdasarkan status atau perannya dalam rumah tangga di ketahui bahwa % tase yang bekerja di desa lebih besar dari pada % tase yang bekerja di kota, yakni 88,27% pekerja yang tinggal di desa, dan 11,73% yang tinggal di kota, hal ini sesuai dengan dinamika penduduk yang mendapakan bahwa penduduk yang tinggal di desa lebih besar bila dibanding dengan penduduk yang tinggal di kota. Disamping itu juga untuk memasuki kerja di desa lebih mudah daripada di kota yang banyak di tuntut persyaratan tertentu.

Sedangkan berdasarkan status upah juga diketahui rata-rata upah yang di terimanya di kota lebih besar dari pada rata-rata upah yang di terima di desa. Untuk tingkat pendidikan yang di tamatkan di ketahui bahwa % tase pekerja wanita tidak gnat SD yang paling besar jumlahnya yaitu sebesar 52,10% , untuk yang tamat SD sebesar 39,98%, untuk yang tamat SLTP sebesar 3,35% dan untuk yang tamat SLTA sebesar 4,57% . Gambaran seperti itu menunjukkan bahwa rendahnya produktivitas yang dihasilkan sebagai akibat rendahnya kualitas pekerja tersebut yang % tasenya masih banyak terdapat pada tingkat pendidikan yang rendah yaitu tidak tamat SD. Sedangkan menurut kelompok umur diketahui bahwa % tase pekerja wanita yang menawarkan kerja paling banyak terdapat parka kelompok umur tua, 45 tahun ke atas, yaitu sebesar 23,67% , dan yang paling sedikit menawarkan kerja yaitu terdapat pada kelompok umur muda, 10-19 tahun yaitu sebesar 9,01 % .

3). Untuk masing-masing kelompok wanita berdasarkan status atau peranya dalam rumah tangga diketahui bahwa rata-rata jam kerja yang ditawarkannya hampir sama yaitu berkisar 30-40 jam per minggu. Dan menurut kelompok umur diketahui juga bahwa rata-rata jumlah jam kerja yang di tawarkan % tasenya terlihat mempunyai bentuk seperti huruf u terbalik, dimana pada kelompok umur muda jumlah jam kerja yang di tawarkan sedikit, kemudian pada kelompok umur selajutnya jumlah jam kerja yang di tawarkan meningkat, tetapi setelah mencapai kelompok umur tertentu yakni 30-34 tahun maka jumlah jam kerja yang di tawarkan akan berkurang_ Hal ini dapat dipandang bahwa makin lanjut usia produktivitasnya akan makin berkurang. Sedangkan rata-rata upah yang di terima menurut kelompok umur ini diketahui bahwa upah yang tertinggi diterima oleh kelompok umur 35-39 tahun yaitu sebesar Rp26.255,- per minggunya.

Selain itu bila kita perhatikan menurut kelompok pendidikan yang di tamatkan di ketahui bahwa rata-rata jumlah jam kerja yang ditawarkan juga hampir sama untuk masing-masing kelompok yang di perhatikan yaitu berkisar 30-35 jam per minggu. Dan untuk pekerja wanita di Sumatera Selatan terlihat tingkat pendidikan tamat SLTA+ diketahui % tase jumlah jam kerja yang di tawarkannya paling besar yakni 34 jam perminggu dibandingkan dengan mereka yang tamat pendidikan lain dibawahnya. Disini dapat katakan bahwa wanita di daerah ini bukan wanita pekerja, karena mereka baru akan menawarkan kerja dengan pendidikan SLTA+. Dapat dimungkinkan karena merasa sayang dengan pendidikan tersebut bila tidak bekerja. Dan untuk rata-rata upah yang diterima menurut kelompok pendidikan yang di tamatkan diketahui makin tinggi tingkat pendidikan maka upah yang diterimapun makin besar yakni; untuk pekerja wanita yang tidak tamat SD rata-rata upah yang diterimanya sebesar Rp7.840,- per minggunya, untuk pekerja wanita yang tamat SD rata-rata upah yang di terimanya sebesar Rp9.797,- per minggunya, untuk pekerja wanita yang berpendidikan tamat SLTP rata-rata upah yang di terimanya adalah sebesar Rp 12.222,- per minggunya, dan yang terakhir untuk mereka yang berpendidikan tamat SLTA+ rata-rata upah yang di terimanya adalah sebesar Rp18.445,- per minggunya.

4). Berdasarkan model yang diperhatikan dari hasil temuan empiri menunjukkan bahwa, upah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh pekerja wanita di Sumatera Selatan. Hubungan antara jam kerja dan upah serta variabel individu lainnya seperti; umur, pendidikan, tempat tinggal, dan rasio dependensi yang diasumsikan berbentuk parabola pada akhirnya diketahui bahwa mempunyai pola yang berbeda untuk masing-masing kelompok yang diperhatikan yakni, kelompok wanita berdasarkan status atau perannya dalam rumah tangga. Di mana pola tersebut ada yang berbentuk parabola yang menutup kebawah dan ada juga yang berbentuk parabola yang membuka keatas.

Untuk bentuk parabola yang menutup kebawah berarti grafik fungsi penawaran tenaga kerja wanita didaerah ini mempunyai titik maksimum, di mana apabila upah naik maka, jumlah jam kerja yang ditawarkanpun bertambah, tetapi setelah upah mencapai tingkat upah yaitu yang merupakan titik maksimum tersebut maka, jam kerja yang ditawarkan akan mulai berkurang walaupun upah naik. Sebaliknya, untuk pola penawaran tenaga kerja yang berbentuk parabola yang membuka keatas, seperti untuk kelompok wanita yang berperan sebagai anak atau menantu dalam penelitian ini, diketahui bahwa pola seperti itu berarti grafik fungsi penawarannya mempunyai titik minimum, di mana pada tingkat upah yang rendah jumlah jam kerja yang ditawarkannya cukup tinggi, tetapi dengan adanya perubah upah, upah naik jumlah jam kerja yang ditawarkannya akan makin berkurang. Dan mereka akan menawarkan kerja lagi apabila tingkat upah sudah mencapai pada tingkat upah minimum tersebut. Jadi pada pola penawaran tenaga kerja seperti ini dapat diartikan bahwa kelompok ini tidak akan bekerja atau menawarkan kerja apabila tingkat upahnya tidak atau balm sesuai dengan tingkat upah yang diharapkan mereka yakni setelah mencapai tingkat upah maksimum tersebut.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahsyuri Machfudz
Malang: UIN-Maliki Press, 2016
339 MAS t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Masyhuri Machfudz
Malang: UIN-Maliki Press, 2015
338.959 5 MAS d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya M. Maheswara
Abstrak :
Video game merupakan salah satu bentuk seni digital yang sering dijadikan hiburan alternatif oleh banyak orang. Inovasi dan ide-ide kreatif menjadi elemen penting dalam penciptaan produk video game hingga saat ini. Assassin’s Creed yang merupakan waralaba unggulan dari sebuah pengembang video game asal Prancis, Ubisoft, dianggap sebagai video game yang memiliki konsep yang sangat baik dalam merepresentasikan identitas nasional sejumlah negara Eropa. Melalui penggambaran arsitektur, tokoh bersejarah, hingga kebudayaan Eropa, Assassin’s Creed mampu menarik minat masyarakat untuk mempelajari lebih dalam lagi peristiwa sejarah yang disajikan di dalam seri Assassin’s Creed. Berlandaskan teori Simulakra dari Jean Baudrillard dan teori Ekonomi Kreatif dari John Howkins, penelitian ini menganalisis mengapa dunia virtual Eropa yang dihadirkan di dalam Assassin’s Creed sangat menarik bagi para pemainnya dan mengapa seri Asssassin’s Creed sejauh ini masuk ke dalam komponen-komponen ekonomi kreatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa seri Assassin’s Creed, meskipun berupa video game, memiliki nilai edukasi yang tinggi berupa representasi sejarah Eropa yang dikemas dengan sangat menarik. Hiperrealitas dunia virtual yang diciptakan di dalamnya juga memiliki nilai interaktivitas tinggi, sehingga membuat pemain senang berlama-lama mengeksplorasi dunia virtual tersebut. Selanjutnya, terbukti juga bahwa Assassin’s Creed mampu menciptakan multiplier effect terhadap beberapa industri, seperti industri media, digital, dan pariwisata. ......Video games are digital art frequently used by many people as an alternative form of entertainment. As a matter of fact, innovation and creative ideas have been important elements in video games creation. Assassin's Creed, the most outstanding franchise of French developer, Ubisoft, has the best concept of representing national identity of a number of European countries. Through architectural portrayal, historical figures, and European culture representation in its series, Assassin's Creed succeeds in enhanching public interest eager to learn more about history of Europe. Using Simulacra theory from Jean Baudrillard and Creative Economy theory from John Howkins, this study analyzes the reasons behind the success of virtual Europe represented in Assassin's Creed in attracting the huge number of players and how far the series can cover the creative economic components. This study shows that Assassin's Creed series, even though it is only a video game, has a high educational value as it represents European history in a very attractive way. Hyperreality world created in the game also has a high interactive value, giving the players the enjoyment and even addiction spend hours exploring the virtual world. Furthermore, the study proves that Assassin's Creed is able to create a multiplier effect on several industries, such as the media, digital, and tourism industries.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library