Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zakiah Rahmayanti
Abstrak :
Jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah hepatitis B. Penelitian mengenai efektivitas-biaya antihepatitis di beberapa negara seperti Kanada dan China masih beragam. Penelitian di Kanada menunjukkan bahwa tenofovir lebih cost-effective dibandingkan dengan telbivudin sedangkan yang dilakukan di China justru menunjukkan bahwa telbivudin lebih cost-effectivive dibandingkan dengan tenofovir, sehingga dibutuhkan suatu studi untuk menghubungkan efektivitas dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan hepatitis B. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas-biaya dari tenofovirǀ dibandingkanǀ denganǀ telbivudinǀ padaǀ pasienǀ Hepatitisǀ Bǀǀdi RSUP Persahabatan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pengumpulan data rekam medis dan biaya yang digunakan dilihat dari perspektif rumah sakit dengan komponen biaya langsung medis. Subjek penelitian adalah pasien hepatitis B yang berumur 15 tahun ke atas di RSUP Persahabatan yang menggunakan antihepatitis tenofovir atau telbivudin. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh rasio inkremental efektivitas-biaya sebesar Rp 11.307.640,45. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa di RSUP Persahabatan antihepatitis tenofovir akan membutuhkan biaya tambahan sebesar Rp 11.307.640,45 untuk peningkatan 1 unit efektivitas.
The type of hepatitis that infects more people in Indonesia is hepatitis B. Research on the cost-effectiveness of antihepatitis in several countries such as Canada and China still diverse. Research in Canada showed that tenofovir was more cost-effective compared to telbivudin whereas in China showed that telbivudin was more cost-effective compared to tenofovir, so a study is needed to link the the costs during treatment. This study aimed to analyze cost-effectiveness of tenofovir compared with telbivudine on Hepatitis B Patients at RSUP Persahabatan. This study used a cross-sectional design with medical record and the costs used were viewed from a hospital perspective with the components of direct medical costs. The research subjects were hepatitis B patients who aged 15 years and above at RSUP Persahabatan that used tenofovir or telbivudine. The effectiveness obtained by Hepatitis B Virus DNA (HBV DNA) conversion in the medical record. Based on the result of analysis, the incremental cost-effectiveness ration was Rp11.307,640.45. Based on the results of this study, it can be concluded that at RSUP Persahabatan for tenofovir required an additional fee of Rp11.307,640.45 for increase 1 unit of effectiveness.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Alvani Gani
Abstrak :
ABSTRAK
Tenofovir disoproksil fumarat (tenofovir) dan telbivudin merupakan dua analog nukleos(t)ida yang tersedia untuk terapi pasien hepatitis B. Tenofovir telah diketahui sebagai agen nefrotoksik pada pasien HIV, namun masih menjadi kontroversi pada pasien hepatitis B kronik. Di lain sisi, telbivudin memiliki efek proteksi terhadap fungsi ginjal dan bahkan meningkatkan estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil keamanan terhadap fungsi ginjal dari tenofovir dan telbivudin pada pasien hepatitis B kronik di Indonesia. Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif pada pasien hepatitis B kronik yang mendapat terapi tenofovir atau telbivudin dalam rentang waktu Januari 2013 - Desember 2016. Pasien yang mempunyai eLFG awal <60 mL/ menit/1,73 m2 sebelum mulai terapi, mengalami perubahan regimen, lost to follow up, atau meninggal dalam 1 tahun tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Data kreatinin serum yang dinilai adalah data pada minggu ke 24 dan 48 setelah pemberian tenofovir atau telbivudin. Hasil. Sebanyak 68 pasien dalam terapi tenofovir dan 62 pasien dalam terapi telbivudin dimasukkan penelitian ini. Kadar kreatinin serum meningkat pada kelompok tenofovir dari 0,88 (simpang baku [SB] 0,17) mg/dL pada awal studi menjadi 0,93 (SB 0,22) mg/dL setelah 24 minggu (p = 0,02) dan cenderung plateau setelah penggunaan selama 48 minggu. Namun, pada kelompok telbivudin, kadar kreatinin serum menurun dari 0,85 (SB 0,21) mg/dL pada awal menjadi 0,80 (SB 0,18) mg/ dL pada minggu ke 48 (p = 0,003). Simpulan. Tenofovir berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin serum dan penurunan eLFG pada pasien hepatitis B kronik dengan eLFG >60 mL/menit/1,73 m2.
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Yuriandro
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang. Pengobatan dengan tenofovir pada pasien HIV/AIDS mempunyai risiko timbulnya efek samping pada ginjal berupa penurunan cepat laju filtrasi glomerulus LFG > 5 ml/menit/1,72 m2 setelah pengobatan selama setahun. Besarnya angka kejadian penurunan cepat LFG dan faktor yang mempengaruhinya selama ini masih kontradiktif dan belum dikaji secara lengkap.Tujuan. Mengetahui angka insidens nefrotoksiksitas terkait tenofovir dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Metode. Penelitian dengan desain kohort retrospektif dilakukan di unit pelayanan terpadu HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo pada pasien yang memulai pengobatan tenofovir sejak Januari 2010 sampai dengan Januari 2015 dengan metode sampling konsekutif. Kriteria inklusi yaitu berobat minimal setahun dan mempunyai LFG awal > 60 ml/menit/1,72m2. Kriteria eksklusi apabila tidak ada data LFG ulang setelah satu tahun pengobatan. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data sekunder melalui penelusuran rekam medis. Variabel-variabel yang berpotensi berhubungan dengan penurunan cepat LFG dianalisis dengan regresi logistik.Hasil. Sebanyak 164 subyek diikutkan dalam penelitian. Insidens penurunan cepat LFG didapatkan pada 87 subyek 53 IK 95 45 - 60,4 . Faktor-faktor yang berpengaruh adalah jenis kelamin laki-laki OR 4,0 IK 95 1,1 - 4,8 , jumlah CD4 dibawah 100 sel/mm3 OR 3,7 IK 95 1,7 ndash; 8,1 , Penambahan berat badan > 20 OR 4,0 IK 95 1,0 ndash; 4,8 dan nilai LFG sebelum pengobatan >90 ml/menit/1,72 m2 OR 9,8 IK 95 2,3 ndash; 42,1 .Simpulan. Insidens penurunan cepat LFG pada setelah pemakaian tenofovir selama setahun adalah 53 . Faktor risiko yang berpengaruh adalah jenis kelamin laki-laki, jumlah CD4 kurang dari 100 sel/mm3, penambahan berat badan > 20 dan LFG awal sebelum pengobatan > 90 ml/menit/1,72 m2.
ABSTRACT
Background. Tenofovir treatment in HIV AIDS patient has a possible side effect for kidney, which is rapid decline in glomerular filtration rate GFR 5 cc min 1,72 m2 after patient undergo tenofovir treatment for one year. The incidence rate for rapid decline in GFR and factors affecting it are still contradictive and not assessed completely.Aim. To identify cumulative incidence and factors affecting tenofovir related nephrotoxicity.Methods. A retrospective cohort study was conducted in HIV AIDS outpatient clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital. We include patients who start to take tenofovir as their medication from January 2010 until January 2015 with consecutive sampling method. Inclusion criterias are minimum one year of tenofovir treatment and baseline GFR 60 cc minute 1,72m2. Exclution criteria is no data for GFR evaluation after one year. Our study use secondary data, taken from patient rsquo s medical record. Logistic regression test was used for variabels that could potentially affect rapid decline in glomerular filtration rate.Results. 164 subjects were included for analysis and we found incidence rate for rapid decline in GFR after one year of tenofovir medication in 87 subjects 53 CI 95 45 60,4 . Factors those affecting rapid decline in GFR are male gender OR 4,0 CI 95 1,1 4,8 , CD4 cell count below 100 cell mm3 OR 3,7 CI 95 1,7 ndash 8,1 , weight increase 20 OR 4,0 IK 95 1,0 ndash 4,8 , and baseline GFR 90 cc min 1,72 m2 OR 9,8 CI 95 2,3 ndash 42,1 .Conclusion. The incidence rate for rapid decline in GFR aftre one year of tenofovir medication in HIV AIDS patients in Cipto Mangunkusumo hospital is 53 . Risk Factors that affecting nephrotoxicity are male gender, CD4 cell count below 100 cell mm3, weight increase 20 , and baseline GFR 90 cc min 1,72 m2.
2016
T55601
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library