Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Hikmah Ramadhani
Abstrak :
Kanker kulit di Indonesia menempati urutan ketiga teratas dengan persentase sebesar 15,1% dari total 13 kanker yang paling umum diderita di Indonesia. Kanker kulit disebabkan oleh radiasi sinar ultraviolet yang merusak DNA di dalam sel kulit manusia. Penggunaan tabir surya setiap hari dapat meminimalkan probabilitas terjadinya kanker kulit. Efisiensi tabir surya dinyatakan dalam nilai SPF. Penggunaan bahan pelindung matahari dari bahan alam dipercaya lebih aman dan tidak banyak memiliki efek samping. Salah satu sumber hutan Indonesia yang berpotensi mengandung SPF alami adalah lemak tengkawang. kehadiran senyawa fenolik pada lignin memiliki kemampuan pertahanan terhadap sinar UV, sehingga lignin disebut sebagai bahan penahan sinar UV alami. Penelitian ini mengevaluasi penambahan lignin yang mengandung fenolik untuk meningkatkan kandungan SPF pada lemak tengkawang. Pada penelitian ini lemak tengkawang mengalami tahap degumming, netralisasi dan pemucatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai SPF pada lemak tengkawang bernilai 7,052 dan penambahan l0% (b/b) lignin berhasil meningkat nilai tersebut menjadi 53, 549. ......Skin cancer in Indonesia ranks the top three with a percentage of 15,1% of 13 most common cancers suffered in Indonesia. Skin cancer is caused by ultraviolet radiation with ability to damages human DNA skin cell. The use of sunscreen every day can decrease the probability of skin cancer. The efficiency of sunscreen is expressed in SPF values. The use of sun protection agent from natural materials is believed to be more safe and less side effects. One of Indonesia's forest resources that potentialy contain natural sun protection factor is illipe butter. The presence of phenolic compounds in lignin has the ability to defend against UV rays, so lignin can be called as natural UV retaining agent. This study will evaluate the addition of lignin which contain phenolic that has the ability to increase the SPF value in illipe butter. In this research, the treatment of illipe butter will consist of degumming, neutralization and bleaching. The result showed that the SPF value of illipe butter is 7,052 and the addition of 10% (w/w) lignin succeded in increasing SPF value into 53,549.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arif Darmawan
Abstrak :

Pohon tengkawang (Shorea stenoptera) merupakan tumbuhan indigenous hutan Kalimantan yang memiliki potensi besar. Lemak biji pohon tengkawang memiliki potensi sebagai sumber alternatif lemak nabati karena memiliki kadar trigliserida yang tinggi. Lemak tengkawang yang umumnya diproduksi secara tradisional, memiliki kualitas di bawah standar bahan kosmetik yaitu memiliki kadar asam lemak bebas di atas 5% dan banyak pengotor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi optimum pada proses degumming, netralisasi, dan bleaching sehingga memiliki kualitas sesuai standar SNI. Proses degumming  menggunakan asam fosfat 1 %; proses netralisasi  menggunakan NaOH 1 M dengan variasi 5, 7,5 dan 10 %; proses bleaching  menggunakan variasi aktivasi termal dan aktivasi asam dengan kadar 1% dan 5%.  Proses netralisasi dengan NaOH 10% menurunkan angka asam hingga 3,29 dari 11 mg NaOH/g. Bilangan peroksida diturunkan hingga 2,45 dan 2,40 untuk tengkawang Nanga Yen dan Sintang dari 9,43 dan 14,53 mek O2/Kg. Bilangan Iodin berada pada rentang 29 – 32 mg I2/100 g. Kandungan (%) asam palmitat; asam stearat; dan asam oleat masing – masing  19,710; 44,267; dan 31,894 %  untuk tengkawang Nanga Yen dan 19,687; 42,430; dan 31,409 %  untuk tengkawang Sintang. Nilai luas permukaan spesifik (m2/g) dan ukuran partikel (nm) sebagai berikut 82.27 dan 1248.3 untuk bentonite alam, 92.21 dan 1374.5 untuk bentonite komersial, 131.08 dan 1351.0 untuk bentonite aktivasi termal, 230.82 dan 1428.5 untuk bentonite aktivasi asam. Nilai SPF dari Tengkawang (Nanga Yen dan Sintang) berada pada rentang 4 – 9, sedangkan Shea butter pada rentang 12 – 19.


Tengkawang tree (Shorea stenoptera) is an indigenous plant of Kalimantan forest that has great potential. Tengkawang tree seed fat has potential as an alternative source of vegetable fat because it has high triglyceride contents. Tengkawang fat, which is generally produced traditionally, has a quality below the standard of cosmetic ingredients, which has free fatty acid levels above 5% and many impurities contents. This study aims to obtain optimum operating conditions in the process of degumming, neutralization, and bleaching to have quality in accordance with SNI standards. The degumming process was used 1% phosphoric acid; the neutralization process  used NaOH 1 M with variations of 5, 7.5 and 10%; the bleaching process used variety of thermal and acid activated of bentonite. Netralization Process with 10% NaOH reduces acid number to 3.29 from 11 mg NaOH/g sample. Peroxide numbers reduces to 2.45 and 2.40 for tengkawang Nanga Yen and Sintang from 9.43 and 14.53 mek O2 / Kg. Iodine numbers are in the range 29-32 mg I2 / 100 g. Palmitic acid ; stearic acid; and oleic acid content  (%) respectively 19.7104, 44.2674, and 31.8944  for tengkawang Nanga Yen and 19,687; 42.43; and 31.4097  for tengkawang Sintang. Specific surface area values (m2 / g) and particle size (nm) are as follows 82.27 and 1248.3 for natural bentonite, 92.21 and 1374.5 for commercial bentonite, 131.08 and 1351.0 for thermal activated bentonite 230.82 and 1428.5 for acid activated bentonite. The SPF values of Tengkawang butter are in the range of 4 – 9, while the Shea butter in the range of 12 – 19.

2020
T55087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Zaki Muhammad
Abstrak :

Indonesia sebagai salah satu negara tropis terbesar di dunia dengan hutan seluas 125.922.474 hektar memiliki sumber daya hutan yang melimpah termasuk berbagai sumber minyak nabati salah satunya adalah lemak tengkawang. Lemak dari tengkawang ini bernilai cukup tinggi karena kandungan asam lemaknya, nilai ekonominya pun  jauh meningkat apabila buah tersebut diolah menjadi lemak daripada hanya dijual dalam bentuk buah kering. Lemak tengkawang dapat berperan sebagai pengganti lemak kokoa karena sifatnya yang serupa. Metode yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk mendapatkan mentega tengkawang ini masih tradisional sehingga kualitas produksinya belum dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian yang ada menunjukkan bahwa parameter SNI yang belum dapat dicapai adalah asam lemak bebas dan warna tengkawang. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar beta karoten pada lemak tengkawang dalam rangka mendapatkan warna yang sesuai SNI dan menurunkan bilangan peroksida pada lemak tengkawang dengan penambahan adsorben bentonit teraktivasi termal pada proses pemucatan. Penelitian ini melakukan purifikasi mentega tengkawang dengan melalui tiga langkah yaitu praperlakuan lemak tengkawang, aktivasi bentonit serta analisis RSM. Praperlakuan lemak tengkawang ini terdiri dari degumming dan netralisasi. Proses pemucatan dilakukan dengan bentonit yang diaktivasi secara termal pada variable tertentu. Variabel yang diamati adalah pengaruh suhu aktivasi, waktu aktivasi dan rasio bentonit:lemak tengkawang.. Analisis RSM digunakan untuk melihat signifikasi pengaruhi variable tersebut terhadap kadar beta-karoten dan bilangan peroksida pada lemak tengkawang. Didapatkan bahwa penambahan bentonit teraktivasi termal pada proses pemucatan lemak tengkawang terbukti menurunkan kadar beta karoten dari 114 μg/mL menjadi 13 μg/mL, dan menurunkan bilangan peroksida dari 9.7 mek O2/kg sampek menjadi 4.87 mek O2 kg sampel. Meskipun begitu variasi yang dilakukan pada variabel terikat tidak memiliki efek signifikan terhadap perubahan kandungan beta karoten dan bilangan peroksida

 


Indonesia is one of the largest tropical countries in the world with 125,922,474 hectares of forest having abundant forest resources including a source of vegetable oil, one of which is tengkawang fat. The fat content of tengkawang is quite high because of its fatty acid content, its economic value is far increased compared to the fruit processed into fat from only being sold in the form of dried fruit. The fat can be consumed as cocoa fat because of its similar nature. The method used by the local community to obtain tengkawang butter is still traditional so that the quality of the product does not meet the Indonesian National Standard (SNI). Existing research shows that SNI parameters that have not been achieved are free fatty acids and tengkawang colors. This study tried to reduce the levels of beta carotene in tengkawang fat in order to obtain the appropriate color of SNI and reduce the peroxide number in tengkawang fat by increasing the adsorbent of thermally activated bentonite in the bleaching process. This study purified tengkawang butter with three steps, namely pretreatment of tengkawang fat, activating bentonite and RSM analysis. This treatment of tengkawang fat consists of degumming and neutralization. The bleaching process is carried out with thermal bentonite with certain variables. The variables are the activation temperature, activation time and bentonite-tengkawang fat ratio. RSM analysis is used to see the significance of influencing this variable on beta-carotene levels and peroxide numbers in tengkawang fat. It was found that replacing thermal bentonite in the tengkawang fat bleaching process was shown to reduce beta carotene levels from 114 μg / mL to 13 μg / mL, and reduce peroxide numbers from 9.7 meq O2 / kg to 4.87 meq of O2 kg sample. Even so the variations carried out in the bound variable do not have a significant effect on changes in the content of beta carotene and peroxide numbers

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisa Thahira
Abstrak :
Lemak biji tengkawang berpotensi digunakan sebagai basis supositoria karena kelebihan yang dimiliki yaitu, titik leleh lemak biji tengkawang berada pada rentang 35-39°C yang dapat meleleh pada suhu tubuh manusia, mengeras pada suhu kamar, dan tidak mudah teroksidasi. Lemak biji tengkawang termasuk kedalaman bahan baku yang berasal dari dalam negeri dan merupakan keuntungan terbesar dari segi biaya maupun non biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi dan konsentrasi lemak biji tengkawang sebagai basis supositoria serta untuk mengembangkan formula sediaan supositoria dengan lemak biji tengkawang sebagai basisnya dan parasetamol sebagai model obatnya. Terdapat tiga formula (F1,F2, F3) sediaan supositoria yang dibuat dengan metode cetak tuang, yaitu metode pembuatan supositoria dimana basis supositoria yang sudah dilelehkan di dispersikan dengan zat aktif kemudian dituang kedalam cetakan supositoria, dibiarkan mendingin, dan dikeluarkan dari cetakan setelah mengeras. Kemudian, dilakukan karakterisasi lemak biji tengkawang sebagai basis supositoria dan sediaan supositoria. Berdasarkan pengujian, lemak biji tengkawang dapat digunakan sebagai basis supositoria karena jarak lebur lemak biji tengkawang berada pada rentang 31-39℃ sehingga dapat melunak dan meleleh pada suhu rektal, pH 6,6-6,7, stabil pada penyimpanan, tidak cepat teroksidasi, dan tetap dalam bentuk solid pada suhu ruang. F1 (parasetamol 250 mg, lemak biji tengkawang 81,48%, cera alba 4%, tween 2%, alfa tokoferol 0,02%) dipilih sebagai formula yang paling optimal untuk supositoria dengan model obat parasetamol karena sesuai dengan persyaratan dan memiliki karakteristik yang diinginkan yaitu, melunak dan meleleh pada suhu rektal, pH 6,8-6,9, dari aspek organoleptis yang paling baik, dan memiliki kesesuaian kadar paling tinggi yakni 100,39±0,09%. ......Tengkawang seed fat has the potential to be used as a suppository base because of its advantages, such as, the melting point of tengkawang seed fat is in the range of 35-39°C which can melt at human body temperature, solidfy at room temperature, and resists oxidation. As a domestically sourced raw material, tengkawang seed fat offers significant cost and non-cost benefits. This study aims to determine the characterization and concentration of tengkawang seed fat as the basis of suppository and to develop a formula for suppository preparations with tengkawang seed fat as the base and paracetamol as the drug model. There are three formulas (F1, F2, F3) of suppository preparations made by the pour molding method, a suppository manufacturing method where the melted suppository base is dispersed with the active substance, poured into the suppository mold, allowed to cool, and removed from the mold after solidfication. Then, the characterization of tengkawang seed fat as a suppository base and the resulting suppository formulations were conducted. Based on the test, tengkawang seed fat can be used as a suppository base because the melting distance of tengkawang seed fat is in the range of 31-39 °C so that it can soften and melt at rectal temperature, pH 6.6-6.7, stable in storage, resists oxidation, and remains in solid form at room temperature. F1 (paracetamol 250 mg, tengkawang seed fat 81.48%, cera alba 4%, tween 2%, alpha-tocopherol 0.02%) was chosen as the most optimal formula for suppositories with the paracetamol drug model because it meets the requirements and has the desired characteristics, namely, softening and melting at rectal temperature, pH 6.8-6.9, from the best organoleptic aspect, and showed the highest content uniformity at 100.39±0.09%.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arif Darmawan
Abstrak :
Tengkawang (Shorea sp) adalah tanaman endemik Kalimantan yang memiliki potensi besar, namun hingga saat ini hasil olahannya masih diproduksi secara tradisional. Profil asam lemak dari empat tengkawang didominasi oleh asam palmitat (16 - 24%), asam stearat (40 - 47%), dan asam oleat (31 - 33%). Nilai keasaman (%) dan angka peroksida (meq O2/kg), adalah 6,88 dan 0,41 untuk Bengkayang, 9,68 dan 0,56 untuk Nanga Yen, 10,7 dan 4,33 untuk Sintang, dan 15,94 dan 8,27 untuk Kapuas Hulu. Titik leleh (oC) dan SFC pada 35 oC (%) dari tengkawang Bengkayang, Nanga Yen, Sintang dan Kapuas Hulu masing-masing adalah 36,8 dan 0,03; 36,7 dan 0,97; 36,6 dan 0,03; dan 36,7 dan 3,11. Bilangan asam (mg NaOH / g lemak) dapat dikurangi dari 11,00 menjadi 3,36 dengan pemutihan aktivasi termal dan 3,61 dengan pemutihan aktivasi asam. Angka peroksida (meq O2 / kg) dapat dikurangi dari 9,45 menjadi 4,84 dengan pemutihan aktivasi termal dan 3,47 dengan pemutihan aktivasi asam. Kinetika model asam dan peroksida lemak tengkawang mengikuti reaksi orde nol dengan nilai energi aktivasi masing-masing sebesar 11,139 kJ.mol-1 dan 12,320 kJ.mol-1 . Model prediksi keasaman adalah Acidity = 4,417 – 7,903t exp (-11,139/RT) dan model peroksida adalah peroksida = 2,155 – 10,998t exp (-12,320/RT). Nilai OSI pada suhu 22 oC dan Q10 lemak tengkawang (TB), lemak tengkawang dengan asam askorbat (TB+AA), lemak tengkawang dengan tokoferol (TB+TC) dan lemak tengkawang dengan lignin (TB+Lignin) masing-masing adalah 66.896 dan 2,815; 224.680 dan 1,993; 106.120 dan 2,725; 81.658 dan 2,961. Peningkatan nilai SPF Calignosulfonate, Mg-lignosulfonate dan Na-lignosulfonate masing-masing adalah 13,12 ± 0,26 (224%), 13,05 ± 0,11 (223%) dan 16,98 ± 0,95 (320%). NPV sebesar 4.055.000 USD untuk aktivasi termal dan 3.634.000 USD untuk aktivasi asam. IRR sebesar 45,86 % untuk aktivasi termal dan 39,92 % untuk aktivasi asam dengan nilai MARR sebesar 17,07%. ROI sebesar 66,66% untuk aktivasi termal dan 59,71 % untuk aktivasi asam. PBP sebesar 1,5 tahun untuk aktivasi termal dan 1,67 tahun untuk aktivasi asam. ......Tengkawang (Shorea sp) is a potential endemic plant of Kalimantan, anyhow its production process is currently still carried out traditionally. The fatty acid profile of the four tengkawang was dominated by palmitic acid (16 - 24%), stearic acid (40 - 47%), and oleic acid (31 - 33%). The acidity values (%) and peroxide value (meq O2/kg), were 6.88 and 0.41 for Bengkayang, 9.68 and 0.56 for Nanga Yen, 10.7 and 4.33 for Sintang, and 15.94 and 8.27 for Kapuas Hulu, respectively. Melting points (oC) and SFC at 35 oC (%) of tengkawang Bengkayang, Nanga Yen, Sintang and Kapuas Hulu are 36.8 and 0.03; 36.7 and 0.97; 36.6 and 0.03; and 36.7 and 3.11, respectively. The acid number (mg NaOH/g fat) can be reduced from 11.00 to 3.36 by thermal activation bleaching and 3.61 by acid activation bleaching. The peroxide value (meq O2/kg) can be reduced from 9.45 to 4.84 by thermal activation bleaching and 3.47 by acid activation bleaching. The kinetics of the tengkawang fatty acid and peroxide model followed a zero-order reaction with activation energy values of 11.139 kJ.mol-1 and 12.320 kJ.mol-1, respectively. Acidity prediction model is Acidity = 4.417 – 7.903t exp (-11.139/RT) and peroxide model is peroxide = 2.155 – 10.998t exp (-12.320/RT). The OSI values at 22 oC and Q10 of tengkawang fat (TB), tengkawang fat with ascorbic acid (TB + AA), tengkawang fat with tocopherol (TB + TC) and tengkawang fat with lignin (TB + Lignin) were 66,896 and 2.815; 224,680 and 1.993; 106,120 and 2.725; 81,658 and 2.961, respectively. The increase in SPF values of Ca-lignosulfonate, Mg-lignosulfonate and Na-lignosulfonate were 13.12 ± 0.26 (224%), 13.05 ± 0.11 (223%) and 16.98 ± 0.95 (320%). NPV of 4,055,000 USD for thermal activation and 3,634,000 USD for acid activation. IRR of 45.86% for thermal activation and 39.92% for acid activation with a MARR value of 17.07%. ROI of 66.66% for thermal activation and 59.71% for acid activation. PBP is 1.5 years for thermal activation and 1.67 years for acid activation
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Putri Kinanti
Abstrak :
Kesadaran konsumen terhadap produk kosmetik alami semakin meningkat, kelompokk riset Bioproses telah meneliti penggunaan Tengkawang sebagai salah satu bahan baku kosmetik dengan penambahan ekstrak jahe diketahui dapat menjadi alternatif antibakteri pada sabun padat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi minyak tengkawang dan bahan aktif herbal yang optimal dan memiliki kesesuaian karakteristik yang sesuai untuk memproduksi formulasi sediaan sabun berbahan baku minyak tengkawang dengan mutu, efek kelembaban, dan sehat untuk kulit dengan hadirnya aktivitas antibakteri yang lebih baik. Karakteristik yang diamati adalah pH, stabilitas busa, kelembaban, kekerasan, dan uji antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil pengujian transparansi sabun menunjukkan sabun dengan sediaan formulas 2 memiliki kondisi optimal yaitu dengan pH 9,75, stabilitas busa 86%, kekerasan 9,5 mm, kelembaban 76,9 AU, dan daya hambat uji bakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli masing – masing adalah 15 mm dan 12 mm dengan konsentrasi sampel sabun 500 mg/ml. ......Consumer awareness of natural cosmetic products is increasing, the Bioprocess research group has investigated the use of illipe as a cosmetic raw material with the addition of ginger extract known to be an antibacterial alternative to solid soap. This study aims to determine the optimal composition of illipe oil and herbal active ingredients and have the appropriate characteristics to produce soap formulations made from illipe oil with quality, moisture effect, and healthy for the skin with the presence of better antibacterial activity. The observed characteristics were pH, foam stability, moisture, hardness, and antibacterial test against Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria. The results of the soap transparency test showed that the soap with formula 2 had optimal conditions, with amount of pH 9.75, foam 86% stability, 9.5 mm hardness, 76.9 AU humidity, and bacterial test inhibition against Staphylococcus aureus and Escherichia coli are 15 mm and 12 mm with a soap sample concentration of 500 mg/ml.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruben Yoel Adrian
Abstrak :
Lemak biji tengkawang kaya akan asam stearat yang merupakan emulgator alami. Dengan ini, terdapat potensi penggunaan lemak biji tengkawang sebagai basis emulsi seperti losio. Pemanfaatan lemak biji tengkawang dapat dikombinasikan dengan bahan alam lain seperti minyak biji kelor untuk membuat losio dengan efek mencerahkan dan menjaga kulit dari pembentukan keriput. Efek ini disebabkan oleh kandungan vitamin E yang merupakan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formula losio minyak biji kelor dengan lemak biji tengkawang sebagai basis yang stabil. Lemak biji tengkawang melalui tahapan pemurnian sebagai salah satu upaya standarisasi. Losio dibuat dengan menggunakan homogenizer yang kemudian dikarakterisasi dan dievaluasi stabilitasnya selama 12 minggu pada kondisi normal dan dipercepat. Digunakan konsentrasi lemak biji tengkawang sebesar 9%, 10%, dan 11% dengan konsentrasi minyak biji kelor sebesar 30%. Sediaan losio menunjukkan stabilitas yang baik suhu ruang selama 12 minggu. Ketiga formula stabil pada penyimpanan kondisi normal dan paling stabil formula F3 pada kondisi dipercepat. Pada suhu tinggi terjadi pemisahan pada F1 dan F2. Dilakukan analisis ukuran partikel dan potensial zeta, dan didapatkan rata-rata ukuran partikel sebesar 2722±115 nm, indeks polidispersitas 0,393±0,180 dan potensial zeta sebesar -46,8±5,4 mV. Dilakukan penetapan kadar vitamin E pada sediaan losio dengan menggunakan metode KCKT. Didapatkan kadar vitamin E pada sediaan losio F1, F2, dan F2 berturut-turut sebesar 0,36; 1,05; dan 1,16 mg/kg pada minggu ke-0. Setelah penyimpanan 12 minggu, kembali dilakukan penetapan kadar vitamin E dimana terjadi penurunan kadar vitamin E. ......Tengkawang seed fat is rich in stearic acid which is a natural emulsifier. With this, there is potential to use tengkawang seed fat as an emulsion base such as lotion. The use of tengkawang seed oil can be combined with other natural ingredients such as moringa seed oil to make a lotion with a brightening effect and protects the skin from the formation of wrinkles. This effect is caused by the content of vitamin E which is an antioxidant. This study aims to develop a lotion formula for moringa seed oil with tengkawang seed oil as a stable base. Tengkawang seed fat goes through purification stages as one of the standardization efforts. The lotion was made using a homogenizer which was then characterized and evaluated for its stability for 12 weeks under normal and accelerated conditions. The concentration of tengkawang seed fat was used at 9%, 10%, and 11% with a concentration of moringa seed oil at 30%. The lotion preparations showed good stability at room temperature for 12 weeks. All three formulas are stable under normal storage conditions and the most stable is formula F3 under accelerated conditions. At high temperatures there is a separation of F1 and F2. Analysis of particle size and zeta potential was carried out, and the average particle size was 2722 ± 115 nm, the polydispersity index was 0.393 ± 0.180 and the zeta potential was -46.8 ± 5.4 mV. Determination of vitamin E levels in lotion preparations was carried out using the HPLC method. The levels of vitamin E in lotions F1, F2, and F2 were 0.36; 1.05; and 1.16 mg/kg at week 0. After 12 weeks of storage, the levels of vitamin E were determined again where there was a decrease in levels of vitamin E.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library