Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: PDII-LIPI, 1997
584.39 SRI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Elmida Ilyas
"ABSTRAK
Telah dilakukan pemeriksaan efek antihepatotoksik temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) terhadap efek hepatotoksik karbon tetrakiorida pada tikus. Percobaan ini dilakukan terhadap 21 ekor tikus yang dibagi secara acak menjadi tiga kelompok. Kelompok I merupakan ke1ompok kontrol, kelompok II diberi Cd 4 0,40 mg/9 BB dosis tunggal, dan kelompok III adalah kelompok yang diberi CC1 4 0,40 mg/g BB dosis tunggal dan temulawak 500 mg/K-g empat kali dalam 48 jam. Tikus dimatikan 48 jam setelah perlakuan, darahnya dikumpulkan untuk pemeriksaan aktivitas GPT dan hati diambil untuk pemeriksaan histologi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian temulawak 500 mg/Kg BB, empat kali dalam 48 jam, dapat mengurangi efek hepatotoksik Cd 4 0,40 mg/g BB dosis tunggal pada tikus. Berdasarkan penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari dosis optimum temulawak dan pemeriksaan efek temulawak terhadap bahan hepatotoksik lainnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2010
TA1102
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2010
TA1106
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Rahmah Diah Nur Fitri
"Sebelum studi ini, telah dibuktikan beberapa tanaman herbal berpotensi sebagai gastroprotektif. Tetapi penggunaannya sebagai obat di Indonesia masih terbatas secara empiris. Sementara, NADES merupakan campuran eutektik dengan 2 atau 3 komposisi penyusun yang terdiri dari metabolit primer. Selain sebagai pelarut alternatif dalam ekstraksi herbal, NADES memiliki potensi meningkatkan bioavailabilitas suatu senyawa. Studi ini bertujuan untuk membandingkan efek gastroprotektif yang dimiliki oleh senyawa xantorizol pada ekstrak etanol temulawak dan ekstrak etanol temulawak dalam NADES. Hewan uji yang digunakan adalah mencit galur swiss webster berusia ± 4 bulan. Dalam pengujiannya, studi ini menggunakan dosis xantorizol sebesar 10 mg/KgBB dan 25 mg/KgBB. Perlakuan pada 7 kelompok (n=4) dilakukan selama 7 hari sebelum induksi ± 12 jam setelahnya dengan etanol 50%-HCl 0,3M (10 uL/gramBB). Efek gastroprotektif ditentukan berdasarkan hasil pengujian indeks ulkus, pH isi lambung, dan kadar mukus lambung. Pada uji indeks ulkus, kelompok ekstrak etanol dengan 25 mg/KgBB dosis xantorizol memiliki perbedaan signifikan terhadap kelompok negatif (p<0.05). Secara umum, perbaikan ulkus terlihat meningkat sesuai dosis terhadap kelompok kontrolnya. Sementara, pada uji kadar mukus, empat kelompok perlakuan (pelarut NADES, EE XTZ dosis 10 mg/KgBB, EE XTZ dosis 25 mg/KgBB, dan EEN XTZ dosis 10 mg/KgBB) memiliki peningkatan kadar mukus yang signifikan terhadap kontrol negatif (p<0,05). Kemudian, pada uji pH, kelompok kontrol positif dan kelompok ekstrak etanol memiliki kemampuan mempertahankan pH mendekati pH normalnya dengan kisaran pH 2,48-2,88. Hal ini menunjukkan xantorizol memiliki potensi gastroprotektif pada dosis 10 mg/KgBB dan pada 25 mg/KgBB. Namun, tidak ada perbedaan antara ekstrak etanol dalam NADES dengan ekstrak etanol.

Before, there were already several candidates for herbal medicine with gastroprotective effects. However, in Indonesia, herbal medicines were mostly used empirically. A NADES is a eutectic mixture of 2 or 3 primary metabolites. Besides being an alternative solvent for extraction, NADES can potentially improve a compound's bioavailability. This study compares the gastroprotective effect of xanthorrhizol within Javanese turmeric rhizomes ethanol extract and the same ethanol extract dissolved in NADES. This study used ± 4 months old Swiss Webster mice. Xanthorrhizol administered at 10 mg/Kg and 25 mg/Kg. Seven groups of mice (n=4) were pre-treated for seven days and then induced with ethanol 50%-HCl 0.3M(10 uL/gram) ± 12 hours later. Gastroprotective effects were then measured with three parameters: ulcer index, gastric content pH, and mucus content. The result of index ulcers shows a significant difference between ethanol extract with 25 mg/Kg xanthorrhizol and negative control (p<0,05). Overall, there is an improvement in ulcer healing for all treatment groups with a dose-dependent trend compared with the control group. For gastric mucus content, four treatment groups (NADES, EE XTZ 10 mg/Kg, EE XTZ 25 mg/Kg, and EEN XTZ 10 mg/Kg) have shown a significant increase compared with negative control (p<0,05). In gastric pH parameters, groups administered with ethanol extract and positive control can maintain their pH within normal acidic pH, which is 2.48-2.88. Thus, xanthorrhizol does have a gastroprotective effect at 10 mg/Kg and 25 mg/Kg. However, ethanol extract dissolved within NADES did not show any significant effect difference compared with ethanol extract."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nafies Shihab
"Efek penghambatan dari ekstrak Curcuma xanthorhizza pada korosi baja API 5L Grade X42 dalam larutan HCl 1M diselidiki dengan menggunakan metode kehilangan berat, polarisasi tafel, dan metode electrochemical impedance spectroscopy EIS . Uji FTIR digunakan untuk menyelidiki senyawa antioksidan yang berperan penting dalam menghambat korosi. Dalam penelitian ini konsentrasi ekstrak temulawak yang digunakan adalah 0 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm.
Hasilnya menunjukkan bahwa temulawak dapat menghambat korosi pada baja dan bertindak sebagai penghambat tipe campuran. Laju korosi menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi inhibitor. Sedangkan efisiensi inhibisi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi inhibitor. Adsorpsi ekstrak pada permukaan baja mengikuti Langmuir isotherm. Nilai energi bebas ?Gads menunjukkan bahwa adsorpsi molekul inhibitor secara fisika. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak Curcuma xanthorhizza dapat digunakan sebagai penghambat alternatif dan ramah lingkungan untuk baja API 5L Grade X42 di lingkungan asam.

The inhibitory effect of the extract of Curcuma xanthorhizza on the corrosion of API 5L Grade X42 steelin HCl 1M solution was investigated by using weight loss, tafel polarization, and electrochemical impedance spectroscopy methods.FTIR test was used to investigate the antioxidant compound that plays an important role to inhibit corrosion.In this study the concentration of Curcuma xanthorhizza extract used was 0 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, and 1000 ppm.
The results show that Curcuma xanthorhizza inhibit the steel corrosion and act as mixed type inhibitors. The corrosion rate decreases with the increasing of inhibitors concentrations. At the same time, inhibition efficiency increases with the increase of inhibitors concentrations.The adsorption of extract on the steel surface was found to obey Langmuir rsquo s adsorption isotherm. The free energy value Gads indicated that the adsorption of inhibitor molecules was typical of physisorption.It can be concluded that Curcuma xanthorhizza extract could be used as an alternative and environmental friendly inhibitor for API 5LGrade X42 steel in acidic environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chinthia Rahadi Putri
"Temulawak atau Curcuma xanthorrhiza Roxb. merupakan tanaman Indonesia yang memiliki beragam manfaat salah satunya sebagai peningkat nafsu makan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimasi suatu ekstraksi hijau menggunakan NADES berbasis glukosa-asam organik (1:3) dengan metode Ultrasonic Assisted Extraction (UAE) terhadap senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang terkandung pada tanaman temulawak. Berdasarkan hasil skrining kombinasi asam laktat dan glukosa mampu menarik senyawa kurkuminoid dan xantorizol lebih tinggi dibandingkan kombinasi lainnya. Proses optimasi ini menggunakan variabel-variabel berupa persentase penambahan air pada NADES (10%, 20%, dan 30%), waktu ekstraksi (10 menit, 20 menit, dan 30 menit), serta rasio serbuk-pelarut (5 mL/g, 10 mL/g, dan 15 mL/g). Kombinasi kondisi optimasi pada tiap levelnya menggunakan metode Response Surface Methodology dengan aplikasi Design Expert 13. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan instrumen KLT Densitometri dengan eluen yang digunakan adalah kloroform dan diklorometan (6:4) dengan panjang gelombang yang digunakan adalah 224 nm serta 425 nm. Kondisi paling optimum dalam ekstraksi ini adalah pada saat persentase penambahan air 30%, lama waktu ekstraksi 20 menit, dan rasio serbuk dengan pelarut 1:15 mL. Pada ekstrak NADES-UAE diperoleh senyawa kurkuminoid 6,64 ± 0,054 mg/g serbuk dan senyawa xantorizol 17,62 ± 0,203 mg/g serbuk. Hasil dari optimasi ini diperbandingkan dengan metode konvensional berupa maserasi-etanol 96%. Kadar senyawa kurkuminoid pada ekstrak maserasi yang diperoleh adalah 2,37 ± 0,015 mg/g serbuk dan senyawa xantorizol yang diperoleh adalah 9,14 ± 0,011 mg/g serbuk. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi UAE-NADES ini lebih efektif untuk menarik senyawa kurkuminoid dan xantorizol dibandingkan metode maserasi-etanol 96%.

Javanese Turmeric or Curcuma xanthorrhiza Roxb. is an Indonesian plant and one of its benefit is for an appetite enhancer. The aim of this study was to optimize a green extraction using glucose-organic acid (1:3) based NADES-Ultrasonic Assisted Extraction (UAE) method of curcuminoids and xanthorizol compounds contained in javanese turmeric. This optimization process used variables such as water content of NADES (10%, 20%, and 30%), extraction time (10 minutes, 20 minutes, and 30 minutes), and solid-liquid ratio (5 mL/g, 10 mL/g, and 15 mL/g). The combination of optimization conditions at each level used Response Surface Methodology method with the Design Expert 13 application. The determination of the levels was carried out using a TLC Densitometry instrument with the eluents used were chloroform and dichloromethane (6:4) with the wavelengths used were 224 nm and 425 nm. The most optimal condition in this extraction was when the water content of NADES was 30%, with 20 minutes extraction time, and 1:15 mL of the solid-liquid ratio. The NADES-UAE extract obtained curcuminoid compounds of 6.64 ± 0.054 mg/g powder and xantorizol compounds 17.62 ± 0.203 mg/g powder. The results of this optimization were compared with the conventional method of maceration-ethanol 96%. The content of curcuminoid compounds in the maceration extract obtained was 2.37 ± 0.015 mg/g powder and the xanthorizol compound obtained was 9.14 ± 0.011 mg/g powder. Thus, it can be concluded that the UAE-NADES extraction method was more effective for extracting curcuminoids and xanthorizol compounds than the 96% ethanol-maceration method.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rerin Santiana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31586
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raihannisa Nursyifa Safitri
"Temulawak telah banyak digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini berpotensi membantu mengatasi lelah otot karena senyawa utamanya yaitu xantorizol memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mengurangi radikal bebas berlebih yang terbentuk saat melakukan aktivitas berat. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh xantorizol terhadap kadar glutation pada mencit diinduksi lelah dengan metode FST. Kontrol positif diberikan taurin (T) dosis 700 mg/kg BB sebagai obat referensi. Kontrol negatif diberikan CMC-Na 1% (C). Kelompok dosis dibagi menjadi tiga, yaitu N10 (ekstrak NADES dosis 10 mg XTZ/kg BB), N25 (ekstrak NADES dosis 25 mg XTZ/kg BB), dan E10 (ekstrak etanol dosis 10 mg XTZ/kg BB). Pemberian dosis dilakukan selama 28 hari. Pada hari terakhir, mencit dilakukan FST untuk selanjutnya dibedah dan diambil jaringan hati untuk pengukuran kadar glutation. Lama waktu berenang setelah perlakuan N10, N25 dan T berbeda signifikan dengan sebelum perlakuan (p<0,05).  Lama waktu berenang setelah perlakuan N10, N25, dan T tidak terdapat perbedaan bermakna namun berbeda signifikan dengan C (p<0,05). Kadar GSH N10 dan N25 signifikan lebih tinggi dibandingkan C. Rasio GSH/GSSG N10, N25, dan T signifikan lebih tinggi dibandingkan C (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa xantorizol pada ekstrak NADES temulawak membantu mengatasi lelah otot diinduksi stres oksidatif akibat aktivitas berat dan memiliki efek antilelah yang menjanjikan pada dosis XTZ 10 mg/kg BB dan 25 mg/kg BB.

Javanese Turmeric has been widely used as traditional medicine in Indonesia. This plant has potential to help overcome muscle fatigue because its main compound, xanthorrhizol, have antioxidant activity that reduce excess free radicals formed when the body performs high-intensity activities. The present study was designed to investigate the effect of xanthorrhizol on glutathione levels in fatigue-induced mice using the FST method. Positive control group was given taurine (T) at dose 700 mg/kg BW as a reference drug. Negative control group was administered 1% CMC-Na (C). The dosage groups were divided into three, N10 (NADES extract 10 mg XTZ/kg BW), N25 (NADES extract 25 mg XTZ/kg BW), and E10 (ethanol extract 10 mg XTZ/kg BW). Dose was given for 28 days. On the last day, FST was carried out in mice, then they were dissected and liver tissue was taken to measure glutathione levels. The swimming time after treatment in N10, N25, and T groups was significantly different from before treatment (p<0,05).  The swimming time after treatment in N10, N25, and T groups was significantly different from C group (p<0.05). GSH levels of N10 and N25 groups were significantly higher than C groups. Ratio of GSH/GSSG of N10, N25, and T groups was significantly higher compared to C group (p<0.05). This study concludes that xanthorrhizol in NADES extract can help overcome muscle fatigue induced by oxidative stress due to high-intensity activities and has a promising anti-fatigue effect at XTZ doses of 10 mg/kg BW and 25 mg/kg BW."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Salma
"Latar Belakang: Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu tanaman obat unggul Indonesia yang memiliki potensi untuk menghambat pembentukan biofilm C. albicans. Faktor virulensi yang dapat menyebabkan C. albicans menjadi fungi patogen diantaranya adalah pembentukan biofilm dan sekresi enzim hidrolitik. Fosfolipase merupakan salah satu enzim hidrolitik yang dapat merusak membran sel inang.
Tujuan: Menganalisis aktivitas fosfolipase pada biofilm C. albicans ATCC 10231 fase awal, menengah, dan maturasi yang terhambat ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).
Metode: Nilai Kadar Hambat Biofilm Minimal (KHBM50) C. albicans ditentukan dengan uji MTT-assay. Ekstrak etanol temulawak dengan konsentrasi sesuai KHBM50 dipaparkan pada biofilm fase awal, menengah, dan maturase. Kontrol negative tidak dipaparkan apapun, kontrol positif dipaparkan Nystatin 100.000 IU. Aktivitas fosfolipase biofilm C. albicans dianalisis dengan mengukur proporsi antara diameterzona presipitasi dengan diameter koloni C. albicans pada medium Egg Yolk Agar (EYA).
Hasil: Nilai KHBM50 ekstrak etanol temulawak terhadap biofilm C. albicans ATCC 10231 pada fase awal, fase menengah, dan fase maturasi berturut-turut adalah 25%, 30%, dan 35%. Pada kontrol positif, aktivitas fosfolipase biofilm C. albicans fase awal, fase menengah, dan fase maturasi bernilai 1. Aktivitas fosfolipase biofilm C. albicansfase awal, fase menengah, dan fase maturasi yang terhambat ekstrak etanol temulawak berturut-turut 0.84, 0.80, dan 0.83. Pada kontrol negatif, aktivitas enzim fosfolipase biofilm C. albicans fase awal, fase menengah, dan fase maturasi berturut-turut 0.59, 0.57, dan 0.57.
Kesimpulan: Terdapat kecenderungan penurunan aktivitas enzim fosfolipase pada biofilm C. albicans yang terhambat > 50% ekstrak etanol temulawak.

Background: Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is one of medical plant from Indonesia that has potency to inhibit biofilm formation of C. albicans. Biofilm formation and hydrolyticenzymes are two among manyvirulence factors of C. albicans. Phospholipaseisone of hydrolyticenzymesthat could degrade the hostcell membrane.
Objective: To observe the activities ofphospholipase in early phase, intermediate phase, and maturation phase of biofilm C. albicans ATCC 10231 that has been inhibited by Javanese turmeric ethanolic extract.
Method: MTT-assay wasused to measure the minimum biofilm inhibitory concentration (MBIC50) of C. albicans ATCC 10231in three phases of C. albicans biofilm. Those concentrations were used to observe phospholipase activities of biofilm in the relevant phases. The negative control were not exposed to anything, while the positive control were exposed to Nystatin 100.000 IU. Phospholipase activities were determined bymeasuring the proportion of precipitation zone diameter and C. albicans colony diameter onan egg yolk-agar medium.
Results: The MBIC50of Javanese turmeric ethanolic extract towards formation of C. albicans biofilm ATCC 10231 in early phase, intermediate phase, and maturation phase were 25%, 30%, and 35%, respectively. Phospholipase activities value in early phase, intermediate phase, and maturation phase of C. albicans biofilm exposed by Nystatin were 1. Phospholipase activities value in early phase, intermediate phase, and maturation phase of C. albicans biofilms exposed by Javanese turmeric ethanolic extract were 0.84, 0.80, and 0.83, respectively. Phospholipase activities value in early phase, intermediate phase, and maturation phase of unexposed C. albicans biofilm were 0.59, 0.57, and 0.57, respectively.
Conclusion: There istendency of decreased phospholipase activity in early phase, intermediate phase, and maturation phase of biofilm C. albicans that has been inhibited by Javanese turmericethanolic extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>