Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadine Hafiza
Abstrak :
ABSTRAK
Air limbah rumah tangga memiliki kontribusi sebanyak 40 sebagai pencemar sumber air di Indonesia. Pencemaran air limbah rumah tangga tersebut menyebabkan terjadinya penyebaran pathogen antar manusia dan efek bioakumulasi pada lingkungan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik kualitas dan kuantitas air limbah rumah tangga untuk dapat diketahui potensi pencemaran terhadap Sungai Ciliwung dan identifikasi teknologi penanggulangan yang dapat diterapkan. Hasil rata-rata estimasi kuantitas air limbah dari laundry, kamar mandi, dapur, dan kloset adalah 49 18; 79,1 5; 24,5 12; dan 29,9 3 L/orang/hari. Air limbah rumah tangga memiliki konsentrasi pencemar yang tinggi pada beberapa parameter, yaitu konduktivitas 1606-2046 ?s/cm, TDS 709-1007 mg/L, ammonia 78-167 mg/L, total nitrogen 511-836 mg/L, total fosfor 16,6-21,3 mg/L, fosfat 33-46,8 mg/L, potassium 32,5-47,9 mg/L, dan fecal coliform 430.000-1.600.000 MPN/100 mL dari blackwater; dan COD 559-1991,6 mg/L, MBAS 0,3-0,31 mg/L, alumunium 1,65-5,09 mg/L, sodium 7,5-61,4 mg/L, dan silica 17,7-23,2 mg/L dari greywater laundry. Rata-rata konsentrasi pencemar yang tinggi menyebabkan tingginya estimasi potensi beban pencemar pada Sungai Ciliwung sebagai badan air penerima air limbah rumah tangga, khususnya beban COD, BOD, total nitrogen, dan total fosfor, yaitu sebesar 27,7 9 ton/jam, 8,5 2 ton/jam, 11,2 2 ton/jam dan 0,2 0,04 ton/jam. Teknologi pengolahan air limbah rumah tangga yang dapat diterapkan agar memenuhi baku mutu air limbah domestik Permen LH No. 68 Tahun 2016 adalah menggunakan teknologi membran, yaitu bioreactor dan reverse osmosis, atau menggunakan constructed wetland. Pertimbangan dari kedua teknologi tersebut adalah membrane bioreactor memiliki biaya operasional yang tinggi dan resiko fouling, sedangkan efisiensi penghilangan dari constructed wetland dapat menurun setelah pengoperasian selama beberapa waktu.
ABSTRACT
Domestic wastewater contributes about 40 as source of water bodies pollutants in Indonesia. The wastewater pollution causes the spread of pathogens and has bioaccumulation effects on environmental. The purpose of this study was to analyze characteristics of household wastewater in order to know its potential pollution to Ciliwung River and to identifiy the most applicable technology for treatment. The average wastewater quantity estimation results from laundry, bathroom, kitchen and closet are 49 18 79,1 5 24,5 12 and 29,9 3 L person day. Domestic wastewater has a high pollutant concentration on several parameters, conductivity 1606 2046 s cm, TDS 709 1007 mg L, ammonia 78 167 mg L, total nitrogen 511 836 mg L, total phosphorus 16,6 21.3 mg L, phosphate 33 46.8 mg L, potassium 32.5 47.9 mg L, and fecal coliform 430.000 1.600.000 MPN 100 mL from blackwater and COD 559 1991,6 mg L, MBAS 0,3 0,31 mg L, aluminum 1,65 5,09 mg L, sodium 7,5 61,4 mg L, and silica 17,7 23,2 mg L from laundry greywater. The average high pollutant concentration and quantity leads to high estimation of pollutant load on the Ciliwung River as the water bodies receiver, especially for COD, BOD, total nitrogen and phosphorus loads which reach 27,7 9 tons hour, 8,5 2 tons hour, 11,2 2 tons hour and 0,2 0,04 tons hour. Wastewater treatment technologies that can be applied to comply domestic wastewater quality standards Permen LH No. 68, 2016 are membrane technology, which are bioreactor and reverse osmosis, or constructed wetland technology. Meanwhile, the considerations of both technologies are that membrane bioreactor has high operational cost and fouling risk, while removal efficiency of constructed wetland can decrease after operation for some time.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugih Nugroho
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian arkeologi Pemukiman skala semi mikro, dengan perspektif ekologi dan pendekatan adaptasi manusia. Kompleks Kraton Ratu Baka merupakan situs pemukiman yang dihuni sejak masa sebelum tahun 714 Saka (792 M). Pemukiman yang pertama tercatat dalam prasasti adalah pada masa abad VIII M s.d abad X M. Namun sebagai pemukiman, kompleks Kraton Ratu Baka yang terletak di bukit Ratu Baka ini mempunyai kondisi lingkungan yang kurang memadai sebagai tempat bermukim. Kekurangan-kekurangan meliputi keadaan topografinya sangat curam, merupakan bukit berbatu, mengandung kapur dan berdaya serap rendah. Karena itu wilayah ini tidak mempunyai sumber daya air yang didapat dari dalam tanah. Namun, walau begitu curah hujan di wilayah ini tinggi, sehingga masalah air dapat diatasi dengan mendapatkan air dari air hujan. Tetapi, curah hujan tinggi juga menimbulkan bahaya sampingan, yaitu erosi dan tanah longsor yang bisa datang setiap saat. Erosi tinggi lebih muncul lagi apabila tanah di wilayah ini merupakan tanah urugan, berdaya serap rendah, sedikit flora yang dapat menahan erosi serta tipisnya jarak permukaan tanah dengan batuan dibawahnya. Dengan berbagai kekurangan tersebut masyarakat di Kompleks tersebut membangun sebuah jaringan teknologi yang dapat mengatasi keadaan alamnya. 1. Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Air. Hujan merupakan sumber utama dalam penyediaan air di Kompleks Kraton Ratu Baka. Keadaan tanah yang sulit memerangkap air, menyebabkan air cenderung menjadi air permukaan dan mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah ataupun menggenang. Untuk mengendalikan air agar tidak mengalir ke tempat-tempat datar, maka dilakukan usaha_-usaha yang memerlukan kemampuan teknik memadai. Kemampuan teknis penghuni kompleks Kraton Ratu Baka adalah dalam mewujudkan suatu teknologi yang mampu mengendalikan dan memanfaatkan lingkungan fisik di wilayah tersebut. Secara detail, sistem pengelolaan air yang ada membagi menjadi tiga buah bentuk, (1) Saluran Air Distribusi, (2) Saluran Air Penbuangan dan, (3) Kolam Penampungan Air. Pengandalian terhadap air dilakukan dengan pembuatan penampungan air dan sistem drainase yang tepat. Penampungan dan peresapan air dilakukan dengan membuat kolam-kolam penampung air yang dapat juga berfungsi sebagai penjernihan air dan kolam persediaan untuk kebutuhan sehari-hari baik di musim penghujan maupun musim kemarau. Sistem drainase dibuat dengan membuat saluran-saluran penghubung di tempat-tempat tertentu untuk menjaga air tetap mengalir ke tempat-tempat yang ditentukan dan tidak menggenang sehingga tempat menjadi becek dan tidak sedap dipandang mata. Dengan cara pengendalian air tersebut maka diperoleh persediaan air yang mencukupi dan kondisi lingkungan tetap terjaga, serta dapat mengatasi kesulitan air terutama pada musim kemarau. 2. Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan. Pada tanah yang terdapat perbedaan ketinggian dibuat talud yang disangga dengan tatanan batu putih untuk memperkuat dan mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor. Usaha lain untuk memperkuat daya tanah adalah membuat tanah yang berundak-undak atau disebut terasering. Hampir di semua kelompok bangunan di kompleks Kraton Ratu Baka ini terlihat dibuat dengan cara terasering. Seperti pada Kelompok Barat, yang dibagi menjadi tiga teras, yaitu teras 1, teras 2 dan teras 3. Secara mekanis, fungsinya adalah untuk mengurangi laju air turun ke tempat yang lebih rendah, Sedangkan fungsi spiritualnya adalah untuk membedakan kesakralan tempat, karena tempat yang lebih tinggi mempunyai tingkat kesakralan lebih tinggi daripada teras yang lebih rendah.
2000
S12062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Ronaldo Adrian
Abstrak :
Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tetapi di seluruh dunia. Produksi sampah yang terus menerus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dapat menjadi masalah yang serius jika tidak diatasi. Sistem persampahan Jakarta pada saat ini masih menggunakan sistem pengelolaan sampah di kota-kota lain, dimana proses pengelolaannya dimulai dari asal limbah menuju tempat permbuangan sementara kemudian berakhir ditempat pembuangan akhir dengan menggunakan sistem open dumping (membuang langsung ke tempat pembuangan akhir) pada TPST Bantargebang. Sedangkan, TPST Bantargebang diperkirakan tahun 2021 akan tutup disebabkan sudah mencapai kapasitas maksimal. Oleh karena itu, pemenrintah merencanakan pembuatan Intermediate Treatment Facility (ITF) di beberapa tempat di Jakarta untuk mengurangi ketergantungan dengan TPST Bantargebang. Dari keempat tempat tersebut, hanya Sunter saja yang sudah memiliki perencanaan dan teknologi pengolahan sampah. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai pemilihan teknologi pengolahan sampah yang efektif dan efisien dengan melihat kondisi dan tantangan yang ada menggunakan dua metode pengambilan keputusan multi atribut (MADM), yaitu AHP dan TOPSIS. Dalam penelitian ini, penulis memilih Cakung sebagai tempat yang perlu diteliti mengenai pemilihan teknologi pengolahan sampah yang efektif dan efisien. ......Garbage problem is really endless. Garbage problem has become a serious problem especially in big cities, not only in Indonesia, but all over the world. The continuous production of waste with the increase in population can be a serious problem if it is not addressed. Jakarta's current waste system is still using waste management system in other cities, where the processing process starts from the origin of sewage to the place of temporary disposal and then ends in the final dump using open dumping system (throw direct to landfill) on TPST Bantargebang. Meanwhile, TPST Bantargebang estimated in 2021 will be closed because it has reached the maximum capacity. Therefore, the decision to plan the manufacture of Intermediate Treatment Facility (ITF) in several places in Jakarta to reduce dependence with TPST Bantargebang. From the four places, only Sunter is already have a planning and garbage processing technology. Based on this, we need to do research on the selection of waste processing technology that is effective and efficient by looking at the conditions and challenges that exist using two methods of multi-attribute decision making (MADM), namely AHP and TOPSIS. In this study, the author chose Cakung as a place to be researched regarding the selection of effective and efficient waste processing technology.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Retno P.
Abstrak :
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengolah air yang mengandung senyawa linear alkil benzen sulfonat (LAS) dan amonia adalah dengan proses oksidasi lanjut dan filtrasi membran. Proses oksidasi lanjut ini memanfaatkan keberadaan radikal hidroksida yang merupakan oksidator kuat yang mampu menguraikan senyawa organik dan anorganik bersifat racun dan sulit terurai di dalam air. Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses oksidasi lanjut dan filtrasi membran cukup efektif untuk menyisihkan senyawa LAS, namun tidak cukup efektif untuk menyisihkan senyawa amonia dalam air. Persentase penyisihan total LAS untuk konsentrasi awal 30 mg/L, 50 mg/L dan 100 mg/L masing-masing diperoleh sebesar 89,82 %; 84,20% dan 81,49% dan amonia sebesar 17,07%. ......One of the methods to treat water of linear alkyl benzene sulfonate and ammonia compounds is by advanced oxidation process and membrane filtration. These advanced oxidation process utilizing the presence of hydroxide radicals which is a strong oxidant that can destroy the organic and inorganic compounds are toxic and difficult to break down in the water. From this research, it was found that advanced oxidation process and membrane filtration effective for remove linear alkyl benzene sulfonate (LAS), but uneffective for remove ammonia in the water. The total removal of linear alkyl benzene sulfonate was about 89,82 %; 84,20% and 81,49% for initial concentration was 30 mg/L, 50 mg/L and 100 mg/L, respectively and 17,07% for ammonia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51901
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library