Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitriyah Handayani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26549
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti iddriandika Mauda
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26637
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meivita
"Latar belakang dan tujuan: Tekanan panas merupakan masalah penting dalam industri manufaktur. Paparan tems menerus akan menyebabkan kelelahan. Kelelahan kerja berkepanjangan yang berlangslmg minimal enam bulan tanpa pemulihan yang optimal, akan menyebabkan kelelahan kronis, da.n selanjutnya akan mengakibatkan penurunan kernampuan kelja dan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tekanan panas dan kelelahan kronis Serta faktor-faktor lain yang berhubungan pada peke1ja bagian produksi di perusahaan pemintalan benang PT "X" Karawang.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana secara manual. Data dikumpulkan melaiui kucsioncr rncngcnai lcaraktcristik pekcija dan masa kclja, kucsioncr kclclahan (SSRT dari IFRC), pengukuran tinggi dan berat badan, dan penilaian Indeks Suhu Bala dan Basah untuk mengukur tekanan panas, serla pengukuran intensitas bising dengan sommd level meter oleh dinas kesehatan.
Hasil: Prevalensi kelelahan kronis pada pekelja di bagian produksi adalah 68,8%. Prevalensi kelelahan kronis di bagian dengan tekanan panas Iebih dari 30°C sebesar 84,0%, dan tekanan panas kurang atau sama dengan 30°C sebesar 4O,9%. Tekanan panas Iebih dari 30°C, masa kerja lcbih dari lima tahun, usia lcbih dari 30 tahun dan IMT tidak normal merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan tcljadinya kclelahan kronis. Tckanan panas Iebih dari 30°C mcningkatkan resiko kelelahan kronis 40,28 kali lipat (Adj OR 40,28, 95% CI: 7,42;2l8,5, p = 0,000). Masa kerja Iebih dari 5 tahun meningkatkan risiko kelelahan kronis 7,6 kali lipat (Adj OR 7,64, 95% CI: l,59;36,68, p >= 0,011). Usia Iebih dari 30 tahun meningkatkan risiko kelelahan kronis 6,7 kali lipat (Adj OR 6,69, 95% CI:1,37;32,54, p = 0,0l9). IMT tidak normal meningkatkan risiko kelelahan kronis 4,5 kali lipat (Adj OR 4,45, CI: l,3l;I5,l8, p = 0,01 7).
Kesimpulan: Prevalensi kelclahan kronis pada pekezjaan di bagian produksi adalah 68,8% dan Iebih banyak terjadi pada pekerja terpajan panas Iebih dari 30°C Tekanan panas Iebih dari 30°C, masa kerja lebih dari lima tahun, usia Iebih dari 30 tahun dan [MT tidak normal didapat berhubungan dengan terjadinya kelelahan kronis.

Background and Aim: Heat stress is an important problem in manufacturing industry. Continues exposure can cause fatigue. Long lasting fatigue for minimally six months without optimal recovery will produce chronic fatigue. Which at the end will decrease working capability and productivity. This study aim to assess the relation between heat stress and others related factors with chronic fatigue in production workers at yarn manufacture "X" Karawang.
Methods: A cross sectional study was used. Sample was selected by manual simple random method. Data were collected through questionnaire that covered workers characteristics and working variables , fatigue questionnaire (SSRT trom IFRC), measurement of body height and weight, and Wet Bulb Globe Temperature Index for measuring heat stress, and noise level mesurement with Sound Level Meter by Local Health Office.
Result: The prevalence of chronic fatigue in production worker was 68.8%. The prevalence of chronic fatigue in area with heat stress >30°C was 84.0%, while in areas with heat stress S30 C it was 40.9%. Heat stress >3o°c, working period >5 years, age >30 years old and abnormal BMI were risk factors to chronic fatigue. Heat stress >30°C increases chronic fatigue risk by 40,28 times (Adj OR 40,28, 95% CI: 7,42;218,5, p = 0,000). Working period >5 years increases risk by 7,6 time (Adj OR 7,64, 95% CI: l,59;36,68, p = 0,011). Age >30 years old increases risk by 6,7 times (Adj OR 6,69, 95% CI: l,37;32,54, p = 0,019). Abnormal BM] increases risk by 4,5 times (Adj OR 4,4S, CI: 1,31;l5,l8, p = 0,017).
Conclusion: The overall chronic fatigue prevalence was 68.8%. Heat stress >30°C, Working period >5 years, age >30 years old and abnormal BMI were related with chronic fatigue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T29203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simaremare, Rumiris Feronika
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan penilaian terhadap pajanan tekanan panas
di workshop pembuatan batik yang terletak di Kecamatan Mauk, Tangerang.
Sebanyak 84% dari pekerja yang diwawancarai mengeluh tentang suhu lingkungan
kerja yang dirasa terlalu panas, meskipun dalam hal ini sudah terdapat pengendalian
terhadap tekanan panas yang terpasang pada bangunan. Penilaian didasarkan pada tiga
kriteria menurut Worksafe BC 2007, yakni faktor lingkungan, faktor pekerja, dan
faktor pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) di luar ruangan (outdoor) lebih tinggi dibanding ISBB di dalam ruangan
(indoor) dan indeks panas berada pada area berbahaya dengan level risiko tinggi.
Hasil observasi faktor pekerja yang meliputi aklimatisasi, status hidrasi dan pakaian
kerja tidak menunjukkan adanya upaya pengendalian yang dilakukan. Demikian juga
hasil observasi pada faktor pekerjaan yakni beban kerja dan pola kerja tidak
menunjukkan adanya pengendalian administratif yang diupayakan dalam menangani
keluhan terhadap pajanan tekanan panas ini. Penurunan tingkat risiko pajanan tekanan
panas diharapkan dapat dilakukan dengan modifikasi pengendalian teknis,
mengupayakan pengendalian administratif serta penggunaan pakaian kerja yang
sesuai dengan lingkungan kerja dengan pajanan tekanan panas

ABSTRACT
The aim of this study was to make an assessment of the heat stress exposure in a Batik
Workshop located at Kecamatan Mauk, Tangerang. 84% of interviewed workers
complained about the working environment temperature that tends to be very hot,
although the building already has a built-up control to heat stress. The assessment is
based on three criteria by Worksafe BC 2007 that is environmental, worker, and work
factors. The result showed that the Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) outdoor
higher than indoor, and the heat index is at dangerous area with a high risk level.
Observation on worker (acclimatization, hydratin and clothing) and work (work load
and work rate) factors did not show any control measures undertaken. The level of
risk can be reduced by modification of engineering control, administrative control and
the proper personal protective equipment (clothing)."
2016
T46391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safiera Amelia
"PT XYZ adalah industri manufaktur yang memiliki proses produksi yang menghasilkan panas dan berpotensi menimbulkan heat stress bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keluhan subjektif akibat tekanan panas pada pekerja di area fermentasi kedelai dan pemasakan PT XYZ. Penelitian dilakukan pada 55 responden dengan desain studi cross sectional deskriptif. Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) digunakan untuk mengukur risiko tekanan panas. Kuesioner menilai keluhan subjektif pekerja akibat tekanan panas.
Hasil menunjukkan indeks WBGT rata-rata di area adalah 27,35°C - 32,29°C. Terdapat 70,9% responden mengalami tekanan panas dan 54,5% mengalami keluhan ringan. Keluhan subjektif utama yaitu banyak berkeringat (67,3%) dan merasa haus (50,9%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keluhan subjektif, yaitu kejadian tekanan panas (p value= 0,001) dan beban kerja (p value= 0,019). Rekomendasi dari segi teknis, administratif, maupun personal dibutuhkan untuk meminimalisasi keluhan subjektif dan dampak kesehatan akibat tekanan panas.

PT XYZ is a manufacturing industry which has production process that produces heat and potentially cause heat stress for workers. The purpose of this study was to determine factors related to the level of subjective complaints due to heat stress among workers in soybean fermentation and cooking area. This study performed on 55 workers using cross sectional descriptive study design. Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) were used to quantify risk of heat stress. Questionnaires assessed worker's subjective complaints from heat stress.
Results showed WBGT index in the average area are 27,35°C - 32,29°C. About 70,9% respondents experienced heat stress and 54,5% suffered minor complaints. The most subjective complaints were excessive sweating (67,3%) and feeling thirsty (50,9%). Factors related to the level of subjective complaints were heat stress (p value= 0,001) and workload (p value= 0,019). Hence, the recommendation such as engineering, administrative, and personal control are needed to minimize the subjective complaints and adverse health effect of heat stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gesang Lilihaning Tyas
"Tesis ini membahas Hubungan Tekanan Panas dan Beban Kerja dengan Kelelahan Pekerja sebagai tinjauan terhadap Nilai Ambang Batas Iklim Kerja yang tertuang dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/Men/1999 yang merupakan adopsi dari ACGIH 1996, dimana dalam satu dasawarsa pemberlakuannya banyak pengusaha di Indonesia mengeluhkan penerapannya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang.
Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu adanya peninjauan kembali dan penelitian ilmiah yang lebih mendalam terkait dengan variabel ? variabel lain yang berkontribusi terhadap Nilai Ambang Batas Iklim Kerja yang tertuang dalam Kepmenakertrans No. 51 tahun 1999.

This thesis explores the relationship of Heat Stress and Workload to Worker Fatigue with a review of the Threshold Limit Values for Heat Stress as stated in the Ministry of Manpower Decree No. Kep-51/Men/1999 which is the adoption of the ACGIH in 1996, where in one decade is implemented, many entrepreneurs in Indonesia complained about its application. This research is quantitative research with cross sectional design.
The results suggest that there should be judicial review and a more in-depth scientific research related to the other variables that contribute to the Threshold Limit Values for Heat Stress, which is covered in Kepmenakertrans No. 51 years old in 1999.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31414
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zein Renaldy
"Latar Belakang : Penyakit akibat panas masih menjadi masalah umum di era globalisasi seiring dengan pembangunan di sektor industri. Di dalam proses produksi pembuatan keramik yang memerlukan pembakaran dengan suhu tinggi hingga mencapai 2000°C adalah sumber panas bagi para pekerja Hilangnya cairan melalui proses evaporasi akan berakibat terjadinya dehidrasi yang kemudian dapat meningkatkan risiko terjadinya heat cramp.
Metode: Metode penelitian cross sectional digunakan untuk mengevaluasi insiden hear cramp Pengumpulan data dilakukan melalui distribusi kuesioner, pemeriksaan suhu tubuh dan pengumpulan sampel urin. Pengukuran berat jenis urin menggunakan refreactometer ATAGO Uricon NE. Dinyatakan status dehidrasi apabila nilai berat jenis urin >l,030. Pengukuran suhu tubuh setelah bekenja menggtmakan temnometer badan. Apabila suhu tubuh Z 38° dapat dipertimbangkan sebagai faktor risiko terjadinya heat cramp. Suhu lingklmgan kerja diukur dengan menggunakan WBGT (Wet Bulb Global Temperature) QUESTemp°36 setiap 30 menit pada titik yang telah ditentukan pada waktu yang berbeda.
Hasil Penelitian: Insiden terjadinya kram otot ditemukan pada 79 dari total 179 responden (44.I3%). Data menunjukkan bahwa ll responden (6.15%) mempunyai nilai BJ urine >l.030 dan 4 responden (2.23%) dilaporkan dengan suhu tubuh > 38°C setelah 4 jam bekenja. Nilai rata-rata /mean pengukuran suhu dengan WBGT ) > TLV ditemukan pada divisi Glaze (30.25°C; SD =2.82) dan pada divisi Firing (33.25°C; SD=3.25). Dari 39 responden yang bekexja di lokasi kerja dengan suhu > 28°C; 28 respondcn dilaporkan mengeluh kram. Dari 30 responden yang memiliki lama kelja < 1 tahun; 8 dilaporkan mengeluh kmm. Analisa data multivariat menunjukkan bahwa risiko terkena heat cramp lebih rendah pada masa kerja >1 tahun (P=0.04; RR=0.l39) akan tetapi lebih tinggi pada suhu kelja panas \VBGTi >28°C (P=0.0I; RR=3.39).
Kesimpulau: Tekanan panas dan masa kerja berhubungan dengan insiden heat cramp.

Background: Heat stress is still a common health problem in this globalization era throughout development in industrial sector. Production process on manufacture machine which using fumace until 2000°C to make ceramic products, is the main source of heat stress for workers. Water lost due to evaporation process will lead to dehydration state, could make tightening of the muscle. This will increase incidence of heat cramps.
Method: Cross sectional study was conducted to evaluate incidence of heat cramp. Data was collected based on distribute Questionnaire, Body temperature and mine sample. Refractometer ATAGO Uricon NE. was used to access urine specific gravity (USG) before and after work; state of dehydration is deiine by USG score >l,030. Body temperature after work was measured by body thermometer; should temperature hit 238°C, will consider as a risk factor for heat crarnp. Working environment condition was measured with Wet Bulb Global Temperature (WBGT) QUESTemp°36 every 30 minutes each spot in different time.
Result: Incidence of CIZIIII5 was found on 79 from total 179 respondents (44.l3%). Data showed that ll respondents (6.15%) have Urine Specilic Gravitation >l.030 and only 4 respondents (2.23%) were reported have body temperature after work > 38°C. The mean score of heat measure in Glaze division (30.25°C; SD =2.82) and Firing division (33.25°C; SD=3.25) >TLV. F rom total 39 respondents whom work in environment with temperature > 38°C; 28 respondents among them had cramps problems. From 30 respondents whom have working experiences less than I year, only 8 reported have cramps. Multivariate analysis showed that possibility risk of having heat cramp is low by respondents with working period > 1 year (P=0.04; RR=0.l39) but high possibility whom work in heat stress environment, WBGTi > 28°C (P=0.0l; RR=3.39).
Conclusion: Working period and heat environment are associated with risk of having Heat cramp.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32362
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zarah Defi Saputri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tekanan panas dan keluhan subjektif yang ada di PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas. Bahaya panas merupakan salah satu hazard yang ada di dunia industri saat ini. Bahaya panas yang tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang biasa disebut heat-related disorders. Pajanan panas ke tubuh pekerja akan direspon tubuh melalui heat strain. Indeks WBGT Indoor di area produksi PT Frisian Flag Indonesia menunjukkan nilai antara 23,920C sampai 32,780C. Setelah dilakukan analisis, didapatkan bahwa 50 responden yang menjadi subjek penelitian, 24 responden termasuk kelompok berisiko mengalami tekanan panas. Seluruh responden penelitian pernah mengalami keluhan akibat pajanan tekanan panas tetapi dengan frekuensi yang berbeda-beda.

This study aims to determine heat stress and subjective complaints in PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas. Heat is one of the hazards that exist in the industry today. Heat stress that are not addressed properly will cause a variety of health problems commonly called heat-related disorders. Heat exposure to the worker's body will be responded by body through heat strain. Indoor WBGT index in the production area of PT Frisian Flag Indonesia showed values between 32.780C- 23.920C. After analysis, it was found that 50 respondents which is the subject of research, 24 respondents including groups at risk of heat stress. The entire study respondents have experienced complaints due to exposure to heat stress but with different frequencies."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56275
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tabita Majiah
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran keluhan subyektif akibat pajanan tekanan panas pada pekerja kebersihan PT X mitra kerja PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Suralaya (PT IP Suralaya) tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 22 orang. Data primer dikumpulkan dengan melakukan pengukuran iklim kerja, pengukuran berat badan dan tinggi badan serta penyebaran kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam keluhan dirasakan oleh >50% responden yaitu banyak mengeluarkan keringat (100%), merasa cepat haus (90,9%), kulit terasa panas (86,4%), lemas (63,6%), merasa cepat lelah (59,1%) dan merasa tidak nyaman dalam bekerja (59,1%) serta sebanyak 13 (59,1%) responden mengalami kejadian tekanan panas. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya pengendalian bagi PT IP Suralaya yaitu memperbaiki exhaust di Mezanine unit 5 dan 7, meningkatkan pengawasan secara berkala, melakukan komunikasi dan promosi bahaya tekanan panas serta melakukan pengukuran iklim kerja secara rutin. Sedangkan bagi PT X yaitu memastikan air minum selalu tersedia, menyediakan air minum bersuhu antara 10°C-15°C dan rotasi pekerja yang berusia ≥40 tahun serta saran bagi pekerja PT X yaitu mengganti konsumsi kopi sesaat sebelum memulai bekerja dengan konsumsi 2 gelas air mineral dan 1 gelas air mineral setiap 15-20 menit sekali ketika bekerja di tempat panas.

The objective of the study is to describe the overview of subjective complaints due to heat stress exposure felt by cleaning service of PT X partner of PT Indonesia Power Suralaya Generating Business Unit (PT IP Suralaya) in 2014. This study used a cross-sectional method which samples are 22 people. Primary data were collected by measuring work climate, measurement of sample's weight and height, as well as questionnaires. The study showed that six complaints that felt by >50% are sweating (100%), feeling thirsty gradually (90.9%), skin feels hot (86.4%), feeling tired (59.1%), and feel uncomfortable while working (59.1%) and 13 respondents (59.1 %) experience heat stress. Therefore, some controls that can be undertaken by PT IP Suralaya are fix the exhaust in Mezanine unit 5 and 7, increased periodic inspections, hazard communication programs and measurements of work climate. Other controls that can be undertaken by PT X are ensure the availability of drink water, provide drink water which temperature between 10°C-15°C, and rotating worker. Besides, the workers should avoid the consumption of coffee immediately before start working, as well as drink 2 glasses and a glass of mineral water every 15-20 minutes while working in hot areas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Sarah Andriyari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran keluhan subjektif akibat kejadian tekanan panas yang memajan pekerja di area penatu dan dapur Crowne Plaza Hotel Jakarta pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 105 orang. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 12 responden (11,4%) mengalami kejadian tekanan panas. Selain itu, hasil penelitian ini pun menunjukkan bahwa terdapat tujuh keluhan yang dirasakan oleh lebih dari 50% responden yaitu, cepat haus (93,3%), banyak berkeringat (91,4%), merasa cepat lelah (67,6%), jarang buang air kecil/air seni sedikit (65,7%), lemas (59,0%), tidak nyaman dalam bekerja (56,2%), dan pusing atau berkunang-kunang (50,5%). Berdasarkah hal tersebut, perlu dilakukan pengendalian baik dari segi teknis, administratif, maupun personal untuk meminimalisasi keluhan subjektif dan risiko kesehatan akibat tekanan panas.

ABSTRACT
This study aims to explain the overview of subjective complaints caused by heat stress exposure among workers in laundry and kitchen area of Crowne Plaza Hotel Jakarta in 2015. This study uses observational method with cross sectional study design. 105 workers from laundry and kitchen area becomes the respondents of this study. This study shows that 12 respondents (11,4%) experienced heat stress. Moreover, there are seven subjective complaints which are felt by more than 50% workers are feeling thirsty (93,3%), sweating (91,4%), feeling tired (67,6%), jarang infrequent urination (65,7%), feeling limp (59,0%), feeling uncomfortable while working (56,2%), dan headache (50,5%). Therefore, efforts such as technical and administrative control, personal control are needed to minimize the subjective complaints and adverse health effect of heat stress.
"
2015
S60747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>