Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Utami Hapsari
Abstrak :
Korosi adalah proses degradasi material akibat adanya reaksi kimia antara material dengan lingkungan. Setiap material memiliki bentuk dan perilaku korosi yang berbeda-beda. Hal tersebut tergantung dari lingkungan dan karakteristik material tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi tegangan dan waktu perendaman terhadap bentuk korosi yang dihasilkan, laju korosi dan kedalaman degradasi pada baja dari bijih besi laterit. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh ion Cl- di lingkungan terhadap laju korosi dan panjang retak pada baja dari bijih besi laterit. Baja Laterit (25x2.5x0.02 cm) diberikan tegangan dengan two point loaded. Baja tersebut direndam di dalam lingkungan air danau antara Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Budaya UI selama beberapa minggu. Hasil penelitian didapat melalui pengamatan visual, pengurangan berat material, pengamatan mikrostruktur, dan pengukuran dalamnya degradasi material. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengurangan berat akan meningkat dengan meningkatnya waktu perendaman dan kedalaman degradasi pada baja dari bijih besi laterit akan meningkat dengan meningkatnya aplikasi tegangan dan waktu perendaman. Pengurangan berat terendah sebesar 0.018 gr dengan aplikasi tegangan sebesar 314 MPa dan waktu perendaman selama 1 minggu. Pengurangan berat terbesar sebesar 0.146 gr dengan aplikasi tegangan sebesar 481 MPa dan waktu perendaman selama 4 minggu. Kedalaman degradasi terbesar berkisar 31 μm terjadi pada tegangan 712 MPa dengan waktu perendaman selama 4 minggu. Sedangkan kedalaman degradasi terkecil berkisar 5 μm terjadi pada tegangan 314 MPa dengan waktu perendaman selama 1 minggu. Laju Korosi pada baja dari bijih besi laterit mengalami peningkatan dengan meningkatnya kadar Cl- di lingkungan air danau. Laju korosi tertinggi berkisar 0.09 mm/yr terjadi pada lingkungan penambahan 300 ppm Cl- dan laju korosi terkecil berkisar 0.009 mm/yr pada lingkungan air danau. Pengamatan mikrostukur menunjukan bahwa bentuk korosi pada baja laterit terjadi secara intergranular.
Corrosion is the destructive attack of a metal by chemical or electrochemical reaction with its environment. Every material has difference form of corrosion. It depends on environment and characteristics of materials. The subject of this research is to investigate the effect of applied stress and immersion time to form of corrosion, corrosion rate and depth of corrosion of steel from laterite iron ore. This research also investigated the effect ion Cldissolved in solution to corrosion rate and crack length of steel from laterite iron ore. Laterite steel (25x2.5x0.02 cm) was applied stress with two point loaded and then was immersed in lake water environment for several weeks. The results are acquired with visual examination, weight loss material, microstructure examination, and depth of corrosion measurement. The result showed that weight loss increased with increasing immersion time. Depth of corrosion also increases with increasing applied stress and immersion time. The lowest weight loss was 0.018 gr with applied stress 314.905 MPa immersed for 1 week. The highest weight loss was 0.146 gr with applied stress 418.67 MPa immersed for 4 week. The lowest depth of corrosion was 5 μm with applied stress 314.905 MPa immersed for 1 week. The highest depth of corrosion was 31 μm with applied stress 712 MPa immersed for 4 week. Corrosion rate increased with increasing ion Cl- in solution. The lowest corrosion rate was 0.009 mm/yr where immersed in lake water environment. The highest corrosion rate was 0.09 mm/yr where immersed in solution with the addition of 300 ppm Cl-. Microscopic scale showed that the corrosion is intergranular.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41729
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwan Novarullah
Abstrak :
Korosi merupakan kerusakan atau berkurangnya mutu suatu material logam karena bereaksi dengan lingkungannya. Terdapat beberapa macam jenis korosi, seperti korosi seragam, korosi galvanik, korosi sumuran, dan korosi retak tegang. Pada penelitian ini dilakukan pengujian ketahanan korosi pada material baja sponge rotary kiln (SRK), yang tergolong baja karbon rendah. Pengujian ketahanan korosi ini dilakukan dengan menggunakan variabel tegangan aplikasi dan pH lingkungan. Material baja sponge rotary kiln diberi tegangan aplikasi yang berbeda, kemudian dicelup pada lingkungan asam (pH 3), netral (pH 7), dan basa (pH 12) selama 115 jam. Dari hasil pengujian ini kemudian dilakukan karakterisasi korosi yang terjadi dengan melakukan perhitungan pengurangan berat dan laju korosi, pengukuran diameter dan kedalaman korosi sumuran, serta pengamatan struktur mikro permukaan material dengan menggunakan mikroskop optik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar tegangan aplikasi yang diberikan, maka terjadi peningkatan pengurangan berat, laju korosi, diameter dan kedalaman korosi sumuran. Sementara bila pH lingkungan semakin rendah (asam), maka terjadi peningkatan terhadap pengurangan berat dan laju korosi, namun terjadi penurunan terhadap diameter dan kedalaman korosi sumuran.
Corrosion is the destructive result of chemical reaction between a metal or metal alloy and its environment. Corrosion can take many forms, such as uniform corrosion, galvanic corrosion, pitting corrosion, and stress corrosion cracking. In this research, corrosion testing conducted on Sponge Rotary Kiln (SRK) steel, which included in low carbon steel. The variables on this testing are applied stress and environment pH. Different applied stress were given to sponge rotary kiln steel, and then immersed it in acid (pH 3), neutral (pH 7), and basic (pH 12) environment for 115 hour. Measurement of corrosion characteristics includes weight loss, corrosion rate, diameter and depth of pitting, and also examination the microstructure of material surface using optical microscope. This research shows that increased applied stress could increase weight loss, corrosion rate, diameter and depth of pitting. While decrease acidity (pH) could increase weight loss and corrosion rate, but decrease the diameter and depth of pitting.
2008
S41694
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Indrafusa
Abstrak :
ABSTRAK
Kerentanan dan perilaku korosi retak tegang baja SAE 1086 dalam larutan simulasi tanah dengan pengaruh tegangan aplikasi diinvestigasi dengan menggunakan pengujian bent beam korosi retak tegang. Selain itu, pada pengujian ini akan dicari tahu mekanisme korosi retak tegang yang terjadi pada baja SAE 1086 dalam larutan simulasi tanah. Kerentanan korosi retak tegang ditentukan dengan menghitung densitas pit yang dihasilkan pada permukaan baja SAE 1086. Kehadiran pit pada permukaan baja SAE 1086 dapat bertindak sebagai tempat inisiasi retak. Sedangkan mekanisme korosi retak tegang diamati dengan polarisasi linear, polarisasi potensiodinamik (linear sweep voltammetry), dan perubahan sifat mekanis. Peningkatan tegangan aplikasi akan menghasilkan jumlah pit yang semakin banyak, dimana untuk tegangan aplikasi 55 % YS dihasilkan 40 pit/mm2, 60 % YS dihasilkan 179 pit/mm2, dan 65 % YS dihasilkan 413 pit/mm2. Jadi kerentanan korosi retak tegang baja SAE 1086 dalam larutan simulasi tanah akan meningkat seiring dengan semakin besar tegangan yang diaplikasikan. Baja SAE 1086 dalam larutan simulasi tanah akan mengalami korosi retak tegang dengan mekanisme pelarutan anodik.
Abstract
The stress corrosion cracking susceptibility and behavior of SAE 1086 steel in simulated soil solution under the effect of applied stress was investigated by bent beam stress corrosion test. Furthermore, in this paper would be found out the mechanism of stress corrosion cracking SAE 1086 steel in simulated soil solution. Stress corrosion cracking susceptibility was determined by calculate the density of pits on the surface of SAE 1086 steel. The presence of pits on the surface of SAE 1086 steel can act as crack initiation sites. While the mechanism of stress corrosion cracking was observed by linear polarization, potentiodynamic polarization (linear sweep voltammetry), and changes in mechanical properties. Increasing applied stress will increase amount of pit produced, where at applied stress 55 %, 60 %, and 65 % referred to YS (yield strength) would be produced 40 pits/mm2, 179 pits/mm2, and 413 pits/mm2 sequentially. So, the stress corrosion cracking susceptibility of SAE 1086 steel in simulated soil solution will increase with greater applied stress. In simulated soil solution, SAE 1086 steel will encountered stress corrosion cracking by anodic dissolution mechanism.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43569
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library