Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2005
616.995 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2000
616.995 IND pe
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T58525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cucu Irawan
Abstrak :
Penyakit Tuberkulosis paru mempakan penyakit rnenular yang menjadi masalah kesehatan di dunia karena Mycobacterieum Tuberculosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.Pa1da tahun 1993 WHO mencanangkan kcdaruratan Global penyakit Tuberkulosis, Balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap berbagai penyakit infeksi salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah Tuberkulosis Paru karena angka kcsakitan penyakit tersebut pada balita di Kota Bandung cukup tinggi yaitu 205 penderita dari 2374 penderita kasus di Kota Bandung. Panelitian ini bertujun untuk mengctahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah dan karakterislik balita dcngan kejadian Tuberkulosis Paru pada balita di Kota bandung tahun 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 176 balita yang tcrdiri dari 88 balita Tuberkulosis Paru dengan gambaran klinis dan rdntgen (+) sebagai kasus dan 88 balita Tuberkulosis Paru dengan gambaran klinis dan rontgen Negatifsebagai kontrol. Data penelitian terdiri dari data primer yang diperoleh dengan wawancara dan pengukuran dan data sekunder dengan cara observasi dokumen. Hasil uji Chi-Square mcnunjukan bahwa teldapat beberapa variabei yang berhubungan bcrmakna secara statistik dengan kejadian Tuberkuiosis Paru pada balita yaitu status gizi, kontak penderita, pengetahuan, penghasilan, kebiasaan merokok, ventilasi, kepadatan hunian dan pencahayaan. Sedangkan berdasarkan hasil analisis regresi logisrjk diketahui bahwa variabel ventilasi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada balita di Kota Bandung Tahun 2007 (95CI:26,l26 dan 0R=26,l26). Dari hasil pemodelan variabel penelitian diketahui pula bahwa balita dengan status gizi bl.l.!1.lk, adanya kontak penderita, ventilasi yang tidak mcmenuhi syarat, kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat, dan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat mcmpunyai probabilitas terkena Tuberkulosis Paru sebesar 94% dibandingkan dengan balita yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut. Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah Penyuluhan tcntang rumah sehat clan hygienisl untuk mencegah penularan Tuberkulosis Pam perlu ditingkatkan kepada masyarakat terutama anggota keluarganya yang positif menderita Taberkulosis Paru, dengan melibatkan tokoh masyamkat, serta lintas sektor lainnya. ......TB lungs disease is contagious disease that becomes world health problem because Mycobacterium Tuberculosis has infected one-third world population. In 1993 WHO declared Global emergency of TBC disease. Baby is the most susceptible age group toward various infection diseases. One ofthe most suspicious diseases is TBC Lungs because of quite high disease rate on baby in Bandung City that is 205 patients from 2374 cases of patients in Bandung Regency. This research is aim to recognize relation of house physical environment factor and baby characteristic with TB lungs cases on baby in Bandung Regency year 2007. Research design is using case control design with total sample of 176 babies consist of 88 babies TB lungs with clinical description and x-ray (+) as cases and x-ray (-) as control. Research design consist of primary data that obtained by interview and assessment and secondary data by document observation. Data obtained analyzed with Chi-Square and logistic regression analysis to recognize relation between risk factor and TB lungs cases on babies. Chi-Square test result shows that there are variables significantly* related statistically with Tuberculosis lungs cases on babies that nutrition status, patient contact, knowledge, eaming, smoking habit, ventilation, residence density and lightning. While based on result of logistic regression analysis obtained that ventilation variable is the most dominant variable related with TB lungs cases on babies in Bandung Regency year 2007 (95 CI:26.l26 and 0R=26.l26). From result of research variable model recognized that babies with bad nutrition status, presented patient contact, disqualified ventilation, disqualified residence density and disqualified lightning has probability of infected TB lungs as much as 94% compared to babies with no factors mentioned above. Suggestion based on research result is Counseling toward healthy and hygiene housing to prevent TB lungs infection. It need improved to public especially family members that positively infected TB lungs, by involving public figure and other cross sector.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis (Mtb). Sejak tahun 1993, WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa penyakit Tuberkulosis (TBC) merupakan kedaruratan global. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. Model matematis kontrol epidemik TBC dengan Exogenous Reinfection sebagai permasalahan kontrol optimal yang diselesaikan dengan mentransformasikan ke dalam bentuk permasalahan pemrograman tak linear (nonlinier programming). Kontrol dalam penelitian ini adalah pengontrolan yang ditujukan untuk menekan terjadinya Exogenous Reinfection, bertujuan untuk meminimalkan jumlah individu TBC aktif (infectious ) melalui penerapan kontrol optimal. Simulasi pada tesis ini ditinjau dari dua keadaan R0 (Basic Reproduction Ratio) , dengan R0 > 1 untuk kasus terjadinya endemik dan R0 < 1 untuk kasus tidak terjadinya endemik.
ABSTRACT Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis (Mtb) . In 1993, World Health Organization (WHO) declared Tuberculosis (TB) is a global emergency. Indonesia now is ranked fifth highest TB burden countries in the word. The mathematical epidemic model of TB control with Exogeneous Reinfectionthe as the optimal control problem is solved by transforming the problem into form nonlinier programming. Control of the research is aimed at controlling the pressure of Exogenous Reinfection, aiming to minimize the number of individuals with active TB through the application of optimal control. Simulation in this thesis are in terms of two states R0 (Basic Reproduction Ratio), with R0 > 1 for case accurrence of endemic and R0 < 1 for case no accurrence of endemic.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31681
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rojali
Abstrak :
Pengobatan yang tidak tuntas menyebabkah penyakit tidak akan sembuh, Masalah putus berohar tubedrulosis adalah suatu yang universal, pengobatan tuberkulosis relatif panjang, jika dibandingkan dengan penyakit infeksi lain. Penderila tubedrulosis bila tidak diobati dengan baik akan menyebabkan terjadinya kekebalan pada kesehatan dan dapat menularkan penyak.it pada orang lain. Desain penelilian: Desain penelitian Kohort Retprospektif. Sampel sebanyak 652 orang pasien tuberkolosis yang Ielah menyelesaikan pengobatan tahun 2005 sd. 2006 di wilayah Suku Dinas Kesebatan Masyarakat Kota Jakarta timur. Sampel yang didapatkan 652 ornng dengan menggunakan random sampling yeng didapat dari kelompek tipe penderita baik penderita hero maupun penderita lama. Hasil dan Diskusi: Ditemukan penderita tuberkulosis yang pernah berobat selama tahun 2005-2006 sebesar 24 orang (3,1!6%). Probabilitas kesehatan berobat pasien tuberkolosis adalah sebesar 99,69"/o (hari ke II), 99,38% {hari ke 60), 97,01 {hari ke 90), 96,19% {hari ke 190) dan 96,19% (hari ke 249). Pada analisis Cox regression PMO dan Yankes metupalam varibel indepent pada penderita tuberlrulosis yang PMO bemsal dari non keluarga memiliki resiko pntus berobat 11,75 kali lebih besar dibandingken pasien tubekolosis yang PMOnya hemsa1 dari keluarga (HR :ll,754 95% CI:3,'177-34,737). Demikian juga pasien tuberkulosis pada Runtah Sakit memHiki resiko putus herobat 2,4 kali lebih tinggi dihandingkan pasien tuberkolosis yang di Puskesmas (2,369 95% Cl : 1,011-5,547). Kesimpulan dan saran: Faktor-fuktor yang berpengaruh terhadap survival kelanjutan berobat penderita tuberkulosis adalah Pengawas Minum Obat (PMO) dan Yankes dengan keseluruhan probabilitas survival kelanjutan berobat penderita tuberkulusis adalah 99,38% {hari ke 60 bari}, 97,01% (bari ke 90) dangan median probabilltas kesintasan oads hari ke 191· hari. ......Treatment for T8 patients who are not complete will affect the disease will not recover.TB treatment not come to compliance is a universal and this condition base on TB drugs intake is needed few months (6 - 9 months), when to be comprised by other infectious diseases. The happening of impenetrability at germ (germ resistance) and can be contagious of disease at others, and it was affected by TB patients were not received a good case management including drugs management. Research Design: Designing of research was Retrospective cohort Sampling was amounting 652 TB patients who have been done on treatment compliance by the year 2005 10 2006 at East Jakarta Health Region of Health Community of Sub Services. Number of sampling 652 people by using sampling random that getting from new case detection (new TB patients), and also old case detection (old TB patients). Result and Discussion: Found by patient of tuberculosis broken medicines during year 2005-2006 equal to 24 people (3,86%). Probability survival of continuation medicines patient of tuberculosis is equal10 99,69% (day to 11), 97,38% (day10 60), 97,01(day 10 90),96,19% ( day10 190) and 96,19% (day 10 249). At analysis of Cox PMO regression and of health services represent indepent variable at patient of tuberculosis which is PMO come from non family have broken risk medicines 11,75 bigger limes compared 10 patient of tuberculosis which its this come from family (HR:11,754 95% Cl: 3,977-34,737). And so do 10 patient of tuberculosis at Hospital have broken risk medicines 2,4 higher times compared to patient of tuberculosis which in Health Center (2,369 95% Cl: 1,011-5,547). Conclusion and Suggestions: Factors having an effect on to survival of continuation treatment of tuberculosis patients was supervisor of drugs intake (PMO) and Health Services with overall of probability survival of continuation treatment of tuberculosis patients was 99,38% (day to 60 day), 97,01% (day to 90) with probability median survival on 191 days after drugs intake. It will be suggersted that should be taken step for increasing quality of Health Services in strategy of DOTS which are: diagnoses, counceling (health education) to the TB patients and Supervisor of Drugs Intake (PMO).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21051
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azril Kimin
Abstrak :
ABSTRAK
Respons setiap Penderita TBC terhadap Isoniazid berbeda satu dengan yang lain Pada sebagian penderita proses metabolisme obat ini berlangsung cepat, dan pada sebagian penderita lama berlangsung lambat, perbedaan respons ini terutama disebabkan faktor keturunan. Perbedaan kecepatan metabolisme terhadap bangsa Indonesia telah diselidiki beberapa tahun lalu (1976) dibagian Farmakologi FKUI. Penelitian yang menggunakan urin individu-individu sebagai simple memperlihatkan adanya perbedaan proforsi fenotip aselitator pada suku Jawa, Sunda dan Minang. Penelitian ini dilakukan untuk melihatkan apakah perbedaan itu benar, dengan mengambil keluarga-keluarga sebagai objek penelitian, 15 keluarga dari masing-masing suku yang masih murni garis keturunannya ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini menunjukan, tidak ada perbedaan hasil yang signifikan dengan hasil percobaan terdahulu.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1980
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsha Nur Alfaiza
Abstrak :
TBC masih merupakan masalah kesehatan dunia, bahkan Indonesia. Pemerintah telah menerapkan program DOTS untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TBC, namun angka tersebut masih belum mencapai target. Selama pandemi Covid-19, program DOTS tetap diselenggarakan dengan adanya penyesuaian pengelolaan input dan process. Tujuan dari penelitian ini yakni mengetahui gambaran pelaksanaan program DOTS selama pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Depok Jaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Teknik pengumpulan data wawancara mendalam kepada informan utama, yakni Penanggung Jawab Program DOTS, Dokter Penanggung Jawab Program DOTS, Ketua Kader dan PMO, sedangkan informan pendukung, yakni Pasien TBC. Peneliti mengambil data secara daring melalui Zoom Meeting. Hasil penelitian bahwa pelaksanaan program DOTS di tengah pandemi Covid-19 dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan, diantaranya wajib memakai masker dua rangkap dan mencuci tangan pakai sabun. Sumber daya PMO dan petugas puskesmas yang berdedikasi memiliki peran penting dalam upaya penyembuhan pasien TBC. Selain itu, ketersediaan anggaran, sarana, dan prasarana yang cukup dapat menunjang keberlangsungan program agar efektif. Kegiatan utama yang masih rutin diadakan yakni pengobatan TBC melalui pemberian Obat Anti Tuberkulosis yang tidak pernah kurang. Terdapat beberapa kendala dalam program DOTS, antara lain jumlah sumber daya kader kesehatan yang sedikit, kurang tersedianya Tes Cepat Molekuler, dan kurang mendukungnya ruangan pasien TBC. Beberapa kegiatan utama di Puskesmas selama pandemi mengalami penurunan jumlah kegiatan, diantaranya investigasi kontak, skrining, penyuluhan, serta pelatihan. Selain itu terdapat beberapa masalah di pelaksanaan program DOTS yang terjadi selama pandemi Covid-19, yaitu masyarakat yang cenderung individualis, kurang terbuka, dan memiliki mobilitas yang tinggi, sehingga petugas puskesmas dan kader kesehatan seringkali kesulitan dalam melakukan pemantauan terkait dengan investigasi kontak dan pengobatan pasien TBC. Dampaknya, cakupan pengobatan TBC tidak mencapai target, yakni sebesar 71,87% berdasarkan Renstra Puskesmas Depok Jaya Tahun 2021—2026. Hasil penelitian menyarankan untuk Puskesmas dapat memberikan pelatihan kepada kader kesehatan terkait dengan penyikapan investigasi kontak dan edukasi penyakit TBC yang baik kepada masyarakat disesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19, memberikan pelatihan kepada PMO terkait memotivasi pasien TBC dalam minum obat secara teratur dan pemeriksaan cek dahak secara rutin, serta perlu melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung terkait kebutuhan program DOTS. ......TB is still a global health problem, even in Indonesia. The government has implemented the DOTS program to reduce morbidity and mortality due to tuberculosis, but this figure has not yet reached the target. During the Covid-19 pandemic, the DOTS program will continue to be held with adjustments to input and process management. The purpose of this study is to describe the implementation of the DOTS program during the Covid-19 pandemic in the Depok Jaya Health Center work area. This research uses a qualitative approach with a case study design. Data collection technique is in-depth interview with the main informants are the person in charge of the DOTS Program, the doctor in charge of the DOTS Program, the head of the cadre, and the medical supervisors, while the supporting informants are the TB patients. Researchers took data online through Zoom Meeting. The results showed that the DOTS program in the mindst of the Covid-19 pandemic was carried out by implementing health protocols, including the obligation to wear two masks and wash hands with soap. Medication supervisor and health center officer resources have an important role in efforts to cure TB patients. In addition, the availability of sufficient budget, facilities, and infrastructure can support the sustainability of the program to be effective. The main activity that is still routinely held is TB treatment through the provision of Anti Tuberculosis Drugs which is never lacking. There are several obstacles in the DOTS program, including the small number of health cadre resources, the lack of availability of Molecular Rapid Tests, and the lack of support for TBC patient rooms. Several main activities at the Health Center during the pandemic experienced a decrease in the number of activities, including contact investigation, screening, counselling, and training. In addition, there are several problems in the implementation of the DOTS program that occurred during the Covid-19 pandemic. People who tend to be individualistic, less open, and have high mobility, so that health center officers and health cadres often find it difficult to carry out monitoring related to contact investigations and patient treatment. As a result, TB treatment coverage did not reach the target, which is 71,87% based on the Depok Jaya Health Center Strategic Plan 2021—2026. The results of the study suggest that the Puskesmas can provide training to health cadres related to the attitude of contact investigations and TB education to the communities adapted to the Covid-19 pandemic conditions, provide training to medication supervisors related to motivating TB patients to take medication regularly and check sputum regularly, and complete supporting facilities and infrastructure related to the needs of the DOTS program.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depkes, 2006
362.196 995 IND k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>