Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rafi Tauchid Nugroho
"Hidroksiapatit adalah material yang banyak digunakan untuk aplikasi implan tulang, karena mempunyai komposisi kimia yang sama dengan tulang manusia. Biphasic Calcium Phosphate (BCP) adalah campuran dari non-resorbable Hidroksiapatit (HA) dan resorbable β-Tricalcium Phosphate (β-TCP). Doping ion magnesium ke dalam HA/β-TCP akan membawa perbaikan pada reaksi biologis. Pada penelitian ini sintesis Mg-HA diiradisi dengan gelombang mikro menggunakan daya 720 watt selama 10 menit, dengan variasi substitusi Mg(OH)2 0.1M, 0.2M, dan 0.3M. Serbuk Mg-HA yang terbentuk disinter pada suhu 1300˚ C selama 3 jam untuk membentuk fasa biphasik Mg-HA/β-tricalcium phosphate kemudia dikarakterisasi dengan XRD. Sintesis nano-komposit Mg-HA/Alginat dilakukan dengan mencampurkan serbuk hasil sintering dengan alginat dan CaCl2 sebagai agen taut silang (cross linker agent). Larutan campuran diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 3 jam kemudian dibiarkan selama 24 jam agar pencampuran sempurna. Metode karakterisasi komposit Mg-HA/β-TCP/Alginat menggunakan FTIR dan SEM-EDX. Hasil XRD menunjukan subtitusi Mg mereduksi ukuran kristal, parameter kisi dan indeks kristalinitas. Perlakuan thermal hingga suhu 1300 ˚ C pada HA membentuk dua fasa yaitu HA dan β-TCP. SEM-EDX menunjukan bahwa partikel yang terdapat pada komposit Mg-HA/β-TCP/Alginat berukuran tidak sama mempengaruhi grain growth.

Hydroxyapatite is a material that is widely used for bone implant applications because it has the same chemical composition as human bone. Biphasic Tricalcium Phosphate (BCP) is a mixture of non-resorbable hydroxyapatite (HA) and resorbable β-Tricalcium Phosphate (β-TCP). Doping of magnesium ion into HA/β-TCP will bring about improvement in biological reactions. In this study, the synthesis of Mg-HA was irradiated with microwaves using 720 watts of power for 10 minutes, with variations of 0.1M, 0.2M, and 0.3M Mg (OH)2 substitution. The Mg-HA powder formed was sintered at 1300˚C for 3 hours to form a biphasic phase of Mg-HA/β-tricalcium phosphate which was then characterized by XRD. The synthesis of Mg-HA/Alginate nano-composites was carried out by mixing the sintered powder with alginate and CaCl2 as a cross-linker agent. The mixed solution was stirred using a magnetic stirrer for 3 hours then left for 24 hours for complete mixing. The characterization method for Mg-HA / β-TCP / Alginate composites used FTIR and SEM-EDX. XRD results showed that Mg substitution reduced crystal size, lattice parameters, and crystallinity index. Thermal treatment up to a temperature of 1300 ˚ C on HA forms two phases, namely HA and β-TCP. SEM-EDX showed that the particles contained in the Mg-HA/β-TCP/Alginate composite had different sizes affecting grain growth."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Aprilia
"Stomatitis aphthous rekuren (SAR) adalah lesi yang umum terjadi pada mukosa mulut yang ditandai dengan gejala inflamasi dan ulkus berwarna putih kekuningan dengan bentuk bulat atau oval. Banyak obat antiseptik, anestesi lokal, dan kortikosteroid telah digunakan sebagai terapi SAR. Namun, penggunaan yang berulang dapat menyebabkan efek samping dan resistensi obat. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kurkumin dan brazilin memiliki efek sebagai antiinflamasi dan antioksidan, tetapi belum ada penelitian terkait kombinasi keduanya sebagai terapi SAR. Film hidrogel dirancang sebagai pembalut untuk memisahkan lesi mukosa dari lingkungan mulut, sehingga dapat meningkatkan efektivitas terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan film hidrogel berbasis alginate-kitosan dengan zat aktif kurkumin dan ekstrak kayu secang untuk SAR. Film hidrogel dibuat menjadi 3 formulasi, dengan perbedaan konsentrasi CaCl2 0,3%(F1); 0,4%(F2); dan 0,5%(F3). Film yang dihasilkan dievaluasi pH permukaan, ketahanan pelipatan, kekuatan tarik, indeks mengembang, profil pelepasan obat, kekuatan dan durasi mukoadhesif. Film memiliki ketebalan 0,01 mm, dengan pH permukaan berada pada rentang 6,9. Indeks mengembang film F1 merupakan yang tertinggi. Kekuatan mukoadhesif film berada pada rentang 4,72 N/cm2 (F3) hingga 4,88 N/cm2 (F1) serta memiliki waktu mukoadhesif tertinggi 11 menit (F1). Pelepasan kurkumin dari film antara 67-70% dan brazilin mencapai 100% selama 2 jam. Film F1 dengan konsentrasi CaCl2 0,3% menunjukkan karakteristik fisik yang paling baik

Recurrent aphthous stomatitis (RAS) is a common lesion of the oral mucosa characterized by inflammatory symptoms and yellowish-white ulcers with a round or oval shape. Many antiseptic drugs, local anaesthetics, and corticosteroids have been used as RAS therapies. However, repeated use can cause side effects and drug resistance. In previous studies, curcumin and brazilin exhibit anti-inflammatory and antioxidant action, but there have been no study regarding the combination of them as RAS therapies. The hydrogel film is designed as a dressing to separate the mucosal lesions from the oral environment, thereby increasing the effectiveness of therapy. The purpose of this study is to develop an alginate-chitosan-based hydrogel film with the active substances curcumin and sampan wood extract for RAS. The hydrogel film was made into 3 formulations, with different concentrations of CaCl2 0.3%(F1); 0.4%(F2); and 0.5%(F3). The resulting film was evaluated for folding resistance, tensile strength, swelling index, drug release profile, mucoadhesive strength and duration. The film had a thickness of 0.01 mm, with a surface pH in the range of 6.9. The F1 film swelling index was the highest. The mucoadhesive strength of the film was in the range of 4.72 N/cm2 (F3) to 4.88 N/cm2 (F1) and had the highest mucoadhesive time of 11 minutes (F1). The release of curcumin from the film was between 67-70% and brazilin reached 100% for 2 hours. F1 film with 0,3% CaCl2 concentration exhibited the best physical characteristics"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Adlina Panca Putri
"α-Mangostin adalah senyawa dari ekstrak kulit manggis yang terbukti mampu menjadi zat bioaktif dalam metode pelepasan terkendali untuk pengobatan kanker usus. Preparasi mikrosfer kitosan dalam pelepasan terkendali berpengaruh untuk menghasilkan mikrosfer obat yang mampu memberikan hasil rilis terkendali senyawa bioaktif terbaik pada sistem pencernaan. Metode preparasi dengan agen penaut silang tripolifosfat (TPP) dibuat dengan variasi perbandingan kitosan dan alginat 1:0,1; 1:0,25; 1:0,5; 1:0,75. Metode gelasi ionotropik dengan alginat dilakukan untuk mencegah peluruhan mikrosfer kitosan pada lambung. Uji rilis α-Mangostin menggunakan kitosan dengan berat molekul rendah (LMWCS), sedang (MMWCS) dan tinggi (HMWCS). Pelepasan terkendali di uji secara in vitro di sistem pencernaan dengan metode seri untuk menjerat obat. Hasil mikrosfer kitosan-alginat dievaluasi berdasarkan kandungan senyawa bioaktif dalam kitosan, efisiensi penjerapan α-Mangostin, serta profil rilis senyawa α-mangostin. Mikrosfer kitosan-alginat dengan menggunakan kitosan BM sedang dan tinggi memiliki rilis yang rendah pada semua kondisi variasi alginat. Kondisi profil rilis terbaik didapatkan dari mikrosfer kitosan alginat yang menggunakan kitosan BM rendah dengan kondisi optimum pada mikrosfer kitosan alginat dengan perbandingan 1:0,1.
α-Mangostin proven as bioactive of controlled release for colon cancer treatment. Preparation of microspheres of chitosan in controlled release can produce good release in digestive system. Preparation of microsfer using tripolyphosphate (TPP) as cross linking agent with a variation ratio of chitosan and alginate 1: 0.1; 1: 0.25; 1: 0.5;and 1: 0.75 . In Vitro tests in series method has used to entrape the drug. The microsphere preparation use ionotropic gelation method to prevent α-Mangostin release in the stomach. α-Mangostin release testing using a low molecular weight chitosan (LMWCS), medium (MMWCS) and high (HMWCS). The results of chitosan-alginate microsphere evaluated based on the content of bioactive compounds in chitosan, the efficiency entrapment of α-Mangostin,and profile release of α-mangostin. Chitosan-alginate matric which using MW medium and high chitosan show a slow release on all variations of alginate ratio. The best conditions of release profiles obtained from chitosan alginate microspheres using low MW of chitosan with optimum conditions on chitosan alginate microspheres with a ratio of 1: 0,1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Liya Haryuni
"Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat polikationik sehingga dapat berinteraksi dengan bahan lain yang bermuatan negatif. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai penaut silang untuk kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi kitosan-tripolifosfat (KTPP) yang akan digunakan sebagai basis gel dalam sediaan topikal serta mengevaluasi sediaan gel yang dihasilkan. Larutan kitosan 3% b/v dan natrium tripolifosfat 0,145% b/v dicampur dengan perbandingan 5:1. Karakteristik KTPP ditunjukkan dengan indeks mengembang, kekuatan gel, dan viskositas.
Hasil dari sintesis KTPP menunjukkan kemampuan mengembang dalam aquadest sebesar 100% selama 8 jam. Kekuatan gel dari polimer yang disintesis bernilai 10,89 g/cm2 pada konsentrasi 3,5% dan memiliki viskositas rata-rata sebesar 16050,70 cps. KTPP kemudian diformulasikan dalam sediaan gel dengan atau tanpa penambahan HPMC.
Pada penelitian ini, kofein digunakan sebagai model obat. Gel yang dihasilkan berupa warna kuning namun tidak homogen. Daya penetrasinya diuji secara in vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus. Berdasarkan uji penetrasi diperoleh bahwa formula dengan kombinasi KTPP 3% dan HPMC 0,25% dengan adanya menthol 0,25% memiliki nilai fluks -1 tertinggi dengan nilai 381,62 ± 0,05 µg cm-2 jam -1.

Chitosan, a natural cationic polymer, can interact with negatively charged materials. In this research, sodium tripolyphosphate was used as anionic substance that interact ionically crosslink with chitosan. The aim of this research was to synthesize and characterize chitosan-tripolyphosphate (ChTPP) which would be used as a gel base in topical dosage form. The solutions of chitosan 3% w/v and sodium tripolyphosphate 0.145% w/v were mixed in ratio 5:1.
Characteristics of ChTPP were indicated by swelling index, gel strength and viscosity. ChTPP showed swelling index up to 100% in distilled water within 8 hours. Gel strength and viscosity from ChTPP were 10.89 g/cm2 and 16050.71 cps, respectively. the obtained ChTPP was then formulated in to a gel dosage form with or without the addition of HPMC.
In this study, caffeine was used as a model drug. Gel had yellow colour but not homogeneous. In vitro penetration study was determined with Franz diffusion cell using rat abdominal membrane. The penetration study revealed that the formula with combination of ChTPP 3% and HPMC 0.25% with the addition of menthol 0.25% had the highest flux value which was 381.62 ± 0.05 µ g cm -2 jam-1.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S937
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Lioner
"Hidrogel adalah pembalut luka modern yang dapat menangani eksudat luka sekaligus mempertahankan kelembaban yang optimal. Hidrogel yang hanya mengandung satu polimer memiliki kekuatan mekanik, elastisitas, dan stabilitas yang rendah. Oleh sebab itu, penggabungan dua jenis polimer dalam pembuatan hidrogel banyak diterapkan dalam aplikasi biomedik saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengarakterisasi dan membandingkan hidrogel yang dibentuk dari polimer kitosan dan gelatin yang ditaut silang menggunakan glutaraldehid dan genipin untuk pembalut luka. Kedua hidrogel dibuat menggunakan metode yang sama yaitu menggunakan agen penaut silang kimia. Morfologi, identifikasi gugus fungsi, pola difraksi sinar-X, stabilitas termal, sifat mekanik, kemampuan mengembang, dan evaporasi air dari hidrogel diuji. Hasil karakterisasi dari kedua hidrogel serupa karena glutaraldehid dan genipin memiliki mekanisme taut silang yang serupa terhadap polimer kitosan dan gelatin. Kemampuan mengembang metode taut silang glutaraldehid (63,07%) lebih tinggi daripada genipin (58,25%). Hasil uji sifat mekanik metode taut silang glutaraldehid lebih rendah yaitu 0,0061 MPa (mengembang) dan 0,0517 MPa (kering) dibandingkan genipin yaitu 0,0087 MPa (mengembang) dan 0,1187 MPa (kering). Laju evaporasi air metode taut silang glutaraldehid lebih tinggi (27,21%) daripada genipin (24,85%). Berdasarkan hasil karakterisasi dan evaluasi, hidrogel yang ditaut silang dengan genipin dapat menggantikan hidrogel ditaut silang glutaraldehid sebagai pembalut luka.

Hydrogels are modern wound dressings which have the ability to absorb wound exudates while providing an optimum moist environment for the wound. Hydrogels made up of just one polymer have poor mechanical properties, low elasticity, and thermal instability. Therefore, two or more different types of polymers were usually used in the fabrication of hydrogels for applications in biomedical areas. The purpose of this study is to prepare chitosan/gelatin hydrogels crosslinked with glutaraldehyde and genipin as well as to characterize and study their properties as a wound dressing. Both hydrogels were fabricated by chemical crosslinking using a crosslinker. Morphology, FT-IR analysis, X-ray diffraction, thermal stability, mechanical properties, swelling capability, and water evaporation were tested. Characterization of both hydrogels showed similar results because they have similar crosslinking mechanisms when added to chitosan and gelatin. Glutaraldehyde-crosslinked hydrogel has higher swelling capability (63.07%) than genipin (58.25%). Glutaraldehyde-crosslinked hydrogel has lower tensile strength which are 0.0061 MPa (swelling) and 0.0517 MPa (dried) than genipin which are 0.0087 MPa (swelling) and 0.1187 MPa (dried). Glutaraldehyde- crosslinked hydrogel has higher water evaporation rate (27.21%) than genipin (24.85%). Based on overall characteristics and evaluation, genipin-crosslinked hydrogel can be used to replace glutaraldehyde-crosslinked hydrogel as a wound dressing."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Astriyani
"ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat kationik, sehingga kitosan dapat berinteraksi dengan gugus anionik membentuk ikatan taut silang ionik. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai agen penaut silang yang berinteraksi secara ionik dengan kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah preparasi kitosan-tripolifosfat yang akan digunakan sebagai eksipien dalam sediaan tablet enterik. Larutan kitosan 3% (v/v) dan natrium tripolifosfat 0,145% (b/v) direaksikan dengan perbandingan 5:1. Selanjutnya kitosan-tripolifosfat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan tablet enterik dengan natrium diklofenak sebagai model obat. Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa kitosantripolifosfat dengan derajat substitusi 0,587% P kurang mampu menunda pelepasan natrium diklofenak selama dua jam dalam suasana asam, namun kitosan-tripolifosfat menunjukkan kemampuan yang baik dalam melepaskan zat aktif selama 45 menit dalam suasana basa. Tablet yang mengandung kitosantripolifosfat sebanyak 25%, 37,5%, dan 50% berturut-turut melepaskan obat sebesar 64,29%, 50,40%, dan 36,97% selama dua jam dalam suasana asam, sedangkan tablet dengan kombinasi kitosan-tripolifosfat dan hidroksipropil metilselulosa ftalat (HPMCP) dengan perbandingan 20% : 5% dan 16,65% : 8,35% melepaskan obat sebesar 19,54% dan 8,9% selama dua jam dalam suasana asam. Kombinasi kitosan-tripolifosfat dengan HPMCP dapat membantu menahan pelepasan natrium diklofenak dalam medium asam sehingga memenuhi persyaratan sebagai tablet enterik.

ABSTRACT
Chitosan is a natural cationic polymer, so that it can interact with anionic site in order to form ionic crosslink reaction. In this research, sodium tripolyphosphate was used as crosslinker that interact ionically with chitosan. The aim of this research was to synthesize chitosan-tripolyphosphate which would be used as excipient in enteric tablet dosage form. Solutions of chitosan 3% (v/v) and sodium tripolyphosphate 0.145% (w/v) were mixed in ratio 5:1. Chitosantripolyphosphate was then used as excipient in enteric tablet with diclofenac sodium as drug model. Results of dissolution study showed that chitosantripoliphosphate with degree of substitution 0.587% P could not retard the release of sodium diclofenac for two hours in acid medium, but chitosan-tripolyphosphate showed good capability in release sodium diclofenac for 45 minutes in base medium. Tablet that only contains chitosan-tripolyphosphate 25%, 37.5%, 50% released the drug 64.29%, 50.40%, and 36.97% for two hours in acid medium, while tablet that contain combination of chitosan-tripolyphosphate and HPMCP with ratio 5% : 20% and 16.7% : 33.3% release the drug 19.54% and 8.9% for two hours in acid medium. Chitosan-tripolyphosphate in combination with HPMCP could help retard the released of diclofenac sodium in acid medium, so it completed the requirement as enteric tablet."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S657
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library