Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sapto Nugroho
Abstrak :
Perubahan lingkungan eksternal dan internal dengan cepat memerlukan respon penyelarasan dari dalam organisasi. Tingkat respon sejalan tingkat kinerja organisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah manajemen pengetahuan. Berdasarkan permasalahan tersebut tujuan penelitian adalah menentukan dan menjelaskan faktor dominan variabel manajemen pengetahuan dan kinerja serta menjelaskan tingkat hubungan yang terjadi di antara keduanya. Hasil penelitian untuk menentukan tangkah rekayasa strategi penerapan manajemen pengetahuan untuk mencapai kinerja yang maksimal. Kerangka teori yang digunakan untuk manajemen pengetahuan adalah teori manajemen pengetahuannya Nonaka dan Takeuchi. Sedangkan variabel kinerja menggunakan variabel kinerjanya Rummler dan Balanced Scorecardnya Kaplan. Metoda penelitian adalah studi kasus. Instrumen penelitian menggunakan Skala liken. Sampel yang digunakan adalah para staf dan pejabat dengan teknik stratified random sampling. Data persepsi staf dan pejabat atas kedua variabel tersebut diambil melalui kuesioner. Analisis atas model yang dihipotesiskan menggunakan metoda Maximum Likelihood dan Confirmatory Modelling Strategy dalam Structural Equation Modelling (SEM}. Analisis model menggunakan program Linear Structural Relation (LISREL) 850. Kesimpulan penelitian ini adalah sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi sebagai faktor dominan pada sub variabel transformasi pengetahuan. Field budding, dialogue, linking dan learning by doing sebagai faktor dominan pada sub variabel spiral pengetahuan. Originating ba, dialoging ba, systemizing ba dan exercising ba sebagai faktor dominan pada sub variabel laten ba. Faktor dominan telah dilaksanakan pada dimensi epistemologi dan ontologi. Faktor dominan tersebut telah dilaksanakan dan berperan terhadap penerapan manajemen pengetahuan. Tingkat pencapaian manajemen pengetahuan sedang. Faktor dominan kinerja adalah pertama, tujuan kinerja tingkat organisasi, rancangan kinerja tingkat organisasi dan manajemen kinerja tingkat organisasi sebagai faktor sub variabel kinerja tingkat organisasi. Kedua, tujuan kinerja tingkat proses, rancangan kinerja tingkat proses dan manajemen kinerja tingkat proses sebagai faktor sub variabel kinerja tingkat proses. Ketiga tujuan kinerja tingkat tugas, rancangan kinerja tingkat tugas dan manajemen kinerja lingkat tugas sebagai faktor dominan kinerja tingkat tugas. Faktor dominan kinerja berpengaruh terhadap tingkat pencapaian kinerja. Tingkat pencapaian kinerja tinggi. Sebagian besar faktor manajemen pengetahuan berpengaruh positif dan kuat terhadap kinerja. Strategi penerapan manajemen pengetahuan untuk pencapaian kinerja adalah pertama, melanjutkan dan mengembangkan manajemen pengetahuan. Kedua, mengembangkan proses dan mengarahkan pelaksanaan ba sehingga dapat dengan nyata menunjang transformasi dan spiral pengetahuan secara positif. Ketiga, membangun tujuan, ukuran dan penilaian kinerja yang terpadu dan tersusun secara hirarkis pada tingkat organisasi, proses dan tugas. Keempat, manajemen pengetahuan sebagai modal peningkatan kinerja. Rekomendasi penelitian adalah model dapat diterapkan untuk peningkatan kinerja. Kedua, penerapan ba perlu diarahkan dan diintensifkan sehingga berpengaruh positif terhadap transformasi dan spiral pengetahuan. Ketiga, perlu dilakukan penelitian berkaitan dengan lingkat hubungan negatif antara ba dengan transformasi dengan spiral pengetahuan. Keempat, perlu tujuan, ukuran dan penilaian kinerja pada tingkat organisasi, proses dan tugas. Karma, transformasi dan spiral pengetahuan perlu dijaga kualitas penerapannya dan dapat ditingkatkan dengan mudah. Keenam, transformasi pada level interorganisasi perlu ditingkatkan.
The fast change of external and internal environment need the internal organization's adaptation. The level of response related to the level of organization's performance. One of factors that have been influenced the performance is knowledge management. Based on that problems, this research goals are determine and explain the dominant factor of knowledge management and performance and explain the level of relation between the both of variables. The result of this research is to determine strategical engineering action about knowledge management application. This action is to reach the maximal performance. This research framework is using the Nonaka and Takeuchi's knowledge management theory . The performance's variabel is using the Rummler and Kaplan's theory. This research method is case study. Likert Scale is using in research instrument. The sampel of this reseach are staff and official. Sampel was taking by stratified random sampling. Persepsion from staff and official about two variabel was taken by questionaire. Analisis of the model that have been statement as hyphotesis was using the Maximum Likelihood Method and Confirmatory Modelling Strategy in the Structural Equation Modelling (SEM). Model analisis using the Linear Structural Relation (LISREL) 850. Research's conclusions are the dominant factor of the knowledge transformation sub variable are socialization, externalization, combination and internalization. Dominant factor of the knowledge spiral sub variable are field building, dialogue, linking and learning by doing as. Dominant factor of the ba sub variable are originating ba, dialoging ba, systemizing ba and exercising ba as. The dominant factor have been implemented on epistemological and ontological dimension. That dominant factor have been implemented and have a role for knowledge managament application. Knowledge management have been implemented in the moderate level. The dominant factor of performance are the first, performance goals in organization level, performance design in organization level, performance management in organization level as the factor of performance on organization level sub variable. Factor of performance on process level sub variable are performance goals in process level, performance design in process level, performance management in process level. Factor of performance on job level sub variable are performance goals in job level, performance design in job level, performance management in job level. That dominant factor have a role for performance. The level of performance reaching is high. Almost the factor of knowledge management have been positive influenced to performance. Knowledge management strategy that must be implemented are the first, to continued and development knowledge management. Second, process development and driving for the ba to positive supporting for knowledge transformation and spiral. Third, goals, measurement and performance evaluate development that must be integrated and in hierarchy composing at organization, process and job level. Fourth, knowledge management as the source of performance improvement. These research's recommendation are the first, model can be implemented to performance improvement. Second, ba needs directed and intensified for positive influencing for knowledge transformation and spiral. Third, it is need research about negative relation between ba with knowledge transformation and spiral. Fourth, it's need performance goals, measurement and evaluation at organization, process and job level. Fifth, knowledge transformation and spiral need quality and application maintained and increasing easily. Sixth, knowledge transformation at interorganization level needs to improvement.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani Kurniadi
Abstrak :
Ruang lingkup dan Cara penelitian: Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Namun demikian, kiranya akan sangat bermanfaat apabila dapat dikembangkan suatu parameter yang dapat dijadikan prediktor kemampuan belajar. Belakangan event related potential (ERP) dengan gelombang P300-nya telah mulai digunakan dalam berbagai penelitian mengenai pengolahan informasi sebagai salah satu aspek proses belajar. Parameter ini lebih menggambarkan proses mental dan tidak bergantung pada respon motorik. Namun di Indonesia alat ini masih langka. Sedangkan alat pencatat WR lebih mudah diperoleh. Di luar negeri Waktu Reaksi (WR) telah cukup intensif digunakan untuk menyimpulkan pengolahan informasi berdasarkan apa yang tampak dari luar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dasar mengenai korelasi antara P300 dengan WR dan mengikutsertakan 38 orang mahasiswa. P300 dicatat pagi hari setelah makan dalam tiga keadaan yaitu steady state, tugas kecepatan maksimum dan tugas ketepatan maksimum sambil menghitung. Lokasi pencatatan adalah Cz dan Fz. Waktu reaksi yang diaplikasikan adalah Waktu Reaksi pilihan. Hasil dan kesimpulan: Masa laten P300 menunjukkan variasi antar individu yang relatif sempit dengan koefisien variasi 8-12%. WR juga memperlihatkan variasi yang kecil dengan koefisien variasi 12%. Sedangkan amplitudo P300 memperlihatkan variasi yang cukup besar dengan koefisien variasi 41-56%. Masa laten P300 pada keadaan steady state, kecepatan maksimum serta ketepatan maksimum sambil menghitung, baik di lokasi pencatatan Cz maupun Fz, tidak berkorelasi dengan WR. Amplitudo P300 pada keadaan steady state dan pada tugas ketepatan maksimum sambil menghitung, di lokasi pencatatan Cz maupun Fz, tidak berkorelasi dengan Waktu Reaksi. Amplitudo P300 pada tugas kecepatan maksimum berkorelasi dengan WR. Di lokasi pencatatan Fz dengan r=-0.4855, p<0.005, sedangkan di lokasi Cz r=-0.4278, p<0.01. Tampaknya rekrutmen saraf yang terlibat dalam pengolahan informasi relatif lebih berpengaruh terhadap WR. Hal ini diindikasikan oleh profil korelasi antara amplitudo P300 dengan Waktu Reaksi.
Correlation Between P300 And Reaction Time In Students During Auditory Tasks Scope and methodology: There are many factors that could affect learning process and learning achievement. Nevertheless, it could be quite beneficial if certain parameters be developed to predict the learning capabilities and potency. During the last two decades there has been considerable interest in using neurological based diagnostic measures to distinguish individuals experiencing learning disabilities from normal population. Speaking of these, event related potential (ERP), with P300 as one of its most popular component, affords the opportunity to examine relationships between neural activity and behavior for very specific stimulus events. But such facility is very limited in Indonesia. On the other hand Reaction Time (RT) measuring apparatus is more easily available. So far RT has been intensively used to assess information processing as a component of learning process. The study was designed to explore base data about the correlation between P300 and RT in students during auditory tasks. Thirty eight medical students were involved as subjects in the study. P300 was recorded after meal in the morning while the students performing 3 auditory tasks. The tasks were steady state, speed maximizing and counting & accuracy maximizing. Reaction time assessed was Choice RT. Result and conclusion: This study indicates the occurance of a relatively slight inter-individual variation of P300 latency with 8-12% coefficient of variation. And so was the RT with 12 % coefficient of variation. On the other hand, P300 amplitude showed quite a wide inter-individual variation with 41-56 % coefficient of variation. As for the correlation, P300 latency in steady state, speed maximizing and count & accuracy maximizing tasks showed no significant correlation with RT. Neither on Fz recording, nor on Cz recording, And so the P300 amplitude with RT in steady state and count & accuracy maximizing tasks. But on the contrary, P300 amplitude in speed maximizing task showed significant correlation with RT. On Fz recording the correlation was -0.4855, p<0.005 and r=-0.4278, p<0.01 on Cz recording. It seems that neuronal recruitment in information processing relatively has a more prominent role upon RT as shown b the correlation coefficient between P300 and RT.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T3712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ristiara Shafwah Khairunnisa
Abstrak :
Masa remaja merupakan transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Tugas perkembangan dan aspek perkembangan berkontribusi dalam keberhasilan pencapaian perkembangan psikososial remaja. Isu penting dalam mencapai identitas diri remaja salah satunya berkaitan dengan citra tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perkembangan psikososial dengan citra tubuh remaja. Peneliti menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan teknik purposive sampling didapatkan sampel penelitian sejumlah 283 remaja dari SMA Negeri 9 Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan tiga jenis kuesioner, yaitu Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS), Extended Objective Measure of Ego Identity Status II (EOM-EIS II), dan kuesioner kemampuan perkembangan remaja. Berdasarkan analisis Rank-Spearman didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara tugas perkembangan p = 0,001 (p < 0,05) dan aspek perkembangan p = 0,003 (p < 0,05) dengan citra tubuh remaja. Penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan peran institusi pendidikan dan lingkungan sosial dalam memahami pentingnya melakukan stimulasi perkembangan psikososial dan citra tubuh remaja menjadi lebih optimal. ......Adolescence is the transition from childhood to adulthood. Developmental tasks and aspects of development contribute to the successful achievement of adolescent psychosocial development. One important issue in achieving adolescent self-identity is related to body image. This study aims to determine the relationship between psychosocial development and adolescent body image. Researchers used a cross-sectional research design with purposive sampling technique to obtain a research sample of 283 adolescents from SMA Negeri 9 Kota Bogor. This study used three types of questionnaires, namely Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS), Extended Objective Measure of Ego Identity Status II (EOM-EIS II), and adolescent developmental ability questionnaire. Based on Rank-Spearman analysis, there was a significant relationship between developmental tasks p = 0.001 (p < 0.05) and developmental aspects p = 0.003 (p < 0.05) with adolescent body image. This study is expected to optimize the role of educational institutions and social environment in understanding the importance of stimulating psychosocial development and the body image of adolescents to be more optimal.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti
Abstrak :
Perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan manusia di era modernisasi dan globalisasi dapat menyebabkan kekecewaan dan keputusanasaan pada manusia baik yang sehat maupun sakit. Manusia yang terdiri dari dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual dimana setiap dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Dari berbagai penelitian menunjukkan dimensi spiritual mempengaruhi penyembuhan pada klien yang sakit. Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi semua kebutuhan manusia termasuk juga kebutuhan spiritual klien. berbagai cara perawat untuk memenuhi kebutuhan klien mulai dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi klien utnuk mengekspresikan agama dan keyakinannya. Dalam memenuhi kebutuhan spiritual tersebut perawat memperhatikan tahap perkembangannya, sehingga asuhan yang diberikan dapat terpenuhi sebagaimana mestinya.
1999
JJKI-2-7-Sept1999-258
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Amilia
Abstrak :
ABSTRACT
Plagiarism is an act of taking or stealing ideas of others, whether intentionally or not. This plagiarism can happen anywhere, by anyone, and in various forms of writing. This plagiarism is referred to as academic crime, so it must be avoided by all parties. This article will examine ways to prevent plagiarism. The scope of this study is in the Indonesian online tutorial at Universitas Terbuka. This article is written based on observations and practices in tutorial activities. In the context of this discussion, plagiarism means writing the same answers from several students during the learning activities. The similarity of answers may be obtained from similar sources. The similariries occur because there is no attempt to write with the correct citation, or paraphrase it. Therefore, it demands creativity and innovation from the tutor in conducting the learning or tutorial, both during discussion time and tutorial task. Creativity is applied in selecting and designing the problem form in discussion activities. This creativity is also related to the skills of the tutor in higher order thinking skills to the students. The concept of innovation is applied in the dynamics of the problem in the tutorial task. Dynamic tutorial will be an indicator of professional educator in performing his duties as tutor. Through the creativity and innovation of tutors, students are indirectly required to answer honestly, thoroughly, and comprehensively. Besides, students are also required to always open the material and questions, because the tutor creates the tutorial class to be dynamic, not static. In this way, the tutorial activities will be a medium and place oflearning for students and tutors.
Tangerang: Pusat Keilmuan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Terbuka, 2018
370 JPUT 19:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitya Indri Lestari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stres kerja terhadap work ability index (WAI) pada pekerja di area Lube Oil Blending Plant PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan terhadap 107 pekerja pada periode Mei – Juni 2014. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 51,4% pekerja mengalami stres berat dan 48,6% pekerja mengalami stres ringan, untuk WAI terdapat 49,5% pekerja dengan WAI buruk dan 50,5% pekerja dengan WAI baik. Hasil uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tipe manajemen (p value = 0,610), hubungan interpersonal (p value = 0,239), dan fokus karir (p value = 0,797) dengan tingkat stres kerja. Sebaliknya terdapat hubungan antara desain kerja (p value = 0,011) dan lingkungan kerja (p value = 0,005) dengan tingkat stres kerja. Selain itu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres kerja dengan WAI (p value = 0,015). Untuk meningkatkan kemampuan kerja pada pekerja PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta perlu membuat pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan kerja pekerja. Pemberian pelatihan dimaksudkan agar dapat memenuhi standar kerja yang telah di tetapkan oleh perusahaan. ...... The aim of this study is to analyze the relationship between the level of job stress among Work Ability Index (WAI) on workers in Lube Oil Blending Plant PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta 2014. The design of study was cross sectional. The study was conducted on 107 workers from May to June 2014. The data were collected by using a questionnaire. The result shows that 51.4% of workers are experiencing severe stress and 48.6% of workers experiencing mild stressed, furthermore, there are 49.5% workers with poor and 50.5% of workers with good WAI. Chi Square result shows that there are no correlation between the type of management (p value = 0.610) with the level of work stress, interpersonal relationships (p value = 0.239), and career concerns (p value = 0.797). Otherwise, there is a significant correlation between the level of the design of tasks with work stress (p value = 0.011) and work environment (p value = 0.005). Moreover, there is a significant relationship between the level of work stress with WAI (p value = 0.015). To improve the skill of workers, PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta needs to make training, so that, they can improve the capability of their workers. The purpose of training is to fulfill the working standard which have been set by the company.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55207
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Stephanie Sri Rahayu Soetedja
Abstrak :
Komite Medik lahir dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.983/Menkes/SK/XI/1992 tanggal 12 Nopember 1992 , dengan orientasi tugas kepada pengendalian kualitas pelayanan medic di rumah sakit antara lain membantu direktur dalam menyusun standar pelayanan dan memantau pelaksanaannya, melaksanakan pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota staf medis fungsional, meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pclatihan serta penelitian dan pengembangan. Pembentukan Komite Medik di Indonesia ini mengadopsi konsep MSO ( Medical Staff Organization ) yang ada di dalam rumah sakit di negara Amerika Serikat dan memegang peranan panting atas mutu pelayanan rumah sakit. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaksanakan program akreditasi rumah sakit dengan mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 436/Menkes/SK/VI/1993 tanggal 3 Juni 1993, dengan tujuan memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hasil akreditasi suatu rumah sakit secara tidak langsung mencerminkan kondisi Komite Medik yang ada. Dalam rangka untuk mengetahui pelaksanaan tugas Komite Medik Rumkital Dr. Mintohardjo, setelah rumah sakit mendapatkan akreditasi dari Depkes RI , maka dilakukan penelitian selama 3 (tiga) minggu di Rumkital Dr. Mintohardjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif terhadap pengorganisasian dan pelaksanaan tugas Komite Medik Rumkital Dr. Mintohardjo, dengan melakukan wawancara mendalam antara lain kepada penentu kebijakan Rumkital Dr. Mintohardjo yaitu Wakamed merangkap sebagai Ketua Komite Medik dan Wakabin. Selain itu dilakukan penelitian dokumen dan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan Komite Medik belum bekerja secara optimal dan tidak berkembang. Hal ini terjadi karena adanya beberapa kendala-kendala yang dihadapi Komite Medik dalam pelaksanaan tugasnya antara lain tidak adanya komitmen dari pimpinan dan ketua komite medik untuk mensosialisasikan Komite Medik, penerapan organisasi Komite Medik sebagai organisasi independen di Rumkital Dr. Mintohardjo tidak mudah.
The Medical Committee is established by the Decree of Indonesian Ministry of Health number 983/Menkes/SK/XI/1992 dated 12 November 1992. The Medical Committee is assigned to control the hospital medical services, to assist the Director in preparing and execution of the standard operational procedures, the execution of professional ethics guidance, the management of the medical staffs functional authority, to improve and promotes the medical service, education and training as well as the medical research and development. The Indonesian Medical Committee is adopted from the USA's MSO ( Medical Staff Organization) concept which is responsible for the quality of hospital's medical service quality. In accordance to improve the hospital medical service, the Indonesian Ministry of Health establish an accreditation program for all hospital in Indonesia, by issuing the Decree of Minister of Health number 436/Menkes/SK/VI/1993 dated 3 rd June 1993. The purpose of the decree is to grant acknowledgement and accreditation for hospitals achieving its high qualified medical service standard . The study is to analyze the performance in the tasks implemented by the Navy Hospital's Dr. Mintohardjo and the study was undertook for three weeks. The design of this study is a qualitative approach, using descriptive analyzing method. The data collected by conducting the method of indepth interview to 9 ( nine ) of the hospital staff, by study on hospital documents and by method of observation. The result of the study verified that The Medical Committee did not optimally perform its duty and function. There are many obstacles and problems since there was no support of the hospital management. The chief of Medical Committee has lack of socialization and was not able to implement an independent Medical Committee within the hospital.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Permatasari
Abstrak :
Perempuan bekerja memiliki kontribusi yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Sebagai ibu rumah tangga mereka juga melaksanakan tugas merawat keluarga termasuk tugas kesehatan keluarga. Kenyataan di lapangan menunjukkan banyak permasalahan yang dihadapi oleh perempuan yang bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengalaman perempuan bekerja berkeluarga dalam melaksanakan perawatan keluarga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang berperspektif perempuan. Partisipan berjumlah enam orang yang ditetapkan dengan metode purposif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, menggali pengalaman perempuan bekerja dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga dan isu-isu lain seputar pengalaman tersebut. Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode Collaizz's. Hasil penelitian mengidentifikasi delapan tema utama dan satu tema tambahan yaitu alasan perempuan bekerja, kekhususan perempuan bekerja, kemampuan manajerial perempuan bekerja, dukungan sosial, kemampuan melaksanakan tugas kesehatan keluarga, kesenjangan antara harapan pekerja dan dukungan institusi kerja, diskriminasi gender, kebutuhan pekerja terhadap pelayanan kesehatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perempuan bekerja mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan dipengaruhi oleh pengetahuan tentang masalah kesehatan, dukungan dari keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan profesional serta hak pekerja untuk mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan. Perempuan bekerja juga memiliki kebutuhan khusus terhadap pelayanan kesehatan. Untuk itu disarankan agar perawat kesehatan kerja meningkatkan kemampuan diri untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat promotif untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perempuan bekerja secara khusus dan seluruh pekerja pada umumnya.
Working women have a significant contribution in meeting the family's economy needs. As a housewife, they also have to take care of the family including family's health task. There is evident that the working women experience numerous problems. The purpose of this research was to describe the experience of married working women in carrying out family's health tasks. There were six women purposively selected to participate in this study. This research used a qualitative method with feminine perspective phenomenological approach. Data was collected using in depth interview, exploring the experience of working women in carrying out family's health tasks and issues related to the experience. Collaizz's method was utilized to analyze the corrected qualitative data. The result of this study revealed nine themes were the reason for women to work, specification of social support, ability to carry out family health tasks, gap between expectation and institution?s supporting, working women perception of gender discrimination, women's need to health care. The conclusions of this research were the working women were capable to carry family health task which is influenced by their knowledge on health problems, the support of family and professional health providers and the right of providers to have health insurance. The working women also have the special needs of health care services. It is recommended that occupational health nurses to improve their competence to provide nursing care including health promotion and maintenance of health status of working women, particularly and all of the personnel?s, gradually.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Julaeha
Abstrak :
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan di Kabupaten Pesawaran. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien TB di Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik klien dan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kualitas hidup klien TB paru. Desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional digunakan dalam penelitian pada 41 pasien TB berumur 18-59 tahun pada fase intensif pengobatan dari bulan April sampai Mei 2014. Hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup klien TB terganggu. Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan (p = 0,034), tugas kesehatan keluarga (p = 0,005), pendapatan (p = 0,030) dan dukungan keluarga (p = 0,012) dengan kualitas hidup klien TB. Pengembangan program yang terintegrasi antara program TB dan perawatan kesehatan masyarakat dan program lainya untuk meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan tugas kesehatan keluarga.
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is a major public health problem in Indonesia as well as in Pasawaran. The family health tasks implementation may affect Health Related Quality Of Life (HRQOL) among TB patients in Pesawaran. This study aims to determine the corelation of characteristics of patients and family health tasks to HRQOL TB patients. The descriptive correlative design with cross-sectional approach was applied to this study to 41 patients. The inclusion criteria for the respondents are aged range at18-59 years old and under the initial phase of TB treatment from April to May 2014. The results showed that HRQOL among TB patients generally were impaired. The characteristics associated to HRQOL among TB patients were occupation (p = 0.034), family health tasks (p = 0.002), income (p = 0.034) and family support (p = 0.012) . An integrated program need to be developed to increase family’s ability to improve family health tasks.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Syam Abidin
Abstrak :
Keterlibatan keluarga penting dalam melindungi remaja dari penggunaan zat alkohol, ganja, dan tembakau pada remaja melalui penyangga efek buruk dari masalah internal dan eksternal. Keluarga dapat berperan dalam bentuk promosi kesehatan dan penurunan risiko bahaya kesehatan. Untuk mengurangi atau menghilangkan masalah kesehatan dan mencapai kesejahteraan diantara anggota keluarga, maka keluarga sebagai unit berfungsi untuk melakukan tugas kesehatan keluarga. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara persepsi remaja tentang tugas kesehatan keluarga dengan perilaku merokok pada remaja di kelurahan Curug, kecamatan Cimanggis, kota Depok. Sampel adalah remaja usia 10-19 tahun N = 310 . Menggunakan teknik Stratified Random Sampling melalui survei cross-sectional. Model regresi logistik ganda multivariat digunakan untuk menguji hubungan antara persepsi remaja tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan perilaku merokok remaja dengan mengendalikan faktor confounding. Terdapat hubungan antara persepsi remaja tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga secara keseluruhan dengan perilaku merokok remaja dan sebagai faktor yang dominan setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin, uang saku dan teman sebaya. Persepsi remaja tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga secara keseluruhan sebagai faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku merokok remaja. Studi selanjutnya perlu mengeksplorasi pemahaman keluarga tentang tugas keluarga dalam bidang kesehatan secara kualitatif.
Family involvement is important in protecting adolescents from the use of substances alcohol, marijuana, and tobacco in adolescents through the buffering effects of internal and external problems. Families can play a role in promoting health and reducing health hazards. To reduce or eliminate health problems and achieve welfare among family members, the family as a unit serves to perform family health tasks. The aim of this research is to know the correlation between adolescent perception about family health task with smoking behavior in adolescent in Curug urban village, Cimanggis sub district, Depok city. The sample is a teenager aged 10 19 years N 310 . Using Stratified Random Sampling technique through cross sectional survey. Multiple multivariate logistic regression models were used to examine the relationship between adolescent perceptions about the implementation of family health tasks with adolescent smoking behavior by controlling confounding factors. There is a relationship between adolescent perception about the implementation of family health task as a whole with the behavior of adolescent smoking and as the dominant factor after controlled variable of age, gender, pocket money and peers. Adolescent perception about the implementation of family health task as a whole is the most dominant factor related to teenage smoking behavior. Further studies need to explore family understanding of family duties in the field of health qualitatively.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>