Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 280 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Inayah
"Skripsi ini menganalisa struktur tarif retribusi kebersihan di DKI Jakarta, apakah tarif retribusi kebersihan sudah memenuhi prinsip full cost recovery atau belum serta berapa besarnya besarnya tarif yang dapat menutup total biaya operasional dan pemeliharaan pelayanan kebersihan tetapi tidak memberatkan masyarakat yang mendapat pelayanan kebersihan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarif retribusi kebersihan yang saat ini berlaku di DKI Jakarta belum mencerminkan seluruh pengeluaran yang dibutuhkan dalam mengelola kebersihan. Selain itu, masyarakat merasa keberatan dengan adanya kenaikan tarif retribusi kebersihan dan kenaikan tarif yang dapat diterima adalah sebesar 10%.

This thesis analyzes the structure of the rates charged for the cleanliness in DKI Jakarta, whether the rates have met the full cost recovery principle or not and how much the rates that can cover all the operational and maintenance cost of cleanliness services but do not burdensome the people who get the services. This research is a descriptive qualitative research design.
The result showed that the current rates which apply in DKI Jakarta are not reflecting whole the expenditure are required in managing the cleanliness. In addition, the people are objected to the increasing of the rates charged for the cleanliness and the acceptable increasing rates is reaching 10%.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handayani Malihatun
"Berdasarkan teori pada umumnya perusahaan penerbangan komersial hanya akan menerbangi suatu rute kalau rute tersebut memang potensial, maksudnya adalah terdapat permintaan masyarakat akan jasa transportasi udara. Maka dari itu seperti yang terjadl saat ini banyak airlines-airlines baru yang menerbangi rute-rute gemuk karena di rute gemuk tersebut masyarakat pengguna jasa transportasi udara jumlahnya banyak dibandingkan dengan rute lainnya sehingga menyebabkan terjadinya penurunan harga yang sangat murah sehingga menimbulkan perang tarif karena untuk merebut market share yang ada.
Dengan kondisi adanya perang tarif ini persaingan antar maskapai penerbangan nasional pada dasarnya timbul karena adanya reformasi di bisnis penerbangan menyebabkan terjadinya perlombaan mendirikan perusahaan penerbangan sehingga memicu situasi persaingan yang sangat tajam, dan berhimpunnya maskapai penerbangan yang beroperasi pada rute gemuk, karena rute tersebut memiliki demand angkutan yang besar. maka timbul persaingan untuk memperebutkan penumpang. Sejauh persaingan dilakukan secara sehat oleh maskapai penerbangan maka tidak akan timbul hal-hal yang justru akan merugikan perusahaan, tapi yang tampak pada saat ini sudah menjurus pada persaingan yang tidak sehat yaitu "perang tarif".
Dampak adanya perang tarif bagi airlines yang tidak dapat bertahan pada rute gemuk adalah: Pertama, memindahkan rute penerbangannya dari rute gemuk ke rute alternatif. Kedua, mengurangi frekuensi penerbangan di rute gemuk. Ketiga, buka rute tambahan dengan melakukan penerbangan rute panjang, seperti Jakarta-Surabaya-Bali. Jadi maskapai penerbangan tidak hanya melakukan penerbangan tik tok, yaitu Jakarta-Surabaya, Jakarta-Yogyakarta. Keempat, meminimumkan biaya operasional sehingga bisa efisien, Seperti gaji karyawan yang tidak besar, pesawat yang tepat, maintenance dan asuransi yang tidak mahal. Kelima, mengganti armada pesawatnya yang harganya murah dan bahan bakarnya pun irit. Seperti yang dilakukan oleh Lion Air sebelumnya rnenggunakan Airbus akhirnya memilih pesawat MD 82, karena harga sewanya yang jauh lebih murah, bahan bakarnya Iebih irit, dan bisa masuk ke semua rute penerbangan.
Berdasarkan hasil akhir matrix pay off dari Lion Mentari Air VS Indonesia Airlines untuk rute Jakarta - Surabaya, maka strategi yang terbaik bagi Lion Mentari Airlines maupun Indonesia Airlines adalah harga dan SDM dengan nilai matrix pay off sebesar (0,098 ; 0,086), karena nilai terbesar bagi kedua airlines tersebut terletak pada SDM dan harga, dan apabila Lion Mentari Airlines memilih strategi harga maka sebaiknya Indonesia Airlines memilih strategi SDM.
Hasil akhir matrix pay off dari Garuda Indonesia VS Lion Mentari Air untuk rute Jakarta - Medan, maka strategi yang terbaik bagi Garuda Indonesia maupun Lion Mentari Airlines adalah kualitas dan harga dengan nilai matrix pay off sebesar (0,133 ; 0,083), karena nilai terbesar bagi kedua airlines tersebut terletak pada harga dan kualitas, dan apabila Indonesia Airlines memilih strategi kualitas maka sebaiknya Lion Mentari Airlines memilih strategi harga untuk mengurangi tingkat kerugian yang besar dibandingkan dengan strategi-strategi lainnya.
Sedangkan hasil akhir matrix pay off dari Indonesia Airlines VS Garuda Indonesia untuk rute Jakarta - Yogyakarta, maka strategi yang terbaik bagi Indonesia Airlines maupun Garuda Indonesia adalah SDM dan kualitas dengan nilai matrix pay off sebesar (0,062 ; 0,148), karena nilai terbesar bagi kedua airlines tersebut terletak pada SDM dan kualitas, dan apabila Indonesia Airlines memilih strategi SDM maka sebaiknya Garuda Indonesia memilih strategi kualitas karena merupakan strategi terbaik dlbandingkan dengan strategi-strategi lainnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T11380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hakam
"Tenaga listrik telah menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan bagi sebagian besar masyarakat den bisa dikatak an rnenguasai hajat hidup orang banyak, oleh karena itu Pemerintah yang diwakili Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) harus menyediakan dalam jumlah yang cukup, kehandalan dan mum yang balk, dan harga yang tepat. Harga yang tepat di sini berarti memenuhi kriteria yang ditetapkan undang-undang den sekaligus rnemungkinkan PLN untuk menghasilkan laba. Dengan demikian, penetapan tarif dalam perusahaan ini menjadi sangat komplek dan menjadi masalah yang sangat penting. .Berdasarkan observasi dan studi kepustakaan, penulis berusaha menyusun skripsi mengenai masalah ini. Proses penetapan tarif pada perusahaan kelistrikan bisa dibagi dalam dua tahap yaitu menentukan harga pokok pelayanen (cart of service/ yang ekuivalen dengan pendapatan yang dibutuhkan, kemudian merancang struktur tarif yang akan memenuhi pendapatan tersebut dengan memperhatikan kriteria yang ditetapkan pemerintah. Dalam tahap pertarna perusahaan harus memperhatikan kontribusi masing-masing pelanggan terhadap biaya yang ditanggung perusahaan yang bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu karakteristik permintaart, jumlah pemakaian, dan karakteristik pelayanan dari masing-masing pelanggan. Sedangkan dalam tahap kedua, faktor yang paling menentukan adalah judgement PLN melakukan tahap pertama dengan menghitung harga pokok penjualan untuk tiap jenis tegangan yang disalurkan dan harga pokok untuk suatu golongan pelanggan ditentukan sesuai dengan tegangan yang dimintanya. Jadi PLN mengalokasikan biaya bukan kepada pelanggan akan tetapi kepada jenis tegangan. Di sini berarti PLN tidak memperhatikan faktor yang menyebabkan biaya (cost driver) dalam mengalokasikan biaya kepada pelanggan sehingga menyebabkan alokasi biaya yang tidak adil. Di samping itu, perhitungan PLN ini menghasilkan HPP hanya per kWh yang mana hal ini tidak konsisten dengan tarif yang ditetapkannya yaitu per kVA (biaya beban) dan per kwh (biaya pemakaian). Sedangkan pada tahap kedua, PLN telah mempertimbangkan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, dalam proses penetapan tarif ini, PLN perlu meninjau kembali metode perhitungan harga pokok penjualan yang dipakainya. Mengingat masalah ini cukup penting dan juga rumit, PLN perlu membentuk bagian tersendiri dalam struktur organisasinya untuk melaksanakan tugas ini. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sihombing, Manuel Andi Julius
"ABSTRAK
Cukai merupakan merupakan komponen penting dalam pendapatan pemerintah. Cukai selain memiliki kemampuan untuk menghasilkan pendapatan bagi pemerintah, dapat pula digunakan sebagai instrumen untuk menurunkan konsumsi barang yang dikenakan cukai. Namun demikian kedua fungsi tersebut belum tentu bekerja secara bersama-sama, tergantung pada jenis barang dan tarif yang dikenakan atas barang kena cukai. Penelitian ini mengestimasi besaran tarif cukai yang memaksimumkan penerimaan cukai bagi pemerintah untuk rokok dan minuman berkarbonasi. Rokok merupakan barang yang sudah kena cukai dan permintaannya bersifat inelastis terhadap harga, sedangkan minuman berkarbonasi merupakan barang yang belum dikenakan cukai, tetapi saat ini menjadi wacana pemerintah, dan permintaannya bersifat elastis terhadap harga. Tarif yang memaksimumkan penerimaan cukai pemerintah untuk minuman berkarbonasi lebih rendah dari wacana pemerintah (wacana pemerintah 37.8% sedangkan tarif seharusnya menurut skripsi ini adalah 29.07%). Tarif cukai untuk rokok yang memaksimumkan penerimaan cukai pemerintah dalam skripsi ini berkisar antara 114% sampai 162%. Tarif cukai rokok maksimum menurut undang-undang adalah sebesar 57% dari harga jual eceran. Artinya tarif cukai rokok masih belum cukup tinggi untuk menghasilkan penerimaan cukai maksimum bagi pemerintah.
"
2013
S45857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ramzy
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
TA3247
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada penjualan atau pembelian barang dan jasa antar negara tanpa adanya hambatan tarif maupun hambatan non-tarif...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Agraning Bawono
"Dalam riset ini akan dilakukan pemodelan perhitungan tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa untuk beberapa golongan shipper dalam suatu ruas pipa transmisi open access. Pemodelan dilakukan untuk memperoleh pembagian tarif sesuai dengan golongan shipper. Pemodelan multi tarif dilakukan dengan mengembangkan model dari perhitungan sistem single tarif melalui modifikasi pembagian volume pengaliran gas bumi sesuai golongan shipper. Hasil penerapan multi tarif pada ruas pipa transmisi PT X menunjukan penurunan tarif antara 20 hingga 70 pada masing-masing golongan shipper bila dibandingkan dengan sistem single distance tarif dan single postage stamp tarif yang sebelumnya telah diterapkan pada pipa transmisi tersebut. Untuk melihat pengaruh perubahan volume, perubahan Internal Rate of Return IRR , dan perubahan komposisi equity terhadap perubahan besaran multi tarif maka dilakukan uji sensitivitas. Hasil perhitungan menunjukkan kenaikan nilai IRR berbanding lurus terhadap kenaikan multi tarif. Kenaikan IRR membuat waktu pengembalian modal Break Even Point menjadi lebih cepat, kenaikan volume gas berbanding terbalik terhadap multi tarif dan penurunan proporsi equity berbanding lurus dengan penurunan multi tarif.

In this research will be modeling the calculation of the tariff of natural gas transportation through pipes for several classes of the shipper in an open access pipe transmission line. Modeling to obtain tariff distribution according to shipper class. Multi tariff modeling by developing a model of single tariff system calculation through modification of natural gas distribution volume according to shipper class. The result of the multi tariff application on the PT X transmission pipeline shows a tariff reduction of between 20 and 70 on each shipper class when compared to the single distance tariff system and the single postage stamp tariff previously applied to the transmission pipe. To see the effect of volume change, change of Internal Rate of Return IRR , and change of equity composition to change of multi tariff quantity hence conducted sensitivity test. The calculation result shows the increase of IRR value is directly proportional to the multi tariff increase. Increased IRR makes Break Even Point time faster, increases in gas volume inversely to multi tariffs and a decrease in the proportion of equity is directly proportional to the multi tariff reduction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>