Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Penulis artikel ini mengulas fungsi Tabel Penunjuk Inti Sari Huku. (TAPIS). TAPIS merupakan salah satu langkah yang ditempuh oleh Pusat Dokumentasi Hukum FHUI untuk meningkatkan sarana dan prasarana hukum sejak tahin 1980-an. TAPIS, adalah suatu alat dokumentasi hukum untuk menelusuri rangkaian hubungan yaitu pelaksanaan serta status suatu ketentuan hukum. Cara kerja TAPIS ini antara lain, dengan mengetahui sejauh mana hubungan atau kaitan antara satu peraturan dengan peraturan yang lainnya.
Hukum dan Pembangunan Vol. 26 No. 4 Agustus 1996 : 334-339, 1996
HUPE-26-4-Agt1996-334
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
T. Dibyo Harsono
Abstrak :
ABSTRAK
Keberadaan kain tapis yang merupakan hasil kerajinan tradisional masyarakat lampung sangat erat dengan kehidupan masyarakat adat lampung, yang telah berlangsung ratusan tahun. Kain tapis merupakan salah satu aset budaya masyarakat lampung, karena itu aset budaya lampung yang sangat berharga ini patut dan wajib kita lestarikan sebagai warisan budaya untu anak cucu kita. Untuk itu kegiatan pencatatan warisan budaya tak benda (WBTB) menganai kain tipis. Lampung ini dirasakan sangat penting untuk inventarisasi dan mendikumentasikan keberadaannya di Propinsi Lampung ini. Adaun untuj melengkapi hal itu perl adanya data-data yang dikumpulkan berdasarkan dari hasil pengamatan atau observasi, data langan hasil dari wawancara dengan para informan serta pemilik/kolektor kain tipis, dan juga dilengkapi dengan studi kepustakaan untuk mencari referensi yang relavan. Sementara itu harus ada niat da kemauan serta komimen yang sungguh-sungguh untuk tetap menjaga, melestarikan warisan budaya ini, sebab tidak mustahil dalam jagka waktu yang tidak terlampau lama lagi kain tapis ini akan lenyap tanpa meninggalkan bekas lagi, sehingga anak cucu kita tidak akan mengetahui keberadaan warisan budaya leluhur mereka.
Bali: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB dan NTT , 2017
902 JNANA 22 : 2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Rizki Nurhani
Abstrak :
Latar Belakang. Industri sulam tapis merupakan industri informal khas Provinsi Lampung dengan proses kerjanya dilakukan secara tradisional yang membutuhkan ketelitian tinggi dan waktu lama 1-3 bulan . Proses menyulam dilakukan dengan posisi duduk tanpa sandaran punggung, sandaran lengan dan leher menunduk. Proses tersebut dilakukan dalam waktu lama sekitar 4-6 jam per hari sehingga mengakibatkan keluhan ketidaknyamanan pada bahu. Penelitian ini merancang kursi meja sulam kain tapis dengan pendekatan ergonomi agar tercapai postur kerja yang ideal, sehingga dapat mengurangi ketidaknyamanan bahu pada pekerja perempuan sulam tapis di Bandar Lampung.Metode. Desain eksperimen one group pre-post test dengan intervensi kursi meja sulam tapis selama 2 dua hari dalam 6 jam kerja/hari. Metode pengambilan data dengan cluster sampling n=22 di 2 industri tapis Bandar Lampung pada bulan Mei-Juni 2018.Hasil. Rerata skor VAS ketidaknyamanan bahu sebelum intervensi sebesar 5.48 0.64, sedangkan skor VAS selama 2 hari intervensi adalah 0.77 0.21. Penurunan skor VAS pra dan post intervensi sebesar 4,71 0,73 p< 0,001 .Kesimpulan. Terdapat penurunan rerata skala VAS ketidaknyamanan bahu yang bermakna antara pra dan post intervensi kursi meja sulam tapis selama 2 hari.
Background Tapis weaving is an informal sector industrial Lampung Province with a traditional method which need a high accuracy in a work process. It is need 1 ndash 3 months for made every sheet of tapis weaving. Weaving process doing by sitting without arm and back rest and bowing position. The duration for working is about 4 6 hours per day which caused a shoulder discomfort symptom. This study was to designed chair ndash table for tapis weaving by the ergonomic approach, aiming to reduce shoulder discomfort among female tapis weaving workers at Bandar Lampung.Methods One group pre post test examination design, intervention using chair table tapis weaving for 2 days in 6 hours day. Cluster sampling method data n 22 from 2 industrial sectors of tapis weaving in May ndash June 2018.Results Pre intervention mean of Visual Analog Scale VAS score for shoulder discomfort is 5.48 0.64, and mean post intervention is 0.77 0.21. Means of VAS score decreased 4,71 0,73 p
2018
T55529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasmiati
Abstrak :
Kajian mengenai wanita perajin tapis di Gedongtataan Lampung menunjukkan perubahan yang sangat mendasar seiring masuknya nilai ekonomi di sektor ini. Di satu sisi, perkembangan kerajinan tapis saat ini memberikan peluang yang lebih besar bagi wanita untuk memperoleh pendapatan, karena sektor ini terbukti telah menyumbang pendapatan yang riil pada perempuan. Di sisi lain, dilihat dari perspektif sejarah, wanita perajin mengalami proses marginalisasi, karena dipinggirkan dari segi status dan kontrol. Mereka tidak lagi memiliki akses maupun kontrol atas hasil pekerjaan yang dilakukan, bahkan keberadaannya dinilai setara dengan buruh yang tergantung pada pihak lain. Dalam pada itu, masuknya perempuan dalam kegiatan ekonomi ternyata tidak selalu dibarengi dengan perubahan pola hubungan gender.
Tapis Worker Women in Gedongtataan Lampung: The Activity and Her ProblemThe research about tapis worker women in Gedongtataan Lampung shows the basic change together with the present of economy value in this sector. In the other side, nowadays the development of tapis industry gives bigger chance for women to get income, because this sector has proven that this sector has given real income for women. In the other side, based on the perspective history, the craft women experience the marginalization process, because they are put aside from status and control side. They do not have access or control of their work anumore, in fact their existence is evaluated as same as a labor that is dependent to the other side. In fact, the participation of women in economy activity is not always together with the change of gender relationship pattern.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Trijayanthi Utama
Abstrak :
Latar Belakang. Proses pembuatan kain tapis membutuhkan waktu lama dan ketelitian tinggi. Pekerja bekerja dengan menggunakan peralatan sulam tenun tradisional yang tidak memperhatikan aspek ergonomi. Proses menyulam dilakukan dengan posisi duduk bersila di lantai mengakibatkan timbulnya ketidaknyamanan tungkai dan berdampak pada produktivitas sulam. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kursi meja kerja yang ergonomis dan melihat pengaruhnya terhadap penurunan skala ketidaknyamanan tungkai dan peningkatan produktivitas sesudah intervensi pada pekerja kain tapis.Metode Penelitian. Desain yang digunakan adalah eksperimental one group pre-post intervensi dengan pembuatan media intervensi berupa kursi meja yang ergonomis. Sampel diambil menggunakan metode cluster sampling perusahaan tapis. Pada penelitian dilakukan pengumpulan data skala VAS ketidaknyamanan dan panjang sulam setiap akhir kerja. Analisis data dilakukan dengan program statistik SPSS Statistics 20.0.Hasil Penelitian. Telah didapatkan kursi meja kerja yang ergonomis bagi pekerja sulam tapis. Median skala VAS ketidaknyaman tungkai sebelum intervensi sebesar 7,0 4,5-8,5 . Median skala VAS ketidaknyamanan tungkai sesudah intervensi sebesar 1,0 0,5-1,5 . Median selisih skala VAS ketidaknyamanan sebelum dan sesudah intervensi sebesar 6,0 3,0-7,5 p
Background. The process of making a tapis takes a long time with high accuracy. Workers work using traditional embroidering equipment that does not pay attention to the ergonomics aspect. The embroidering process is done by sitting cross legged on the floor resulting in legs discomfort and impact on the work productivity. This study aims to get an ergonomic working desk chair for embroidering tapis cloth and see its effect on decrease the lower limb discomfort visual analogue scale VAS score and increase the productivity of tapis cloth workers after the interventionMethod. The study design was an experimental one group pre post intervention with the creation of intervention media in the form of ergonomic desk chair. Samples were taken using cluster sampling on tapis companies in Bandar Lampung City. The lower limb discomfort VAS score and length of tapis cloth at the end of work before and after the intervention were compared. Data analysis was performed by SPSS Statistics 20.0 statistics program.Results. An ergonomic working desked chair for embroidering tapis cloth is available. The median interquartile range of lower limb discomfort VAS score before the intervention was 7.0 4.5 8.5 . The median of lower limb discomfort VAS score after the intervention was 1.0 0.5 1.5 . The median of lower limb discomfort VAS score difference before and after the intervention was 6.0 3.0 7.5 p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T55547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: sekolah Tinggi Farmasi Indonesia,
615 JSTFI
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
Abstrak :
Latar belakang: Angka kelahiran dan kesintasan bayi prematur mengalami peningkatan. Prematur memiliki morbiditas 7 kali lipat dari bayi cukup bulan. Gangguan pendengaran merupakan salah satu morbiditas yang masih tinggi insidensnya dengan 6 kasus per 1000 kelahiran di negara berkembang. Deteksi dini dan identifikasi faktor risiko dilakukan agar tidak terjadi keterlambatan diagnosis dan intervensi. Tujuan: Mengetahui prevalens dan faktor risiko disfungsi auditorik pada bayi prematur. Metode: Penelitian deskriptif-analitik dengan metode potong lintang dilakukan selama bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017 pada bayi prematur usia 48 jam-3 bulan yang dirawat di Divisi Perinatologi Departemen IKA FKUI/RSCM. Sampel dipilih secara consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara orangtua pasien, pengumpulan data retrospektif dari rekam medis, uji tapis DPOAE dan AABR. Analisis bivariat disfungsi auditorik dengan faktor risiko dinilai dengan uji chi-square dan fischer sebagai uji alternatif. Analisis multivariat dilakukan untuk menilai interaksi faktor risiko dengan regresi logistik. Hasil: Sejumlah 100 subyek memenuhi kriteria inklusi dan sebesar 25 subyek pernah mendapat perawatan intensif. Prevalens disfungsi auditorik pada bayi prematur sebesar 14 . Analisis multivariat faktor risiko yang berhubungan dengan disfungsi auditorik adalah usia gestasi OR 3,824; IK 95 1,109-13,179; p=0,034 . Faktor risiko lain seperti berat lahir, pertumbuhan janin terhambat, hiperbilirubinemia, proven sepsis, pemakaian aminoglikosida, ventilasi mekanik lebih dari 5 hari, nilai Apgar yang rendah, abnormalitas lingkar kepala, riwayat gangguan pendengaran di keluarga tidak memiliki hubungan bermakna dengan disfungsi auditorik. Simpulan: Prevalens disfungsi auditorik pada bayi prematur sebesar 14 . Usia gestasi merupakan faktor risiko disfungsi auditorik pada bayi prematur.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library