Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sasono Wibowo
Abstrak :
ABSTRAK
Limbah organik dapat dimanfaatkan untuk menyerap ionion logam berat dalain larutan Diduga yang berperan aktif adalah tannin. Untuk memperbaiki kestabilannya sebagai adsorben inaka limbah organik dipoliinerisasikan dengan formaldehida

Matras sabut kelapa mengandung kadar tannin 0,65 / Polimerisasi yang optimum diperoleh pada kondisi sebagai berikut perbandingan berat samnpel dan larutan pereaksi (asamn sulfat 0 1 2 N yang mnengandung 5% (b/b) formaldehida) 1 20 pada suhu 500C selama 2 jam Selanjutnya polimner diubah dalamn bentuk garaninya dengan merendamn dalamn NaOH 0 1 N Evaluasi sifat polimner yang dihasilkan dilakukan dengan mnenentukan serapannya terhadap ion Cu2+ dalamn proses batch

Kemampuan penyerapan polimner ditentukan oleh bentuk asam atau garamnya pH dan konsentrasi larutan Bentuk asam (pada pH larutan 4 6) menyerap ± 4 mg/9 adsorben sedangkan dalam bentuk garain (pada pH larutan 5 3) menerap :L 9 mg/9 adsorben dari larutan Cu2 100 ppm Serapan optimal terdapat pada daerah pH 4-4,5 menyerap i3 4 mg/g adsorben Polimer dalam bentuk asamnya (pada pH larutan 3) menyerap t3 +4 dan -i-lB mg/9 adsorben dan larutan 100 750 dan 3500 ppm

Berdasarkan penyerapannya kestabilan tannin dalam inatras yang tidak dipolimerisasikan dan yang dipolimerisasikan terhadap pengaruh pencucian, pemanasan dan perendaman dalam asam atau basa adalah sama Akan tetapi perendainan lebih dari 24 jam dalam NaOH 1 N serapan matras yang tidak dipoliinenisasikan cenderung turun dibandingkan dengan inatras yang telah d.pclinienisasikan
1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Kurniati
Abstrak :
ABSTRAK


Dalam Penelitian sebelumnya tanin banyak digunakan sebagai pengompleks ion-ion logam. Pembentukan kompleks asam Iemah tannin dipengaruhi kondisi Iingkungan seperti pH larutan. Pada penelitian ini dipelajari karakteristik tanin, kompleksnya clan kestabilannya pada beberapa pH secara spektrofotometri.

Karakteristik kompleks tanin dipelajari dengan titrasi spektrofotometri. Untuk mempelajari karakter kompleks tanin sebelumnya dilakukan karakterisasi gugus fungsi tanin dengan spektroskopi IR, uv, clan mereaksikan tanin dengan ion Fe 2+ . Ligan makromolekul tanin dititrasi penambahan ion Fe2 . Ligan makromolekul tanin dititrasi dengan ion logam Cu(II) dan Co(II) pada pH yang sama dan secara kontinyu diukur serapannya..

Tetapan kestabilan kondisional kompleks dipelajari dengan persamaan Scatchard dengan parameter v dan v/M yang telah digunakan dalam penentuan tetapan kestabilan kondisional kompleks makromolekul asam humat dan protein.

Analisis tanin dengan IR dan reaksinya dengan ion Fe21 menunjukkan bahwa tanin aldrich yang digunakan dalam percobaan termasuk golongan pirogallol atau tanin terhidrolisis yang mempunyai gugus aktif fenol dan karboksilat. Spektra uv tanin menunjukkan serapan yang meningkat dengan naiknya pH. Spektra komplekS tidak berbeda secara signifikan dengan spektra ligan bebasnya. Penurunan serapan karena penambahan ion logam setelah koreksi pengenceran sangat kecil clan kurva titrasi yang diperoleh sangat landai.

Secara keseluruhan nilai tetapan kestabilan kondisional kompleks (K') tanin turun pada pH yang lebih tinggi. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya dengan metoda lain maka hasil ini bertolak belakang sehingga penggunaan metoda spektrofotometri uv untuk menentukan tetapan kestabilan kondisional kompleks harus dipertimbangkan kembali.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rofino Putera
Abstrak :
Sekarang telah banyak beredar produk herbal daun sirsak yang menyatakan klaimnya sebagai terapi antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan, sebagai salah satu mekanisme antikanker, dari produk herbal daun sirsak dibandingkan dengan ekstrak etanol daun sirsak. Penelitian dilakukan terhadap sampel ekstrak etanol daun sirsak dan tiga produk herbal daun sirsak menggunakan metode DPPH, serta pengujian fitokonstituen tanin di dalam tiap sampel. Hasil penelitian mengungkapkan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun sirsak lebih baik dibandingkan produk herbal. Hasil tersebut terkait dengan kadar tanin yang lebih tinggi pada ekstrak daun sirsak dan kadar ekstrak daun sirsak di dalam tiap produk sampel.
Now many herbs products of soursop leaves claim their products as anticancer therapy. This research?s purpose is to test the antioxidant activity, as one of the anticancer mechanism, of those herbs products of soursop leaves compared with ethanol extract of soursop leaves. Research samples are ethanol extract of soursop leaves and three products of soursop leaves, also tannin of every samples. Results show antioxidant activity of ethanol extract of soursop leaves is higher than herbs products. These are related to higher tannin level in ethanol extract of soursop leaves and level of soursop leaves extract in every herbs products.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Rahayu
Abstrak :
Penelitian di bidang kultur jaringan tanaman menunjukkan bahwa sel-sel dalam kultur kalus dan suspensi sel dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang sama dengan yang terdapat pada tanaman, (Nickel, 1980; Mantel]'& Smith, 1983 dan Pawelka dkk., 1986). Ogutuga dan Nortcote telah berhasil memperoleh salah satu alkaloid yaitu kafein dari kultur jaringan teh (lihat Nickel, 1980). Analisis polifenol dalam kalus dari potongan batang teh, menunjukkan adanya katekin, leukosianin, bila potongan organ tersebut ditanam dalam medium Heller (Forrest, 1969. Salah satu klon teh yang ada di Indonesia dengan sifat tidak rentan terhadap serangan fungi dan berproduksi dengan baik adalah TRI 2025 (Setiawati & Nasikun, 1991). Untuk mengetahui pertumbuhan kalus dari teh (Camellia sinensis (0.) Kuntze) klon TRI 2025 dan kandungan tannin dari potongan daun yang ditanam dalam variasi medium, maka telah dilakukan penanaman potongan daun the (Camellia sinensis) (0). Kuntze) dalam medium, modifikasi Murashige dan, Skoog (MS) dengan penambahan 2,4-D: 1 dan 3 ppm serta kinetin 3 ppm. Produktivitas kalus pada umur 4bulan tertinggi pada medium MS+2;4'-D ,3 ppm (F, ) ; 1,4138 g dan pada P6 : 1,5871 g serta berat kering : 0,3892 g dan 0,4789 'g. Namun kebutuhan nutrient untuk memperoleh kalus yang meningkat sesuai, dengan umur dari 2;3 dan 4 bin adalah medium P6. Kandungan tannin dari 1 g berat basah kalus pada P6 umur 4' bin adalah 0,58030 setiap 1 g berat kering kalus sebesar 0,0917 g. Hal ini tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya dengan rata-rata: 0,4801 g berat basah dan berat kering kalus: 0,,08102 g. Perbandingan antara kandungan tannin pada kalus umur 4 bulan dalam medium P6 sama dengan kandungan tannin dalam daun tanaman induknya baik dari bahan segar: 0,5803 dan 0,58171 g dan bahan kering: 0,0917 g dan 0,0987 g. Dengan demikian kandungan tannin dari semua bahan segar jauh lebih besar 58,2% daripada kandungan tannin dari bahan kering 9,27%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam langkah alternatif memperoleh senyawa metabolit sekunder dari teh.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fadjar Arifin
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Tanin terdapat dalam sejumlah besar tanaman. Tanin bersifat adstringen dan dilaporkan bersifat hepatotoksik pada pemberian secara topikal, parenteral maupun per os. Zat-zat yang bersifat hepatotoksik pada pemberian dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan sirosis. Teh hijau merupakan bahan dasar pembuatan teh wangi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teh, yang mengandung tanin teh, berpengaruh buruk terhadap hati. Untuk itu dibuat ekstrak teh hijau (ETH) dan diberikan per os dengan dosis tinggi pada mencit jantan strain C3H 32 ekor yang dibagi 4 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol, kelompok II diberi ETH 80 mg/kg BB/hari, kelompok III 400 mg/kg BB/ hari dan kelompok IV 2000 mg/kg BB/hari; lama perlakuan 90 hari. Dibuat sediaan potong 5 u dari lobus kiri hati dan diwarnai dengan H.E. Hasil dan Kesimpulan: Pengaruh perlakuan terhadap berat badan mencit diuji dengan sidik ragam satu arah, didapat F hit > F tabel (p < 0,01); analisa korelasi didapat r = -0,422 (p<0,05). Makroskopik hati berwarna merah kehitaman mengkilap. Pada kelompok I dan II tidak ditemukan kelainan mikroskopik hati. Dari kelompok III, pada 3 ekor mencit ditemukan kelainan berupa inti hepatosit piknotik di sekitar v. sentralis, sinusoid dekat v. sentralis sedikit melebar, membran sel tidak tampak jelas, hiperseluler, jaringari ikat antara sel hati tidak bertambah dan pseudolobulus tidak tampak. Pada kelompok IV, seluruh mencit tampak kelainan yang sama dengan_ ke-3 ekor mencit kelompok III. Dengan uji korelasi Kendall didapat S = 216 (p<0,01). Kesimpulannya bahwa ETH yang diberikan per os dengan intubasi esofagus mempengaruhi pertumbuhan berat badan mencit yang tergantung pada besarnya dosis ETH. Juga derajat kerusakan hati berkaitan dengan dosis ETH yang tinggi.
Scope and Method of Study: Tannin is found in a great number of plants. It was reported to be hepatotoxic, either given topically, parenterally or per os. Hepatotoxic substances in long intake can cause liver cirrhosis. Green tea is the basic substance to make jasmine tea in Indonesia. This study is aimed at knowing whether tea, which contains tea tannin, has a bad influence towards liver microscopic patterns. Green tea extract (GTE) was made and given per os with high dosage to 32 male C3H mice, divided into 4 groups. Group I as control group, group II was given GTE at 80 mg/kg body weight, group III given GTE 400 mg/kg and group IV given GTE 2000 mg/kg; duration of treatment is 90 days. A microscopic preparation of 5 u was made from left lobe of the liver and stained with HE. Findings and Conclusions: The influence of treatment to-wards bodyweight is analysed by one way anova resulted in F-count > F-table at p<0.01. Correlation analysis found r = -0,422 (p<0.O5). Macroscopically the livers are bright blackish red. In group I and II no changes found with the light microscope. Three mice of group III, and all of group IV were seen pycnotic in the nuclei of hepatocytes around the central vein, slight dilatation of sinusoid around the central vein, cell membrane not clear, hypercellular, connective tissue between the liver' cells not increased, no pseudolobulus. The Kendall test found S = 216 (p<0.01). The conclusion is that GTE given by esophageal intubation affects the increase of bodyweight of C3H mice and depend on the dosage of GTE. Also the degree of liver destruction correlated to the more given dosage of GTE.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T58502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citta Devi Guntari
Abstrak :
Senyawa tanin merupakan salah satu jenis polifenol yang memiliki aktivitas inhibisi terhadap enzim xanthine oxidase. Enzim ini merupakan senyawa yang berperan dalam pembentukkan asam urat di dalam tubuh. Adanya overproduction asam urat menyebabkan timbulnya keadaan hiperuresemia yang mengakibatkan penyakit nyeri sendi atau pirai. Dalam penelitian ini dilakukan isolasi senyawa tanin dengan menggunakan kromatografi kolom terbuka sebanyak tiga tahap dari ekstrak kasar daun belimbing wuluh. Eluen yang digunakan untuk mengisolasi senyawa tanin adalah campuran metanol: etil asetat: asam asetat. Gelatin ditambahkan untuk memilih fraksi mana yang kaya akan senyawa tanin. Hasil dari isolasi tahap tiga yang mengandung tanin diuji aktivitas inhibisinya terhadap xanthine oxidase dan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Dari hasil uji inhibisi diperoleh aktivitas inhibisi sebesar 40,56% untuk hasil isolasi ketiga, 31,54% untuk ekstrak kasar, 33,17% untuk obat herbal komersial dan 56,93% untuk allopurinol. Dari kromatogram HPLC didapatkan bahwa ekstrak kasar, hasil isolasi I, II dan III mengandung senyawa tanin diantaranya ellagitanin, gallotanin, proanthocyanidin. Hasil FTIR juga menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung di dalam hasil isolasi adalah benar senyawa tani yang ditunjukkan oleh bilangan gelombang disekitar 1700 cm-1 dan 1500-1600 cm-1 yang merupakan bilangan gelombang gugus C=O dan C=C. ......Tannin is a polyphenol with inhibitory activity towards Xanthine Oxidase Enzyme which is a compound that plays a role in the formation of uric acid in the body. The overproduction of uric acid causes a state called hyperuricemic that leads to gout or rheumatism. This research isolate tannin compounds using open column chromatography for three times from crude extract of star fruit leaves. Eluent used to isolate tannin is mixture of methanol: ethyl acetate: acetic acid. Gelatin is added to select the fraction that rich of tannin. The result form third isolation step that contains tannin is assessed the inhibitory activity of xanthine oxidase. It is analyzed qualitative using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) and Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). The inhibition percentage of third isolation sample is 40,56%, 31,54% for crude extract, 33,17% for commercial herbal medicine, and 56,93% for allopurinol. HPLC chromatogram shows that crude extract, positive fraction of first, second and third isolation contain tannin which are ellagitannic acid, gallotanic acid, proanthocyanidin. FTIR result also show that containing compound in crude extract and third isolation sample is ellagitannic acid which is shown from wave number at about 1700 cm-1 and 1500-1600 cm-1 which are the wave number of C=O and C=C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Rifandi Laurens
Abstrak :
Produksi berlebih dan kurangnya ekskresi asam urat dalam tubuh dapat menyebabkan hiperurisemia. Xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam mengkatalisis oksidasi hipoxantin dan xantin menjadi asam urat.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tanaman obat yang memiliki aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase serta identifikasi golongan kandungan kimianya. Metode yang digunakan menguji aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase adalah Continous Spectrophotometric Rate Determination. Serbuk simplisia diekstrak dengan cara refluks menggunakan pelarut etanol 80%. Dengan uji aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase didapatkan ekstrak yang aktif yaitu ekstrak akar sidaguri (Sida rhombifolia), ekstrak kulit batang nyamplung (Callophylum inophyllum), dan ekstrak daun gandarusa (Justicia gendarussa) yang mempunyai nilai IC50 berturut-turut 1622 ppm, 2832 ppm, dan 5824, 49 ppm. Dari hasil uji kinetika enzim diketahui bahwa ekstrak akar sidaguri mempunyai aktivitas penghambatan kompetitif. Identifikasi kimia pada ekstrak sidaguri menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Pada ekstrak kulit batang nyamplung mengandung flavonoid, tanin, dan saponin, sedangkan pada ekstrak daun gandarusa menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan antrakuinon.
Overproduction and excessive excretion of uric acid in the body can cause hyperuricemia. Xanthine oxidase is an enzyme that plays a role in catalyzing the oxidation hypoxanthine and xanthine into uric acid. The purpose of this study is to find medicinal plants which have inhibited the enzyme xanthine oxidase activity and identification the chemical contain. The method used to test the inhibitory activity of the enzyme xanthine oxidase is a Continous Spectrophotometric Rate Determination. The simplisia powder was extracted by reflux using 80% ethanol solvent. By testing the enzyme xanthine oxidase inhibitory activity obtained an active extract, that is sidaguri (Sida rhombifolia) root extract, nyamplung (Calophyllum inophyllum) bark extract, and gandarusa (Justicia gendarussa) leaf extract with IC50 values 1622 ppm, 2832 ppm, and 5824,49 ppm. The kinetics results are known to sidaguri root extract have a competitive inhibitory activity. Chemical identification in sidaguri root extract is showed alkaloids, flavonoids, tannins, and saponins. Nyamplung bark extract is contain flavonoids, tannins, and saponins, while gandarusa leaf extract showed alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, and anthraquinone.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33203
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library