Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sandra Monica
"ABSTRACT
Kebutuhan akan furfural meningkat setiap tahunnya, namun masih sedikit pabrik yang memproduksi furfural. Produksi furfural dapat ditingkatkan salah satunya dengan mengoptimasi waktu retensinya. Waktu retensi dipengaruhi oleh laju reaksi pembentukan, yang dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut mengenai konstanta laju reaksi pembentukan furfural berbasis TKKS. Di penelitian ini, TKKS dihidrolisis dengan menggunakan katalis H2SO4 dan diberi variasi suhu 170oC, 180oC, 190oC serta diberi variasi waktu, yaitu 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit, 35 menit, 40 menit, dan 45 menit. Kondisi optimum pada penelitian dicapai pada suhu 170oC pada waktu 35 menit. Konstanta laju reaksi yang didapatkan pada suhu 170oC, 180oC dan 190oC untuk pembentukan furfural berturut-turut adalah 0,034 s-1; 0,042 s-1 dan 0,02 s-1. Konstanta laju reaksi untuk pembentukan decomposition product adalah 0,009 s-1; 0,067 s-1 dan 0,039 s-1. Pada penelitian ini energi aktivasi yang ditentukan untuk pembentukan furfural dan pembentukan decomposition product berturut-turut adalah -44.629,6 J/mol dan 126.606 J/mol.

ABSTRACT
The need for furfural increases every year, but still a little factory producing furfural. Furfural production can be increased either by optimizing the retention time which in this study done by determining the reaction rate constant of furfural formation from TKKS. In this study, TKKS hydrolysed using H2SO4 catalyst and by variations in temperature of 170oC, 180oC, 190oC and given the variation of time, which are 5 min, 10 min, 15 min, 20 min, 25 min, 30 min, 35 min, 40 min, and 45 minute. The optimum conditions in the study achieved at a temperature of 170oC in 35 minutes. Reaction rate constants for furfural formation obtained at a temperature of 170oC, 180oC and 190oC respectively 0,034 s-1; 0,042 s-1 dan 0,02 s-1. Meanwhile, the reaction rate constants for decomposition product formation at a temperature of 170oC, 180oC and 190oC respectively 0,009 s-1; 0,067 s-1 dan 0,039 s-1. In this study, the activation energy used for furfural formation and decomposition product respectively are -44.629,6 J/mol and 126.606 J/mol."
2016
S63730
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Widyharto Ajiwibowo
"Hydrothermal treatment (HTT) is recognized as one of the promising thermochemical pre-treatments for biomass energy. It provides a low energy requirement and an elimination of pre-drying. Furthermore, water washing method for the treated biomass is also employed. One of the most promising biomass candidate, is the empty fruit bunch (EFB), due to the large yearly production in Indonesia. In this paper, the quality of hydrochars derived from EFB is assessed of its quality as solid fuel. Raw EFB is thermo-chemically treated by employing hydrothermal treatment. Moreover, its characteristics in regards to grindability is also studied. The study suggests that the commercial scale HTT produces a solid fuel with a high heating value (HHV) of similar value to Indonesian coal. In addition, it has lower ash content than the parent biomass, which reduces the probability of slagging and fouling in boilers. Furthermore the particle size distribution profile also suggested better characteristics than the parent biomass and also some types of coal.

Hydrothermal Treatment(HTT) diakui sebagai salah satu dari perlakuan termo-kimia yang menjanjikan untuk energi biomassa. Teknologi ini memiliki kebutuhan energi yang rendah dan menghilangkan proses pengeringan. Selanjutnya, metode water washing untuk biomassa yang diolah juga digunakan. Salah satu kandidat biomassa yang paling menjanjikan, adalah tandan kosong kelapa sawit (EFB), karena volume produksi besar tahunan di Indonesia. Dalam tulisan ini, kualitas hidrokarbon yang berasal dari EFB dinilai kualitasnya sebagai bahan bakar padat. Bahan baku EFB diberlakukan termo-kimia yang dilakukan dengan menggunakan perawatan hidrotermal. Selain itu, karakteristik dalam hal grindability juga dipelajari. Studi ini menunjukkan bahwa dalam skala komersial, HTT menghasilkan bahan bakar padat dengan nilai kalor tinggi (HHV) dari nilai yang sama dengan batubara Indonesia. Selain itu, ia memiliki kandungan abu yang lebih rendah daripada biomassa awalnya, yang mengurangi kemungkinan slagging dan fouling dalam furnace. Selanjutnya profil distribusi ukuran partikel juga menyarankan karakteristik yang lebih baik daripada biomassa induk dan juga beberapa jenis batubara."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoana Emilio
"Jamur pelapuk putih (JPP) digunakan sebagai biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan karena kemampuannya menghasilkan enzim ligninolitik yang dapat mendegradasi lignin pada tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Limbah padat TkKS jumlahnya melimpah, dan sampai saat ini belum dimanfaatkan ,secara optimal sehingga mengganggu lingkungan dan menjadi sumber penyebaran hama dan penyakit diperkebunan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan memperoleh jenis isolat JPP unggul serta kondisi optimal pengomposan TKKS sehingga diperoleh hasil kompos dengan waktu yang lebih singkat serta memenuhi standar. TKKS steril kadar air ± 60% tanpa atau dengan penambahan dedak 15% (b/b), kotoran ayam 25% (b/b) atau disiram setiap hari dengan limbah cair kelapa sawit (LCKS) 0,01% (v/b). Setelah diinokulasi dengan JPP, media TKKS diinkubasikan pada temperatur kamar selama 6 minggu dan secara periodik diamati pertumbuhan miselium secara visual serta pH media, kadar air, lignin, selulosa, dan rasio C/N. Enam jenis isolat JPP yang diuji yaitu Pholiota sp., lmplery sp., dan Agray/ie sp, Ganoderma boninense, isolat K-14 dan A-1 serta dibandingkan dengan I I biodekomposer komersial (Orgadec). Pada seluruh perlakuan baikiyang tanpa atau dengan penambahan dedak atau kotoran ayam terjadi penurunan rasio C/N. Rendahnya rasio C/N pada pengomposan dengan penambahan kotoran ayam lebih disebabkan karena r:neningkatnya konsentrasi N yang .. berasal dari bahan organik kotoran ayam. Pengomposan TKKS dengan penyiraman LCKS setiap hari menghambat pertumbuhan miselium JPP isolat .. Pho/iota sp dan menginduksi terbentuknya badan buah. Pengomposan TKKS dengan JPP tanpa penambahan nutrisi memberikan hasil yang cukup baik bahkan pada beberapa isolat lebih baik dibanding pengomposan dengan Orgadec. Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan miselium, penurunan I I kadar ligilin dan rasio C/N, isolat JPP te~baik untuk pengomposan TKKS . \ adalah Pho/iota sp., lmplery sp., dan A-1. '.Dekomposisi TKKS dengan isolat \ Pho/iota sp dan lmplery sp pad a minggu ke-4 menghasilkan C/N rasio sebesar 18,7 - 22,8%, sedangkan isolat A-1 mempunyai C/N rasio pad a minggu ke-2 sebesar 15,2% yang menunjukkan bahwa kompos cukup matang dan sesuai baku kompos menurut SNI"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica
"Jumlah limbah biomassa yang melimpah dan belum termanfaatkan secara optimal menjadi alasan utama untuk dilakukan pirolisis menghasilkan senyawa furfural yang bernilai tinggi. Jerami padi dan tandan kosong kelapa sawit memiliki potensi yang besar dari segi jumlah dan komposisi, dimana kedua limbah ini mengandung >50% kandungan selulosa dan hemiselulosa. Pada penelitian ini, pirolisis campuran jerami padi dan tandan kosong kelapa sawit dilakukan untuk meneliti efek campuran terhadap produksi furfural. Hal ini dilakukan untuk mencapai suatu teknik pengolahan limbah yang lebih efisien, dimana tidak diperlukan adanya pemisahan jenis biomassa terlebih dahulu sebelum dipirolisis. Penelitian ini melakukan analisis produk senyawa furfural dengan kondisi operasi laju alir gas inert 85-90 mL/menit, variasi suhu 450-550°C, variasi rasio biomassa bermassa total 2,5 gram. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa pirolisis campuran menghasilkan konversi, jumlah produk, serta energi aktivasi yang tidak berbeda secara signifikan (<15%) jika dibandingkan dengan pirolisis biomassa murni. Selain itu, didapatkan pula bahwa pirolisis biomassa selesai pada menit ke-35. Pirolisis yang menghasilkan produk tertinggi didapatkan pada suhu 500°C.

High availability of biomass waste that is not yet utilized can be pyrolyzed into the valuable furfural. Rice straw and oil palm empty fruit bunch have huge potential due to their amount and composition, in which both biomasses contain more than 50% of cellulose and hemicellulose. This work aims to investigate the effects of pyrolizing biomasses mixture to produce furfural, therefore creating a more flexible process of waste treatment using pyrolysis without waste segregation. This research is done to analyse the furfural produced by pyrolysis with inert gas flowrate between 85-90 mL/minute, variation of biomasses mass rasio up to a total of 2.5 gram, and variation of operating temperature from 450-550°C. The results show that co-pyrolysis of biomass mixture does not affect the conversion, furfural mass, and activation energy significantly (<15%), compared to individual biomass pyrolysis. Furthermore, the research shows that pyrolysis does not undergo significant mass reduction after 35 minutes. The optimum temperature for the production of furfural is 500°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Muthia
"Penelitian berupa peningkatan kualitas bio-oil dengan bahan baku tandan kosong kelapa sawit merupakan sebuah kontribusi untuk merealisasikan pemanfaatan biooil sebagai bahan bakar alternatif. Hingga saat ini, terdapat beberapa kendala yang menghalangi penggunaan bio-oil di tengah masyarakat, yaitu rendahnya nilai heating value, tingginya tingkat keasaman, korosif, dan tidak stabilnya produk. Permasalahan tersebut bersumber dari tingginya kandungan senyawa oksigenat di dalam bio-oil.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bio-oil dengan kadar oksigenat yang lebih rendah. Dalam penelitian ini, digunakan metode fast pyrolysis pada temperatur 550o C, dengan empat perlakuan, yaitu produksi bio-oil tanpa katalis, dengan katalis RCC komersial, dengan katalis zeolit alam lampung teraktivasi, dan dengan katalis nanokristal ZSM-5 yang disintesis di laboratorium.
Dari hasil sintesis katalis tidak terbentuk kristal SiO2, Al2O3, dan kristal mineral zeolit tertentu sehingga diperoleh beberapa evaluasi dari sintesis yang dijalankan. Produk bio-oil memiliki properti fisik dan kimia yang berbeda satu sama lain. Katalis zeolit terbukti mampu mereduksi senyawa oksigenat. Selain itu, katalis tersebut meningkatkan sejumlah kadar fenol yang mampu menaikkan nilai heating value.
Secara berurutan, kandungan senyawa oksigenat dan fenol pada bio-oil tanpa katalis, dengan RCC komersial, dengan ZAL teraktivasi, dan dengan katalis sintesis adalah 42,48% dan 10,74%; 31,79% dan 29,1%; 33,26% dan 26,49%; serta 36,09% dan 22,94%. RCC komersial merupakan katalis yang memberikan produk bio-oil terbaik dengan penurunan senyawa oksigenat. Hal ini disebabkan karena kekuatan kristal yang lebih baik dibandingkan katalis zeolit alam teraktivasi dan katalis yang disintesis di laboratorium.

Research in increasing quality of bio-oil with empty fruit bunch of palm as raw materials was a contribution to realize the utilization of bio-oil as an alternative fuel. There were several obstacles that inhibit the use of bio-oil, namely low heating value, high levels of acidity, corrosive, and unstable products. Those problem were due to the high content of oxygenate compounds in the bio-oil.
Purpose of the research is to get bio-oil product with less oxygenate compounds. This study uses methods of fast pyrolysis at 550o C, with four treatments: production of bio-oil without catalyst, with commercial RCC, with activated lampung zeolite catalyst, and with nanocrystal ZSM-5 catalyst synthesized in the laboratory.
Synthesis catalyst did not form crystal SiO2, Al2O3 and specific zeolite mineral, so it brings some evaluations. Bio-oil products have different physical and chemical properties. Zeolite catalyst can reduce oxygenate compounds. Besides, it is able to increase phenol quantity that makes effect for increasing of heating value.
Sequentially, oxygenates and phenol content in bio-oil produced without catalyst, with commercial RCC, with activated lampung zeolite catalyst, and with nanocrystal ZSM-5 catalyst synthesized are 42.48% and 10.74%; 31.79% and 29.1%; 33.26% and 26.49%; 36.09% and 22.94%. Commercial RCC gives best quality bio-oil with less oxygenates. It is caused by better crystalline strength compared with activated lampung zeolit catalyst and synthesized catalyst at laboratory.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1536
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Varianto
"Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi hidrogen melalui proses steam reforming bio-oil dari tandan kosong kelapa sawit dengan katalis Ni-Ce/La2O3-γAl2O3. Penelitian ini menggunakan variasi rasio cerium terhadap nikel (Ce/Ni) pada katalis, yaitu sebesar 0,25; 0,5; 0,75; dan 1,00. Steam reforming dilakukan dengan fixed bed reactor pada suhu 700oC dengan tekanan atmosferik. Bio-oil yang digunakan merupakan bio-oil aqueous fraction dengan rumus empirik CH1,47O0,27. Senyawa yang paling banyak dikandung dalam bio-oil yang digunakan adalah asam asetat dan fenol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katalis Ni-0,25Ce mampu menghasilkan yield hidrogen tertinggi dan karbon terdeposisi terendah. Yield hidrogen tertinggi yang dicapai katalis Ni-0,25Ce adalah 18,53% pada menit ke-10 sedangkan karbon terdeposisi yang dicapai katalis Ni-0,25Ce adalah sebesar 0,0959 gram. Semakin banyak loading cerium dari suatu katalis akan mengurangi yield hidrogen karena luas permukaan inti aktif semakin berkurang karena dispersi nikel yang rendah.

This research has a purpose to produce hydrogen by steam reforming of bio-oil from empty fruit bunch with Ni-Ce/La2O3- γAl2O3 catalyst. Variation used in this research is cerium to nickel ratio (Ce/Ni) = 0,25; 0,5; 0,75; dan 1,00. Steam reforming is operated in a fixed bed reactor with 700oC temperature and atmospheric condition. Bio-oil used is bio-oil aqueous fraction with CH1,47O0,27 as its empirical formula. Major components contained inside bio-oil aqueous fraction are acetic acid and phenol. The results of this research shows that Ni-0,25Ce catalyst can produce hidghest hydrogen yield until 18.53% in minute 10. Moreover, deposited carbon resulted by Ni-0,25Ce is 0.0959 gram. The more cerium contained in a catalyst can lead to the decreasing of hydrogen production due to the decreasing of specific surface area because of low disperse of nickel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effendy Sutanto
"Kebutuhan furfural di dalam negeri terus meningkat jumlahnya. Furfural banyak digunakan sebagai pelarut dalam industri minyak bumi, pembuatan pelumas, nilon, furfuril alkohol, tetrahidrofuran, industri farmasi herbisida, dan aplikasi pada pewangi. Sampai saat ini kebutuhan furfural di dalam negeri diperoleh melalui impor terutama dari China yang merupakan produsen furfural terbesar di dunia yaitu sekitar 72% produksi furfural dunia. Hal inilah yang mendasari pertimbangan didirikannya pabrik furfural di Indonesia. Dalam perancangan pabrik furfural ini, digunakan bahan baku berupa tandan kosong kelapa sawit karena kandungan hemiselulosa yang cukup tinggi yaitu ± 30%, dan juga ketersediaannya yang melimpah di Indonesia yang mencapai 36,85 juta ton pada tahun 2014. Dengan batasan masalah payback period dibawah 5 tahun, dan nilai IRR di atas nilai MARR yaitu 14%, dilakukan simulasi menggunakan software Superpro Designer Academic License. Hasil simulasi menunjukkan kelayakan pabrik dicapai pada kapasitas produksi furfural 790,31 ton/tahun, dengan nilai ROI 21,64% dan NPV US$ 3.978.000.

The domestic necessity of furfural increases day by day. Furfural is mostly used for solvent in petroleum industry, the manufacture of lubricants, nylon, furfuryl alcohol, tetrahydrofuran, herbicide pharmacy industry, and application on fragrance. So far, the domestic necessity of furfural is acquired by import, especially from China, which is the largest furfural manufacturer that is to say approximately 72% furfural production of the world. This fact underlies a consideration establishing furfural plant in Indonesia. In this scheme of furfural plant, it uses raw material that is called oil palm empty fruit bunches. Oil palm empty fruit bunches is chosen because of containing high level of hemicellulose, which is about 30%, and its abundant availability in Indonesia, which reaches 36,85 million ton in 2014 as well. Simulation is conducted by using Superpro Designer Academic License Software with scope of research payback period under 5 years and IRR value above MARR (14%). This simulation has shown that the eligibility of plant reaches with 790,31 tons/year furfural capacity production, and ROI value 21,64% and NPV US$ 3.978.000.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Putra Syahrudin
"Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) mengandung serat selulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun komposit. Penambahan carbon nanotube pada komposit diketahui melalui banyak penelitian dapat meningkatkan sifat mekanik. Pada penelitian ini dilakukan penambahan carbon nanotube pada komposit serat TKKS dengan matriks epoksi. Bentuk serat divariasikan menjadi chopped strand, chopped strand mat, dan woven rovings. Untuk meningkatkan kompabilitas, fungsionalisasi dan perlakuan carbon nanotube dilakukan dengan metode mild acid oxidation dengan menggunakan asam nitrat yang dilanjutkan dengan hidrogen peroksida. Silane coupling agent digunakan untuk meningkatkan ikatan antar komponen dalam material komposit. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah peningkatan modulus Young material komposit sesuai dengan penambahan 0,5% (%massa) CNT dan modifikasi serat strand, fiber mat, woven rovings sebesar 10,98%, 38,90%, dan 62,29% relatif terhadap komposit tanpa penambahan CNT. Komposit 0,5% CNT dan 40% serat TKKS woven rovings yang dihasilkan memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi bumper mobil dengan nilai modulus Young sebesar 6,80 GPa.

Empty palm oil fruit bunch is the side product of palm oil cultivation which contains cellulose fiber. Cellulose fiber is usually used as the composite reinforcement. The addition of carbon nanotube in composite has been known that increase mechanical properties from many researches. In this research, carbon nanotube is added to the composite material which has epoxy as its resin and empty palm oil fruit bunch fiber as the reinforcement. The fiber form is variated to chopped strand, chopped strand mat, and woven rovings. To increase the compability, a functionalization of carbon nanotube in mild acid oxidation method with nitric acid and continued by hydrogen peroxide is performed. Silane coupling agent is used to strengthen the bond of composite components. The result obtained from this research is the increasing of composite materials? Young modulus as the addition of 0.5% (%mass) CNT and woven rovings fiber modification which equals 10.98%, 38.90%, 62.29% relative to the composite without CNT addition. The composite with 0.5% CNT and 40% woven rovings fibber has a chance to be developed into car bumper with 6,80 GPa Young modulus.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hamidi
"Penghematan energi dan upaya mencari bahan bakar alternatif yang terbarukan seperti bioetanol perlu dilakukan saat ini. Produksi bioetanol dapat ditingkatkan diantaranya dengan mengoptimasi temperatur fermentasi dan waktu retensiya. Waktu retensi dipengaruhi oleh laju reaksi pembentukan, yang dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut mengenai konstanta laju reaksi pembentukan bioetanol. Pada penelitian ini akan diproduksi bioetanol berbasis tandan kosong sawit TKS. TKS terlebih dahulu didelignifikasi untuk menghilangkan kandungan ligninnya, kemudian TKS tersebut dikonversi menjadi bioetanol dengan menggunakan metode Simultaneous Saccharification and Fermentation SSF. Pada proses ini, suhu reaksi divariasikan yaitu 30, 33, dan 35 agar diperoleh suhu terbaik, dengan pengambilan sampel setiap 24 jam selama 4 hari. Kondisi terbaik pada penelitian dicapai pada suhu 30 dengan waktu sakarifikasi dan fermentasi selama 24 jam. Koefisien kinetika yang diperolah pada kondisi terbaik tersebut yaitu maximum spesific growth reaction rate ?max = 0,008 h-1; monod constant Ks = 0,005 g/dm3; specific natural death constant Kd = 0,011 h-1; dan cell maintenance constant m = 0,457 h-1.

It is necessary for energy savings as well as searching for alternative renewable fuels, such as bioethanol. Bioethanol production could be improved such as by optimizing the fermentation temperature and retention time. The retention time is influenced by the rate of reaction formation, which in this study will be further examined on the reaction rate constant formation of bioethanol. In this research, bioethanol will be produced from oil palm empty fruit bunches EFB. Empty fruit bunches of oil palm EFB will undergo delignification process to remove its lignin content, then cellulosic rich oil palm empty fruit bunches EFB will then be converted into bioethanol using Simultaneous Saccharification and Fermentation SSF method. In this process, the reaction temperature variation 30, 33, and 35 performed to determine the optimum temperature, with sampling every 24 hours for 4 days. The optimum conditions in the study achieved at a temperature of 30 C in 24 hour of sacarification and fermentation. Meanwhile, the kinetic coefficients achieved in this optimum condition are maximum spesific growth reaction rate max 0,008 h 1 monod constant Ks 0,005 g dm3 specific natural death constant Kd 0,011 h 1 and cell maintenance constant m 0,457 h 1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ega Adi Surya
"ABSTRAK
Hingga saat ini, pemenuhan 97 kebutuhan energi berupa bahan bakar cair masih dipenuhi oleh minyak bumi. Biofuel generasi kedua, alternatif energi yang berasal dari biomassa lignoselulostik, diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif energi pengganti energi fosil. Penelitian ini menganalisis kelayakan investasi dari pabrik produksi enzim selulase dari tandan kosong sawit TKS sebagai bahan baku penunjang produksi bioetanol generasi kedua. Pabrik akan dibangun di daerah Cilegon, dengan masa usia proyek 15 tahun dan ditargetkan untuk mampu memenuhi 1 market share. Penelitian ini membandingkan tiga macam proses pra-perlakuan, yaitu basa, steam explosion, dan asam basa. Simulasi proses produksi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SuperPro Designer untuk memperoleh data neraca massa, energi, dan parameter keekonomian. Simulasi menunjukkan produksi enzim selulase dengan metode pra-perlakuan basa pada TKS sebagai alternatif terbaik dengan nilai konversi tertinggi sebesar 3 dan parameter profitabilitas berupa NPV, IRR, PBP, dan ROI sebesar USD 7.118.000, 14,61 , 4,84 tahun, dan 20,67 secara berurutan pada harga jual enzim sebesar USD 200/kg. Alternatif lain dengan metode pra-perlakuan steam explosion dan asam basa memiliki nilai konversi yang lebih rendah, yaitu 0,8 dan 2,1 secara berurutan, dengan nilai parameter profitabilitas negatif.

ABSTRACT
97 of world rsquo s liquid energy demand is fulfilled by petroleum, an unrenewable source of energy that deplete every year. Second generation biofuel, an alternative energy from lignocellulosic biomass, is one solution to reduce petroleum consumption. This study is aim to analyze investment feasibility of cellulase enzyme production using oil palm empty fruit bunches OPEFB as supporting materials to produce second generation bioetanol. The plant will be built in Cilegon with project lifetime of 15 years and targeted to fulfill 1 of Indonesia rsquo s cellulase rsquo s market share. This study compare three pretreatment process alkaline, steam explosion, and sequential acid alkaline. SuperPro Designer simulator is used to get the plant rsquo s mass and energy balance and economic parameter. This study show that cellulase production with alkaline pretreatment of OPEFB give the best conversion 3 with profitability parameter such as NPV, IRR, PBP, and ROI of USD 7,118,000 14.61 4.84 years and 20.67 respectively with enzyme selling price of USD 200 kg. The steam explosion and acid alkaline pretreatment give lower conversion 0.8 and 2.1 respectively and negative profitability values."
2017
S67760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>