Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Ratna Nurhajarini
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2015
595.388 DWI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maulia Rizky Dheanisa
Abstrak :
Udang merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi dengan nilai pasar global dan meningkat di luar negeri. Dengan demikian, produksi udang terus meningkat. Produksi udang di Kabupaten Indramayu pada tahun 2017 adalah 191.919,41 ton. Hal ini menjadikan Kabupaten Indramayu sebagai produsen udang terbesar di Jawa Barat (BPS, 2017). Sementara itu, Mangrove adalah daerah yang memiliki kontribusi tinggi. Ekosistem mangrove memiliki keterkaitan dengan produktivitas tambak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai produktivitas udang di Kabupaten Indramayu dan pengaruhnya terhadap ekosistem mangrove di Kabupaten Indramayu di wilayah tersebut. Metode yang digunakan untuk mengubah identifikasi hutan bakau adalah citra Landat 8 kemudian dilanjutkan dengan pita komposit 564 dan NDVI (Normalized Difference Vegetationation Index) dengan jarak 1 Km, 2 Km, dan 3 Km dari mangrove. Selanjutnya, hasil wawancara digunakan untuk mengetahui nilai produktivitas udang. Analisis data dihitung melalui metode regresi untuk melihat hubungan kedekatan antara produktivitas udang dan bakau. Hasil regresi antara jarak mangrove dan produktivitas menghasilkan dengan nilai R Square sama dengan 71,7%. Hasil ini menunjukkan hubungan positif antara produktivitas udang dan ekosistem bakau.
Shrimp is one of the agricultural commodities that have high economic value with a global market value and increase abroad. Thus, shrimp production continues to increase. Shrimp production in Indramayu Regency in 2017 was 191,919.41 tons. This makes Indramayu Regency the largest shrimp producer in West Java (BPS, 2017). Meanwhile, Mangroves are areas that have a high contribution. Mangrove ecosystems have a relationship with pond productivity. This study aims to analyze the value of shrimp productivity in Indramayu Regency and its effect on mangrove ecosystems in Indramayu Regency in the region. The method used to change the identification of mangrove forests is Landat 8 image then followed by composite tape 564 and NDVI (Normalized Difference Vegetationation Index) with a distance of 1 Km, 2 Km, and 3 Km from the mangrove. Furthermore, the results of the interview are used to determine the value of shrimp productivity. Data analysis was calculated using the regression method to see the close relationship between shrimp and mangrove productivity. The results of the regression between the distance of mangroves and productivity produce with the value of R Square equal to 71.7%. These results show a positive relationship between shrimp productivity and mangrove ecosystems.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Soedjiarti
Abstrak :
Udang windu (Penaeus monodon Febr.) merupakan salah satu komoditi ekspor non migas disektor perikanan yang cukup penting. Kematian udang di tambak secara sedikit demi sedikit atau secara masal yang disebabkan antara lain oleh adanya parasit yang suatu saat dapat menimbulkan penyakit, merupakan salah satu penyebab menurunnya produksi maupun mutu. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui jenis parasitnya, sehingga dapat diambil langkah-langkah selanjutnya untuk pencegahannya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis ektoparasit yang terdapat pada udang windu di daerah pertambakan Kemsl Muara dan mengetahui distribusinya pada bagian tubuh udang. Pengambilan sampel udang dilakukan dengan metode cluster random sampling pada dua stasiun yang ditetapkan. Pemeriksaan ektoparasit dilakukan terhadap 180 ekor sampel udang windu, dengan memeriksa eksoskeleton bagian tubuh (carapax, abdomen, extremitas, uropod) dan insang. Untuk mengetahui distribusi ektoparasit pada bagian-bagian tubuh dilakukan analisis data dengan menghitung frekuensi kehadiran masing-masing jenis. Dari hasil identifikasi diketahui terdapat 5 genera ektoparasit yaitu: Acineta, Bopyrid, Epistylis, Lagenidium den Zoothamnium. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Epistylis, Lagenidium dan Zoothemnium cenderung memiliki frekuensi kehadiran tertinggi di semua bagian tubuh dan insang.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Sistem tambak udang tradisional di Jawa Timur lebih banyak dibandingkan semi intensif . Sistem budidaya tradisional produktivitas sekitar 200 kg/ha ,sedangkan semi intensif ,bisa mencapai 7.000 kg/ha....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Syafril Brahim
Abstrak :
Budidaya udang di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1972. Lokasi tambak letaknya tidak jauh dan "Kota besar". Dalam penelitian ini adalah Jakarta, Bogor, Bandung dan Cirebon. Pada PELITA IV pemerintah mencanangkan untuk meningkatkan hasil pangan dan gizi masyarakat, yang mana salah satu peningkatan bidang pangan ini adalah peningkatan bidang perikanan dan hasil laut lainnya. Hal ini tercermin dengan Kenaikan konsumsi per kapita dari bidang perikanan dan kenaikan nilai ekspor udang niaga Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai garis pantai kurang lebih 81 000 kilometer (Soegiarto, 1978) yang sangat potensial untuk budidaya tambak udang. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui perkembangan wilayah tambak udang di Kabupaten Karawang , Jawa Barat Tahun 1980 sampai dengan tahun 1985. Masalah yang ingin diketahui adalah 1. Bagaimana perkembangan luas tambak udang di kecamatan kecamatan yang diteliti di kabupaten Karawang, tahun 1980-1985 ? 2. Bagaimana hubungan kesembilan faktor , yang mempengaruhi perkembangan Was tambak udang di kabupaten Karawang, Jawa Barat tahun 1980-1985 ? 3. Bagaimana hubungan kwalitas wilayah tambak udang dan perkembangan luas tambak udang yang terbesar (dalam hektar) per Kecamatan di kabupaten Karawang, Jawa Barat tahun 1980-1985? Hipotesa penelitian ini adalah, perkembangan wilayah tambak udang yang terbesar terdapat di wilayah yang mempunyai angka salinitas mendekati 3Ô per mil dan drainase yang baik. Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai benikut: Perkembangan adalah adanya pertambahan dan pengurangan faktor tertentu dari tahun 1980 - 1985. Kwalitas tambak udang yang baik adalah wilayah tambak udang dengan jumlah matrik nilai yang terbesar per kecamatan. Tambak udang adalah tambak yang benihnya adalah benih udang dan iRan. Tambak yang menghasilkan ikan dan udang ini disebut dengan tambak udang. Tambak adalah kolam dengan air berkadar garam tertentu dan letaknya di tepi pantai. Sembilan faktor yang mempengaruhi perkembangan tambak udang adalah buruh tambak; Jumlah penyuluh; Tempat pelelangan ikan; pembibit benih udang; sarana perhubungan; saluran irigasi korelasi antar peta dan analisa statistik adalah: -Perkembangan luas tambak udang di tiap Kecamatan tidak sama. Perkembangan luas tambak udang yang terbesar tedapat di kecamatan Batujaya dan kecamatan Pedes. - Faktor yang mempengaruhi perkembangan luas tambak udang di tiap kecamatan tidaK sama. Faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan luas tambak udang di kecamatan-kecamatan yang diteliti tahun 1980-1985 adalah faktor penyuluh dan saluran irigasi tambak udang. - Hubungan kwalitas tambak udang dengan penkernbangan luas tambak udang adalab positip dan mempengaruhi. Kwalitas tambak udang yang baik terdapat di kecamatan di kecamatan Batujaya dan kecamatan pedes. Kwalitas tambak yang sedang tendapat di kecamatan tempuran dan kecamatan cilamaya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rahayu Pujiastuti
Abstrak :
ABSTRACT
Indonesia merupakan negara dengan produktivitas tambak udang tertinggi yakni sebesar 267 kg/ha pada tahun 2012. Potensi yang besar tersebut menyebabkan Indonesia menerapkan budidaya tambak udang semi intensif, dengan memanfaatkan luas sekecil mungkin dan padat penebaran sebesar mungkin. Budidaya tersebut akan menghasilkan air limbah dengan kadar amonia dan nitrat yang tinggi yang berasal dari sisa pakan dan kotoran udang. Kadar amonia dan nitrat pada air tambak udang dapat diolah menggunakan teknologi bioflok dengan bantuan Effective Microorganisms 4 (EM4). Penelitian ini dilaksanakan selama 31 hari dalam skala laboratorium menggunakan akuarium berukuran 40 cm x 25 cm x 30 cm yang berisikan 15 liter air tambak dan udang sebanyak 20 ekor, dengan variasi konsentrasi EM4 3 ml/l, 5 ml/l, dan 7 ml/l. Berdasarkan uji statistik dengan Independet t-test perbandingan variasi konsentrasi EM4 3ml/l dengan 5 ml/l dan EM4 5 ml/l dengan 7 ml/l menghasilkan perbedaan yang tidak signifikan sedangan perbandingan konsentrasi EM4 3 ml/l dengan 7 ml/l menunjukkan perbedaan yang signifikan sehingga kedua konsentrasi tersebut dapat dikomparasikan. Persentase penurunan rata-rata amonia untuk pemberian konsentrasi EM4 3 ml/l, 5 ml/l, dan 7 ml/l masing-masing 74,079%, 84,161% dan 88,864%. Sedangkan persentase penurunan nitrat pemberian konsentrasi EM4 3 ml/l, 5 ml/l, dan 7 ml/l masing-masing 68,429%, 72,579% dan 83,650%.
ABSTRACT
Indonesia is a country has a high shrimp farms production, as many as 267 kg/ha in 2012. That great potential caused Indonesia to apply semi-intensive shrimp aquaculture, by utilizing the smallest area with the highest stocking rate. The shrimp farms generates wastewater which contained high levels of ammonia and nitrate from feed residue and dirt shrimp. Ammonia and nitrate levels in wastewater shrimp farms can be processed using biofloc technology by helping Effective Microorganisms 4 (EM4). This research was carried in 31 days with laboratory scale using an aquarium measuring 40 cm x 25 cm x 30 cm containing 15 liters water in ponds and shrimp as many as 20 shrimps, with the variations of EM4 consentrations, which is 3 ml/l, 5 ml/l, and 7 ml/l. Based on the statistical test by Independent t-test, comparison of various concentration EM4 3ml/l with 5 ml/l and EM4 5 ml/l and 7 ml/l resulted in not significant difference while the comparison of various 3 ml/l with 7 ml/l showed a significant difference so that two concentration can be compared. The biggest reduction percentage of ammonia for aquarium with EM4 concentration 3 ml/l, 5 ml/l, and 7 ml/l respectively 74,079%, 84,161% and 88,864%, while the biggest reduction percentage of nitrate respectively were 68,429%, 72,579% and 83,650%.
2016
S62837
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safrilsyah Syarief
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang signifikan dari perilaku wirausaha, orientasi Locus of Control (LOC) dan data pribadi terhadap keberhasilan pengusaha budidaya tambak udang. Keberhasilan pengusaha budidaya tambak udang dililmat dari tingkat produksi udang pada disetiap musim panen. Alam Daérah lstimewa Aceh yang asri sangat potensial bagi pengembangan usaha budidaya tambak udang. Kenyataan yang ada produktivitas usaha budidaya tambak udang belum sampai pada taraf optimal. Pertanyaan yang muncul mengapa sebagian pengusaha budidaya tambak udang belum dapat meningkatkan produktivitas usahanya. Untuk mendapat jawaban tersebut, dilakukan studi lapangan, non eksperimental dengan tujuan menguji hubungan beberapa variabel bebas dengan variabel terikat. Data dikumpulkan dengan kuesioner, terdiri dari alat ukur perilaku wirausaha, LOC serta data pribadi responden. Data yang terkumpul dianalisis dengan tehnik analisis regresi berganda metode stepwise, dengan bantuan SPSS ver.I0.00. Penelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten (Kodya Banda Aceh, Kodya Sabang dan Aceh Besar) dari enam kabupaten yang potensial bagi pengembangan usaha budidaya tambak udang di Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Sample berjumlah 69 orang dengan karakteristik sebagai berikut : I) Pemilik sebagian atau seluruh modal usaha dan aktif mengelola usahanya. 2) Luas areal 1-1,5 hektar. 3) Menggunakan sistcm budidaya semi intensif 4) Kepadatan penebaran benur rata-rata 40.000 ekor/ha/MT. 5) Sudah berusaha minimal 2 tahun. Hasil penelitian yang ditemukan adalah: l) Dari kesembilan aspek perilaku wirausaha (perilaku instrumental, prestatif keluwesan, kerja keras, keyakinan diri, pengambilan risiko, swa kendali, inovasi dan kemandirian) hanya perilaku pengambilan risiko, keluwesan, instrumental, prestatif kerja keras dan inovasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan pengusaha budidaya tambak udang 2) dari ke-3 orientasi LOC (in1ernaL pawezjizl others of other dan chance) hanya internal yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan budidaya tanbak udang. 3) Dari ke-4 variabel data pribadi (usia, lama kerja, tingkat pendidikan dan latar belakang keluarga) hanya latar belakang keluarga, lama kerja dan usia yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan pengusaha budidaya tambak udang. Dimana masing-masing variabel memberi sumbangan yang bervariasi terhadap keberhasilan pengusaha budidaya tambak udang. Saran-saran yang dapat diajukan antara lain : 1) Pemerintah Daerah khususnya, Dinas Perikanan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam hendaknya memperhatikan potensi kewirausahaan dan orientasi LOC yang dimiliki pengusaha budidaya tambak udang agar dibina guna pengembangan usaha budidaya tambak udang di ddaerah setempat. 2) Selanjutnya, Dinas Perikanan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam juga perlu mengadakan penyuluhan dan pelatihan bagi pengusaha budidaya tambak udang dengan memperhatikan pengembangan pada beberapa perilaku wirausaha yang dimillki, serta menumbuhkan perilaku yang belum dimiliki. 3) Perlu diadakan penelitian yang lebih luas dengan melibatkan beberapa variahel lain yang diduga berpengauh bagi keberhasllan usaha budidaya tambak udang dan jumlah sample yang lebih besar agar didapatkan hasil penelitian yang lebih general dan komprehensif
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T38332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryani Adami
Abstrak :
Penelitian ini difokuskan pada proses pengolahan air tambak udang, yaitu proses disinfeksi dengan menggunakan teknologi ozon. Proses disinfeksi tersebut terkendala pada kebutuhan energi yang besar, biaya produksi yang mahal, dan waktu paruh ozon yang rendah. Penelitian ini akan merancang-bangun ozonator dengan biaya instalasi yang murah, konsumsi energi yang minimal, pemeliharaan yang mudah dan produktivitas ozon yang tinggi. Ozonator menggunakan metode CD (corona discharge), dengan pemasangan elektrode dan media dielektrik secara koaksial. Tipe aliran ozonator dalam ozonator adalah triple pass yaitu selain sebagai umpan, aliran gas juga digunakan sebagai media pendingin. Ada dua jenis ozonator yang dibuat dengan variasi besar diameter ozonator berdasarkan jumlah CD-chamber di dalamnya yaitu (1) ozonator kecil dengan satu CD-chamber dan (2) ozonator besar dengan lima CD-chamber yang dipasang paralel. Dengan menggunakan udara sebagai gas umpan, ozonator kecil menghasilkan ozon maksimum pada laju alir udara 600 L/jam dan tegangan elektrode 10,91 kV dengan produksi ozon sebesar 0,30 g/jam dan konsumsi energi per satuan massa ozon sebesar 0,046 kWh. Sedangkan ozonator besar menghasilkan ozon maksimum pada laju alir udara 800 L/jam, tegangan elektrode 10,91 kV dengan produksi ozon sebesar 1,59 g/jam dan konsumsi energi per satuan massa ozon sebesar 0,027 kWh. Produktivitas ozonator akan lebih baik lagi ketika menggunakan oksigen murni sebagai gas umpan.
The present study was focused on disinfection of shrimp pond water treatment by using ozone technology. This disinfection process is constrained to the large energy needs, expensive cost production, and the short half time. This research will design and construct the ozone generator with low production cost, low energy consumption, easy maintenance, and highly ozone production. Ozonator is using corona discharge (CD) method, with coaxial installation of electrode and dielectric media. Ozonator has a triple pass flow system where gas feed are also used as cooling medium. There are two types of ozonator were made : (1) small ozonator with one CD-chamber inside and (2) big ozonator with five parallel CDchamber inside. By using air as a gas feed, maximum productivity small ozonator is 0,30 gram/hour with 0,046 kWh energy consumption per unit mass of ozone at air flow rate on 600 liters/hour and electrode voltage 10,91 kV. Maximum productivity of big ozonator is 1,59 grams/hour with 0,027 kWh energy consumption per unit mass of ozone at air flow rate on 800 Liters/hour and electrode voltage 10,91 kV. Ozonator productivity will be better when using pure oxygen as the feed gas.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28342
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library