Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dessy Framita Sari
Abstrak :
Talasemia adalah golongan anemia herediter yang terjadi karena gangguan sintesis salah satu rantai polipeptida globin, rantai α atau β globin, yang disebabkan karena kelainan genetik. Saat ini, prevalensi kasus talasemia di Indonesia cukup tinggi, 3-5% diantaranya merupakan talasemia β dan 2,6-11% merupaka talasemia α. Transfusi darah setiap bulan secara teratur dibutuhkan penderita, tetapi tindakan ini dapat menyebabkan kelebihan dan penumpukan besi di dalam tubuh. Untuk mengatasi hal tersebut, Deferoxamine digunakan sebagai agen kelator yang berfungsi mengikat besi di dalam tubuh dan kemudian dikeluarkan dari tubuh. Penggunaan Deferoxamine membutuhkan biaya yang besar dan efek samping yang tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan pengobatan alternatif yang berasal dari bahan alami antara lain mangiferin yang berasal dari ekstrak air daun Mangifera foetida L. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memanfaatkan bahan alami sebagai terapi kelasi besi pada penderita talasemia.

Desain penelitian yang digunakan adalah studi eksperimental dan terdapat 7 sampel serum. Hasil penelitian dan perhitungan dengan uji statistik One Way Anova menunjukkan ekstrak air daun Mangifera foetida L. dosis 0,375 mg dan 0,75 mg memiliki efek kelasi bila dibandingkan dengan kontrol negatif (p=0,005). Namun, ketika selanjutnya diuji dengan Post Hoc didapatkan hasil ekstrak 0,375 mg tidak memiliki efek kelasi bila dibandingkan dengan mangiferin (p=0,018).

Sementara itu, ekstrak 0,75 mg memiliki efek kelasi tetapi tidak sebaik mangiferin (p=0,259). Hal ini diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: dosis ekstrak yang terlalu kecil; dan adanya dugaan ekstrak tidak mengikat besi (Fe) secara langsung, melainkan mengikat apoprotein dalam serum. Oleh karena itu, dapat dikatakan mangiferin masih memiliki efektivitas yang lebih baik dalam mengikat besi bila dibandingkan dengan ekstrak air daun Mangifera foetida L. dosis 0,375 mg dan 0,75 mg.
Thalassemia is a group of hereditary anemia that result from diminished synthesis of one of two globin polypeptide chains, α and β, which is caused by genetic disorder. Nowdays, the prevalence of thalassemia cases in Indonesia are high enough, 3-5% of these cases are β-thalassemia and 2.6 to 11% are α- thalassemia. Blood transfusion every month regularly is needed but it can lead to excess and iron overload in the body. To overcome this possibility, Deferoxamine is used as a chelating agent which function is to bind iron and excrete them from the body. In fact, the use of Deferoxamine needs much fee with high side effects.

Therefore, it’s needed an alternative medicine which comes from nature, such as: mangiferin derived from aqueous extract of Mangifera foetida L. leaf. The general purpose of this research is to exploit the natural substance as a chelating agent of ferritin in thalassemia patient’s serum.

Research design which is used is experimental study with 7 serum as sample. The result of research and calculation by One Way Anova statistical test showed that the aqueous extract of Mangifera foetida L. leaf dose of 0.375 mg and 0.75 mg has shown a chelating effect compared with negative control (p=0.005). However, when subsequently tested with Post Hoc, 0.375 mg extract doesn’t show a chelating effect compared with mangiferin (p=0.018). Meanwhile, 0.75 mg extract has shown a chelating effect but not as good as mangiferin (p=0.259). This is thought to be influenced by several factors, they are: low doses of the extract; and a possibility that the extract doesn’t bind the iron directly, but binding apoprotein. Therefore, we can conclude that mangiferin still has a better effectiveness in binding iron compared with aqueous extract of Mangifera foetida L. leaf dose of 0.375 mg and 0.75 mg
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Wiranto
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Nur Rahmawati
Abstrak :
Talasemia mayor merupakan jenis talasemia terbanyak di Indonesia yang mencapai 50% dari semua jenis talasemia. Jenis ini merupakan bentuk talasemia terberat dan memiliki morbiditas serta mortalitas yang tinggi akibat penumpukan zat besi dalam tubuh setelah transfusi berulang. Agen kelasi deferoksamine yang lazim diberikan cukup mahal dan menimbulkan banyak efek samping. Mangiferin yang terkandung dalam ekstrak air daun Mangifera foetida L. dilaporkan memiliki efek kelasi terhadap serum penderita talasemia. Akan tetapi polifenol seperti mangiferin diekstrak lebih baik apabila digunakan pelarut etanol. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan efek kelasi ekstrak etanol daun Mangifera foetida L. pada serum penderita talasemia secara ex vivo. Penelitian eksperimental laboratorik ini dilakukan pada tujuh serum penderita talasemia dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2011 yang diencerkan hingga mengandung feritin setara dengan 100 μM besi. Terdapat tujuh kelompok perlakuan yaitu serum; mangiferin 100 μg; serum dan mangiferin 100 μg; serum dan ekstrak etanol 0,5 mg; serum dan ekstrak etanol 0,25 mg; ekstrak etanol 0,5 mg; ekstrak etanol 0,25 mg. Efek kelasi dinilai dari absorban yang diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 280 nm. Hasil dianalisis dengan uji One-Way Anova dan didapatkan bahwa ekstrak etanol daun Mangifera foetida L. dosis 0,5 dan 0,25 mg memiliki efek kelasi yang sama dengan mangiferin murni 100 μg (p=0,063 dan p=0,116). Tidak ada perbedaan efek kelasi antara dosis 0,5 dan 0,25 mg (p=0.753).Efek kelasi ekstrak etanol ini lebih baik daripada ekstrak air. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh kelarutan bahan aktif dalam zat pelarut.
Thalassemia mayor is the most frequent type of thalassemia in Indonesia (the estimated prevalence is 50% among all types) and the most severe one. It has higher morbidity and mortality due to iron overload after repeated transfusions. The regularly used chelating agent, deferoxamine is expensive and have many side effects. Mangiferin in water extract of Mangifera foetida L. leaves has already proven ex vivo as chelating agent to thalassemic patients?s serum. However, the most suitable solvent for achieveing the highest yield of phenolic compound like mangiferin is etanol solution. The aim of this study was to prove that the etanol exctract of Mangifera foetida L. leaves has a chelating effect to thalassemic patients?s serum. This study used 7 serum from thalassemic patients in Department of Child Health Cipto Mangunkusumo Hospital in 2011 that have been diluted so as contained ferritin equivalent to 100 μM iron. Seven group of experiment was made: serum; mangiferin 100 μg; serum and mangiferin 100 μg; serum and etanol extract 0,5 mg; serum dan etanol extract 0,25 mg; etanol extract 0,5 mg; etanol extract 0,25 mg. The chelating effect was measured by serum absorbance using spectrophotometer at 280 nm wave long. The results was analysed using One-Way Anova and showed that the etanol extract of Mangifera foetida L. leaves has the same chelating effect as mangiferin 100 μg (p=0,063 and p=0,116). There was no difference between etanol extract 0,5 and 0,25 mg (p=0.753). The chelating effect of etanol extract is better than water extract. This differences allegedly was attributed to the solubility of the active ingredient in solvent.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Fourina Surya
Abstrak :
Latar Belakang: Berdasarkan data Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), talasemia sudah ditetapkan sebagai penyakit katastropik kelima setelah jantung, kanker, strok, dan gagal ginjal Tujuan: Mengetahui biaya perawatan peserta JKN penderita talasemia di Indonesia dalam satu tahun dan faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya perawatan tersebut. Metode: penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross-sectional) dengan analisis univariat, bivariate, dan multivariate. Sampel penelitan ini ialah pasien talasemia yang terdaftar sebagai peserta JKN berdasarkan data BPJS Kesehatan 2019-2020. Hasil: BPJS Kesehatan menghabiskan anggaran sebesar Rp. 564,780,608,657 untuk pengobatan pasien talasemia dalam satu tahun. Faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya perawatan talasemia pada peserta JKN adalah jenis kelamin, umur, kelas rawat, tingkat kunjungan RJTL, tingkat kunjungan RITL, tingkat keparahan kasus, jenis talasemia dan obat kelasi besi (p-value<0,05). Kesimpulan: Pengobatan talasemia membutuhkan biaya yang besar dengan prediktor utama biaya perawatan talasemia adalah obat kelasi besi. ......Background: Based on data from the National Health Insurance (JKN), talasemia has been designated as the fifth catastrophic disease following heart disease, cancer, stroke and kidney failure. Objective: To find out the cost of treating JKN participants with talasemia in Indonesia in one year period and the factors associated with the cost of the treatment. Methods: a cross-sectional study design using univariate, bivariate, and multivariate analysis. The study sample is talasemia patients who are registered as JKN participants based on BPJS Health data for 2019-2020. Result: BPJS Health spends a budget of Rp. 564,780,608,657 for the treatment of talasemia patients in one year. Factors relating to the cost of treating thalassemia in JKN participants are gender, age, class category, outpatient visit, inpatient visit, case severity, type of thalassemia, and iron chelation drugs (p-value<0,05). Conclusion: Treatment of talasemia requires a large amount of money and the main predictor of talasemia treatment costs is the use of iron chelation drugs.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Yatim
Jakarta : Pustaka Populer Obor , 2003
616. 152 FAI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Talasemia adalah penyakit kelainan darah akibat kekurangan atau penurunan produksi hemoglobin. Jumlah penderita talasemia di Yayasan Talasemia Indonesia cabang Banyumas terus meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan karakteristik penderita talasemia di Yayasan Talasemia Indonesia cabang Banyumas tahun 2012. Penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional ini dilakukan terhadap 64 sampel yang diambil dengan teknik proportionate stratified random sampling. Data dikumpulkan meliputi melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita talasemia rata-rata berusia 12,28 tahun, berjenis kelamin laki-laki (51,6%), sedang sekolah SD (40,6%), bukan angkatan kerja (92,2%), talasemia β-mayor (90,6%), tidak splenektomi (84,4%), jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) (73,4%), kadar feritin ≥ 2000 ng/mL (90,4%), kelasi deferioprone, vitamin C, dan deferioksamin (81,2%), tinggal di Kabupaten Banyumas (79,7%), transfusi darah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas (95,3%), rata-rata terdiagnosis usia 3,7 tahun, usia rata-rata mulai transfusi darah adalah 3,78 tahun. Frekuensi transfusi darah 1 bulan 1 kali (87,5%), dan frekuensi terapi kelasi zat besi mengonsumsi vitamin C 30 kali dalam 1 bulan (95,3%). ......Thalassaemia is blood disorder caused by deficiency or decrease in production/formation of hemoglobin. Number of thalassaemia patients in Yayasan Talasemia Indonesia (Indonesian Thalassemia Foundation) Banyumas branch countinue to increase. The research purpose is to describe the characteristics of thalassemia patients in YTI Banyumas. The research type is a quantitative approach with cross sectional research design. Sample of 64 people taken by proportionate stratified random sampling. Data collected includes characteristics of the respondents based on the variables of people, places, and time was obtained through interviews using a questionnaire. The univariate descriptive analysis were use to describe the characteristics of the respondents. The results showed that thalassaemia patients at YTI Banyumas have several characteristics: average age of 12,28 years, male (51,6%), elementary students (40,6%), the labor force (92,2%), b-thalassemia major (90,6%), no splenectomy (84,4%), Jamkesmas (73,4%), ferritin levels ≥ 2000 ng/mL (90,4%), sailor deferioprone, vitamin C, and deferioksamin (81,2%), live in Banyumas (79,7%), blood transfusions in hospitals Banyumas (95,3%), the average age of diagnosis of 3,7 years, the average age of starting a blood transfusion was 3,78 years. Once a month blood transfusion (87,5%), and the frequency of iron chelation therapy by consuming vitamin C 30 times in one month (95,3%).
Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indanah
Abstrak :
Penelitian mendapatkan gambaran "faktor-faktor berhubungan dengan Selfcare Behavior anak usia sekolah dengan talasemia mayor". Penelitian merupakan penelitian cross sectional. Hipotesa yang dibuktikan adalah "Adanya hubungan antara Pengetahuan, Dukungan Sosial, Status Kesehatan, Usia, Jenis Kelamin, Lamanya Sakit dengan Selfcare behavior Anak Usia Sekolah dengan Talasemia Mayor". Sampel penelitian adalah pasien usia sekolah dengan talasemia mayor di RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, sejumlah 131 pasien. Instrumen berupa instrument pengetahuan, dukungan sosial, status kesehatan dan instrument selfcare behavior. Hasil menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan, dukungan sosial dengan selfcare behavior, dengan pengetahuan yang paling dominan. Penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan pendidikan kesehatan tentang talasemia.
This research to gain the description on "Analysis of Factors That Corelate With Talasemia's Selfcare Bahavior School Age Children With Major Thalassemia at RSUPN. Dr. Cipto Mangukusumo Jakarta 2010". The design of this research was descriptive correlation with cross sectional method. The proven in this research was the relationship between knowledge, social support, health condition, age, gender, long illness with thalassemia's selfcare behavior. The sample were 131 school age patiens with major thalassemia. In the research used to instrument about knowledge, social support, health condition and thalasemia's selfcare behavior. The result indicated that knowledge and social support had significant correlation with thalassemia's selfcare behavior. This research recommend to improve health education about thalassemia.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28424
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Anggi P.N.
Abstrak :
Prevalensi talasemia di Indonesia cukup tinggi. Pengobatan talasemia berupa transfusi darah menyebabkan penumpukan besi di organ-organ tubuh dan kerusakan sel. Pemberian deferoxamine sebagai kelator besi banyak menimbulkan efek samping dan mahal. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan dengan bahan yang lebih aman dan terjangkau dengan memanfaatkan bahan alami yang memiliki efek kelasi besi. Ektrak air daun Mangifera foetida L. terbukti memiliki efek kelasi terhadap feritin serum penderita talasemia, namun belum diteliti apakah ekstrak etanol daun Mangifera foetida L. juga menunjukkan efek kelasi terhadap feritin. Penelitian ini merupakan studi eksperimental pada tujuh serum pasien talasemia yang dibagi ke dalam tujuh kelompok perlakuan secara ex vivo yaitu: serum, mangiferin, mangiferin ditambah serum, ekstrak etanol 0,5 mg dan 0,75 mg, ekstrak etanol 0,5 mg dan 0,75 mg ditambah serum, namun yang akan dianalisis hanya empat kelompok yaitu: serum, mangiferin ditambah serum, ekstrak etanol 0,5 dan 0,75 mg ditambah serum. Nilai absorbansi setiap kelompok diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang ()=280 nm. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan (p<0,001). Uji Post Hoc didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol daun Mangifera foetida L. dosis 0,5 mg memiliki efek kelasi yang sama dengan dosis 0,75 mg (p=0,133). Ekstrak etanol daun Mangifera foetida L. dosis 0,5 mg memiliki efek kelasi yang sama dengan mangiferin murni (p=0,52), sedangkan dosis 0,75 mg memiliki efek kelasi yang berbeda (p=0,001). Perbedaan efek kelasi ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan dosis ekstrak etanol.
Thalassemia has a high prevalence in Indonesia. Treatment of thalassemia with blood transfusion causing iron accumulation in the organs and damaging cells. Chelating agent, deferoxamine causes side effects and expensive. Therefore, it?s needed a safer and cheaper treatment by utilizing natural ingredients which have chelating effect. Water extract of Mangifera foetida L. leaf was proven to have the chelating effect on serum thalassemia patients, but there was no research the effects in the ethanol extract. The purpose of this study was to prove the effects of ethanol extract as a chelating agent. This study used an experimental study using seven serums of patients with thalassemia by ex vivo and devided into seven treatments: serum, mangiferin, mangiferin plus serum, etanol extract 0,5 mg and 0,75 mg, etanol extract 0,5 mg and 0,75 plus serum, however only four treatments will be analized: serum, mangiferin plus serum, etanol extract 0,5 mg and 0,75 mg plus serum. They were measured in a spectrophotometer with (SOH)=280 nm. The result by One Way Anova statistical test showed that there was significant difference between groups (p <0.001). Post Hoc test showed that the ethanol extract 0,5 mg has the same chelating effect with ethanol extract 0,75 mg (p = 0,133). Ethanol extract 0,5 mg has the same effect of iron chelation with the mangiferin (p=0,52), while ethanol extract 0,75 mg has different effect (p=0,001). The difference of chelating effect maybe caused by the difference of extract dose.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.M. Vita Kurniati
Abstrak :
Talasemia adalah suatu penyakit kelainan darab yang diturunkan secara resesif dan orang tua kepada anaknya, Pada talaseinia terjadi ketidakseimbangan rasio antara rantai globin or dan rantai globin B, sehingga ada rantai globin yang tidak berpasangan. Presipitasi rantai globin yang tidak berpasangan pada membran dapat mengakibatkan otooksidasi membran sel darah merah penderita talasemia. Salah satu penelitian yang telah dilakukan melaporkan adanya peningkatan pembentukan malondialdehid, penunman kadar asam lemak tak jenuh jamak Serta texjadinya ikatan lintas silang antar protein mernbran sel darah merah talasemia akibat oksidasi. Perubahan komponen protein membran sel darah merah talasemia merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan destruksi dini sel darah merah talasemia. Oleh karena itu, penelitian ini berrujuan menganalisis perbedaan pola protein membran sel darah merah talasemia dan sel clarah merah normal. Analisis pola protein membran dilakukan dengan teknik elektroforesis dan imunokirnia pada sampel sel darah merah normal, sel darah rnerah talasemia pernah transfusi dan sel darah merah talasemia belum pernah transfusi baik dengau maupun tanpa pemberian beban oksidatif. Hasil dan Kesimpulan, Perbedaan pola protein membran sel darah merah normal dan sel darah merah talasemia terutama dapat dilihat pada pita 3. Perubahan protein pita 3 pada membran sel darah merah talasemia disebablcan oleh oksidasi. Oksidasi protein pita 3 ini akan mengakibatkan degradasi protein pita 3. Analisis pola protein membran secara imunokimia tidak dapat dilakukan dengan menggunakan antibodi antighosl normal. Antibodi yang digunakan hendaknya merupakan suatu anttbodi terhadap salah satu komponen protein membran.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T3727
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Marice
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Talasemia merupakan penyakit kelainan darah turunan yang disebabkan oleh berkurangnya sintesis rantai globin yang menyusun hemoglobin. Berkurangnya sintesis rantai globin ini akan menyebabkan rasio yang tidak seimbang antara rantai globin a dan rantai globin p, sehingga ada rantai globin yang tidak berpasangan. Rantai globin yang tidak berpasangan akan mengalami otooksidasi dan mengendap pada dinding membran, akibatnya terjadi perubahan baik pada lipid maupun protein membran. Salah satu dampak perubahan pada membran sel darah merah talasemia adalah gangguan terhadap laju transpor glukosa masuk ke dalam sel. Hal ini akan berakibat buruk bagi banyak fungsi sel darah merah karena glukosa merupakan satu-satunya sumber energi untuk mempertahankan integritas membran. Glukosa hanya dapat masuk ke dalam sel darah merah dibantu oleh suatu protein yaitu transporter glukosa 1 (Glut 1) dengan difusi berkemudahan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan laju transpor glukosa membran sel darah merah (SDM) talasemia dan membran SDM normal serta melihat pengaruh vitamin E pada membran SDM talasemia dalam meningkatkan laju transpor glukosa ke dalam sel. Penentuan laju transpor glukosa dilakukan dengan Cara menginkubasi SDM (normal dan talasemia) pada 37 °C dalam larutan glukosa 25 mM selama waktu tertentu . Pengukuran kadar glukosa intrasel sebelum dan sesudah inkubasi ditentukan berdasarkan reaksi reduksi Nelson-Somogyi. Hasil dan Kesimpuian Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju transpor glukosa pada membran SDM talasemia lebih rendah dari SDM normal (p<0,05). Laju transpor glukosa pada SDM talasemia dengan atau tanpa vitamin E tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Meskipun uji statistik tidak bermakna namun inkubasi SDM talasemia dalam vitamin E 75 ppm menunjukkan peningkatan yang cukup jelas bila dibandingkan dengan vitamin E 50 ppm dalam larutan inkubasi. Pada konsentrasi vitamin E yang lebih tinggi tidak terobservasi peningkatan laju transpor glukosa. Diduga bahwa vitamin E mampu berinkorporasi dalam membran SDM dan memperbaiki fluiditas membran. Dengan demikian transporter glukosa dapat lebih baik mengalami perubahan konformasi untuk meneruskan glukosa ke dalam SDM.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T8354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>