Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardhita A.
Abstrak :
Di seluruh Indonesia, tercatat 5.590 sungal Induk dan 600 diantaranya berpotensi .menimbulkan banjir. Daerah rawan banjir yang dicakup oleh sunga-sungai induk ini mencapal 14 juta hektar. Dari berbagai kajian yang telah dilakukan, banjir yang terjadi di daerah-daerah rawan pada dasamya disebabkan o1eh tiga hal. Per-lama, kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan alam. Kedua, peristiwa alam sepertl curah hujan yang sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya. Ketiga, degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada catrdimerrt area, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan air sungai, dan sebagainya. Kecenderungan meningkatnya banjir disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut a). Kemampuan DAS (Daerah Aliran Sungai) untuk meresapkan air/ menahan air hujan semakin berkurang oleh berbagai sebab diantaranya penggundulan hujan dan penggunaan lahan yang mengabaikan konservasi air dan tanah; b). Kemampuan prasarana-sarana pengendali banjir yang ada masih terbatas, umumnya hanya direncanakan untuk banjir rencana (design flood) dengan periode ulang 5 s.d 25 tahun; c). Kemampuan pemerintah untuk membangun prasarana dan sarana banjir sesuai dengan rencana induk penanggulangan banjir masih sangat terbatas karena basamya dana yang diperlukan untuk biaya konstruksi maupun pembebasan tanahnya; d). Dampak °global climate change' yang disebabkan oleh pemanasan global yang mengaklbatkan sering terjadi iklim/cuaca yang ekstrim, yaltu curah hujan yang tinggal dalam waktu singkat atau musim ke narau yang berkepanjangan; e). Perilaku masyarakat yang tidak kondusif dalam pengelolaan banjir, diantaranya pembuangan sampah pada sungal dan saluran air, penghunian bantaran sungai, dan bangunan yang menjorok ke badan sungai sehingga mempersempit patung sungai sehingga memperkecil daya tampung sungai. Sekitar 40% wilayah di Provinsl DKI Jakarta berada dl dataran banjir pada sungai angke, pesanggrahan, sekretaris, grogol, krukut, ciliwung, cipinang, sunter, buaran, jatikramat, dan cakung sehlngga rawan terhadap genangan dan banjir. Tingkat urbanisasi yang tinggi, kesadaran masyarakat terhadap pelestarian tingkungan hidup, dan tingkat kedisipInan masyarakat yang relatif masih rendah, menyebabkan perrnasalahan banjir di wilayah DKI Jakarta meningkat dari waktu ke waktu. Penelitian inl akan membatasi terhadap prose anallsa kebijakan yang mendorong peran masyarakat dalam penanggulangan permasalahan banjir di wilayah kotamadya Jakarta timur, khususnya yang berada dl wilayah kelurahan cipinang muara. Wilayah tersebut dipilih karena merupakan wilayah rawan banjir dan terkait program pernerlntah dalam menanggulangl permasalahan banjir dengan proyek banjir kanal timur (Delimitasi). Penelitan Ini terbatas kepada keterkaitan antara kebijakan pemerintah dalam penanggulangan permasalahan banjir dengan peran masyarakat dalam penanggulangan permasalahan banjir (Limitasi). Asumsi dalam peneti ian Ini adalah penelitian kualitatif induktif. Alasan rasionalnya adalah tujuan penelitlian ini adalah menggambarkan/deskripsi kebijakan yang mendorong partisipasi masyarakat dalam penanggulangan perrnasalahan banjir di wilayahnya. Mengikuti alur pemikiran asumsi tersebut, penelitian inl lebih memperhatikan proses dan makna proses analisa kebijakan yang mendorong partisipasi masyarakat dalam penanggulangan permasalahan banjir, dikarenakan penelitian Ini menggambarian kondisl-kondisl masyarakat dalam penanggulangan permasalahan banjir, dan menjelaskan keterkaitan antara kebijakan pemerintah dalam penanggulangan banjir dengan keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan banjir. Namun demiklan tujuan utama penelitian ini Iebih kepada deskripsi, yaltu menggambarkan kebijakan yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanggulangan permasalahan banjir. Penelitian ini merupakan penelitan terapan. Penelitian inl berupaya memberikan gambaran permasalahan yang rinci yang disertai rekornendasi¬rekomendasi yang dapat bermanfaat bagl pihak-pihak yang terkait dengan penanggulangan banjir. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik pengumpulan data secara kualitatif, mengambil teknik field research. Alur analisa tentang kondisi kondisi masyarakat dalam penanggulangan permasalahan banjir di wilayahnya menggunakan kerangka pemikiran Talcott Parsons. Penelitian ini mengambil lokasi di dua rukun warga dalam wilayah Kelurahan Cipinang Muara. Perbedaan kedua rukun warga tersebut dlcerminkan dalam karakteristik sosial masyarakatnya. Karakteristlk sosial dlmaksud mengacu kepada Rencana Umum Pembangunan Sosial Budaya DICE Jakarta tahun 1994-2005. Perbedaan karakteristik sosial juga membedakan model tindakan rnasyarakatnya dalam menanggulangi banjir yang disesuaikan dengan standar perilaku yang dianut, Interaksl sosial hingga kepada sistem kepribadian dan kebiasaan masyarakat. Kesimpulan dan rekamendasi dalam penelitian ini adalah sebagal berikut : adanya pemetaan kondisi sosial masyarakat, sehingga data yang ada dapat digunakan sebagal database kondisi social guna pembuatan kebijakan penangguiangan per masalahan banjir kedepannya. Adanya sistem jaminan kesehatan terjangkau, sistem jaminan pendidikan terjangkau, dan kampanye pengendaiian banjir. Penyediaan sentra-sentra aktivitas ekonomi yang memprioritaskan kepada masyarakat miskln kota. Kampanye bersahabat dengan air guna memberikan pemahaman dan pengetahuan terhadap jenis peruntukan dan tata guna lahan, dan juga pengelolaan dralnase yang baik. Pemahaman dan pengetahuan terhadap jenis peruntukan lahan akan memberi pemahaman akan pemanfaatan lahan. Penyediaan rumah susun. Kerjasama antar Instansi daerah di bidang kependudukan guna rnenata jumlah penduduk di Jakarta. Kampanye hunian resapan air, yang berfungsi sebagai kanservasi dan mencegah genanganberlebihan. Pengeloiaan sampah dengan pola 3 R (reduce, Reuse, Recycle).
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutton, Mike
London: Policing and Reducing Crime Unit Research, Development and Statistic Diretorate, 2001
364 SUT t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Safiudin Alibas
Abstrak :
Pelaksanaan program perbaikan gizi dalam pencegahan dan penanggulangan kurang gizi sampai saat ini belum efektif. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya prevalensi kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk). Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas program perbaikan gizi dalam pencegahan dan penanggulangan kurang gizi di Kabupaten dan Kota Propinsi Sulawesi Tenggara (Kasus Kabupaten Konawe dan Kota Kendari). Efektivitas program perbaikan gizi yang dimasud dalam penelitian ini adalah efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dan efektivitas distribusi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Kedua jenis kegiatan ini berhubungan langsung dengan prevalensi kurang gizi. Metode analisis dilakukan dengan menggunakan Analisis of Varians dan model ekonometrika. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan secara survei. Penentuan sampel dilakukan secara purposive. Berdasarkan analisis dengan uji statistik one way ANOVA, disimpulkan bahwa efektivitas pemantauan pertumbuhan bailta tidak berbeda secara signifikan antara Kabupaten Konawe dan Kota Kendari. Sedangkan efektivitas distribusi MP-ASI berbeda secara signifikan. Faktor-faktor yang berbeda secara signifikan meliputi dukungan manajemen puskesmas dalam program perbaikan gizi, dan ketersediaan MP-ASI. Analisis uji statistik one way ANOVA juga menyimpulkan Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tidak berbeda secara signifikan antara Kabupaten dan Kota. Hasil analisis model ekonometrika dengan menggunakan regresi linier berganda menyimpulkan batiwa efektivitas pemantauan pertumbuhan dipengaruhi secara signifikan oleh pengetahuan gizi Ibu, keterlibatan TP-PKK dalam program perbaikan gizi dan tingkat dukungan manajemen puskesmas. Hasil analisis di masing-masing Kabupaten dan Kota menyimpulkan bahwa efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Di Kabupaten Konawe efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dipengaruhi secara signifikan oleh pengetahuan gizi ibu dan dukungan manajemen Puskesmas. Sedangkan di Kota Kendari efektivitas pemantauan pertumbuhan balita dipengaruhi oleh faktor pengetahuan gizi ibu dan keterlibatan TP-PKK dalam program perbaikan gizi. Pengetahuan gizi ibu, keterlibatan TP-PKK dalam program perbaikan gizi dan keadaan geografis berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat efektivitas distribusi MP-ASI. Analisis menurut kabupaten dan kota pada model ini tidak dilakukan karena faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap efektivitas pemantauan pertumbuhan balita tidak berbeda secara signifikan antara Kabupaten Konawe dan Kota Kendari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas distribusi MP-ASI di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari dipengaruhi oleh faktor yang sama. Prevalensi gizi kurang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu, dan pengetahuan tenaga gizi tentang gizi buruk dan gizi kurang berpengaruh secara siginifikan terhadap prevalensi gizi kurang. Hasil analis masing masing kabupaten dan kota menyimpulkan bahwa prevalensi gizi kurang di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Di Kabupaten Konawe prevalensi gizi kurang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu dan pengetahuan petugas gizi tentang gizi kurang dan gizi buruk. Sedangkan di Kota Kendari faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap prevalensi gizi kurang adalah efektivitas distribusi MP-ASI. Prevalensi gizi buruk dipengaruhi secara signifikan oleh faktor pendapatan keluarga, efektivitas pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu dan kemampuan tenaga gizi dalam melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program. Analisis menurut kabupaten dan kota pada model ini tidak dilakukan karena faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap prevalensi gizi buruk tidak berbeda secara signifikan antara kabupaten dan kota. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prevalensi gizi buruk di Kabupaten Konawe dan Kota Kendari dipengaruh oleh faktor yang sama. Kesimpulan hasil analisis model ekonometrika memberikan gambaran dan pemahaman bahwa permasalahan gizi di setiap wilayah relatif berbeda dan sangat tergantung pada fokus permasalahan tersebut. Oleh karenanya, dalam upaya meningkatkan efektivitas pencegahan dan penanggulangan kurang gizi diperlukan berbagai kebijakan yang tidak hanya bersifat umum tetapi juga yang bersifat spesifik lokal masing-masing daerah. Kesimpulan ini sejalan dengan semangat desentralisasi yang mengharapkan pembangunan masing-masing daerah disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya daerah tersebut.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamularsih Swandari
Abstrak :
Para epidemiologi memperkirakan sebanyak 90.000-130.000 orang terinfeksi H!V pada akhir 2002. Situasi ini berpotensi terus meluas bila tidak dilakukan upaya¬upaya untuk mengurangi risiko penularan secara efektif di masyarakat. Bila tidak ada kegiatan pencegahan yang berhasil, diperkirakan pada tahun 2003 akan terdapat sebanyak 80 ribu kasus baru HIV positif. Diperkirakan pula terdapat 13-20 juta orang yang rawan tertular HIV di Indonesia. Kelompok rawan tertular HIV/AIDS tersebut meliputi: lelaki pelanggan penjaja seks, perempuan penjaja seks, penasun, waria dan gay, serta pasangan dari kelompok berperilaku risiko tinggi. Dari beberapa kelompok rawan penularan HIV/AIDS, kelompok penasun menempati kelompok yang paling rawan yaitu 38 %. Kelompok pengguna narkoba merupakan salah satu komunitas yang "hidden population" , dalam anti komunitas yang kurang mendapat akses informasi dan akses untuk mendapatkan layanan. Selain itu kelompok ini mendapat stigma dan diskriminasi terkait dengan penggunaan narkoba dan HIV/AIDS. Dari stigma dan diskriminasi ini, penasun mempunyai perilaku penggunaan obat dengan cara suntik yang berisiko untuk penularan HIV/AIDS karena penggunaan jarum suntik yang bergantian dan tidak steril. Kelompok penasun berisiko juga untuk menularkan HIV ke kelompok masyarakat lain (seperti pasangan seks IOU, dan anak-anaknya) melalui perilaku seksual yang tidak aman. Program Harm Reduction sebagai salah satu program yang dikembangkan dalam upaya menanggulangi HIV di kalangan pengguna narkoba suntik (Penasun) dan mengurangi resiko penularan ke kelompok masyarakat luas. Program ini sudah terbukti di beberapa negara dapat menghambat laju penyebaran epidemic HIV. konsep Harm reduction bertujuan untuk mengurangi resiko yang lebih buruk dan penggunaan narkoba yaitu penularan HIV/AIDS. Namun demikian, issue ini menyangkut dua upaya sekaligus yaitu upaya penanggulangan narkoba dan upaya melindungi kesehatan masyarakat. Sehingga dalam prakteknya, program Harm Reduction masih kontroversial di masyarakat terutama untuk dua komponen program yaitu penggunaan jarum steril dan substitusi obat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pengernbangan program penanggulangan HIV/AIDS di kelompok penasun yang diwakili oleh sebuah lembaga pelaksana program yaitu Kios Informasi Kesehatan PKPM UNIKA atma Jaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian desknptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara kepada pelaksana program, Mien penasun dan praktisi yang mempelopori respon terhadap epidemi dan perwakilan dari pemerintah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi pelaporan, hasil penelitian dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Di dalam memberikan gambaran pengembangan program penanggulangan HIV/AIDS. Respon yang diberikan dalam 3-4 tahun terakhir, sudah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dalam perkembangan program Harm Reduction. Sejak tahun 2002 sampai saat ini yang telah melibatkan minimal 26 lembaga pelaksana di masyarakat dan program HR di Lapas/Rutan di 12 propinsi_ Selain itu dari dua lembaga yang terkait dengan issue ini yaitu KPA dan BNN sudah mempunyai kesepakatan bersama yang dapat dijadikan sebagai dasar di dalam pendeapan program di lapangan. Namun sosialisasi mengenai kesepakatan itu perlu ditingkatkan oleh masing-masing lembaga sampai ke tingkat jajaran operasional. Pengalaman KIDS sebagai salah satu pelaksana program penanggulangan HIV/AIDS dengan menggunakan pendekatan Harm Reduction menunjukkan bahwa semua stakeholder yang ada harus terlibat aktif sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Dukungan terhadap pengakuan bahwa perrnasalahan HIV/AIDS merupakan masalah bersama sangat dibutuhkan di dalam tindakan dan kebijakan praktis sehingga benar-benar dapat dilaksanakan. Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program Harm Reduction antara lain penggunaan staff yang mayoritas berasal dan kelompok sasaran, sehingga akses untuk dapat masuk dan memberikan layanan akan lebih baik. Faktor penghambat interbal adalah kemungkinan relaps dari staf KIDS yang mantan penasun dan sebagai issue yang masih baru di Indonesia, kemampuan pelaksana program masih terus belajar sambil menjalankan program. Sedangkan dari ekternal, faktor pendukung adalah adanya kebijakan dari pemerintah yang dapat berperan sebagai 'payung hukum'pelaksanaan program Harm Reduction. Sehingga pelaksana program yang terjun langsung di lapangan dapat secara aman dan nyaman menjalankan program. K1OS di dalam mengembangkan program dengan layanan yang komprehensif dan terpadu, memberikan gambaran bagaimana sebuah Iayanan yang dilakukan berada di dalam satu pengelolaan memberikan kemudahan dan mendukung kelompok sasaran untuk berperan di dalam upaya pengurangan risiko penularan HIV. Beberapa faktor yang penting di dalam pengembangan program untuk penanggulangan HIV/AIDS dari pengalaman KIDS adalah kerjasama dan membangun jaringan, untuk memberikan Iayanan yang Iengkap sesuai kebutuhan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library