Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 327 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chichester: John Wiley and Sons, 1991
616.74 POS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Purbasari
Abstrak :
ABSTRAK Ruang Iingkup dan Cara Penelitian : Mesin amplas yang dipakai pada perusahaan mebel ratan " RR " sangat membantu dan mempermudah pekerjaan tenaga kerja, namun dapat menimbulkan Sindrom Getaran Tangan dan Lengan. Telah dilakukan identifikasi penyakit akibat kerja Sindrom Getaran Tangan dan Lengan pada karyawan perusahaan tersebut dengan menggunakan test Allen, test Lewis Prusik, tes rasa raba, tes rasa nyeri dan tes rasa suhu. Selanjutnya dilakukan studi intervensi dan penatalaksanaan Sindrom Getaran Tangan dan Lengan terhadap 3 ( tiga ) orang tenaga kerja dengan masa kerja lebih dari 1 ( satu ) tahun pada bagian amplas. Pengumpulan data telah dilakukan dengan cara pengamatan, anamnesis, pemeriksaan fisik, kuesioner dan alai pengukur getaran. Kesimpulan dan Saran : Didapatkan 3 (tiga) orang tenaga kerja menderita Sindrom Getaran Tangan dan Lengan derajat berat. Studi intervensi selama ± 2 bulan berupa penggunaan sarung tangan belum menghasilkan temuan yang konklusif, diperlukan penanganan yang bersifat komprehensif untuk keberhasilannya.
ABSTRACT Hand and Arm Vibration Syndrome on Labours of Rattan Furniture Company " RR "Material and Method : The fig tree machine which was used in rattan furniture company " RR " has been very helpful to the worker. However it may cause hand and arm vibration syndrome. There was an intervention study of three workers with fig tree work exprience more than one year in the company. Data were collected by means of observation, anamnesis, physical examination, questionare and vibration examination. Conclusion and Suggestion : Three workers were identified as patients suffer with severe hand and arm vibration syndrome. No conclusive results found from the intervention study a comprehensive management should be taken to produce a successful result.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Man above 50 years old as women who experience menopause, will show certain and specific problems . Middle age man often has a group of complaints, symptoms and syndromes that almost the same as women....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Immawati
Abstrak :
ABSTRAK
Sindrom Nefrotik (SN) merupakan gangguan ginjal terbanyak yang dijumpai pada anak. Anak dengan SN sebagian besar mengalami kekambuhan yang akan mempengaruhi kualitas hidup anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekambuhan anak SN. Desain penelitian adalah potong lintang pada 86 sampel dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji Chi Square dan analisis multivariat dengan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan penyakit ISPA merupakan variabel yang paling berhubungan dengan kejadian kekambuhan (p value = 0,016, α 5 %). Pendidikan kesehatan perlu diberikan kepada keluarga secara adekuat untuk mencegah kekambuhan pada anak
ABSTRACT
Nephrotic syndrom (SN) is the most common kidney disorder that find in children. Children with SN largely relapse which will affect the quality of life of children. The purpose of this study was to identify the factors related to the incidence of relapse in children with nephrotic syndrome. The study design was cross sectional in 86 sample with consecutive sampling technique. Gathering data using questionnaire. Analysis using univariate, bivariate with Chi Square tests and multivariate analysis with logistic regression analysis. Results showed that the respiratory disease (ISPA) is the most variabel associated with incidence of relapse (p value 0,016, α 5 %). Adequate health education important to be given to the parent to prevent relapse.
2015
T45742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Munika
Abstrak :
Sekitar 35% dari 901 orang dewasa yang menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin ditemukan mengalami NAFPD (nonalcoholic fatty pancreas disease). NAFPD berkaitan dengan manifestasi klinik (sindrom metabolik) MetS, adapun terapi yang diberikan sesuai dengan gejalanya seperti antihipertensi, statin, metformin dan faktor komorbid MetS, sehingga mungkin terjadi polifarmasi akibat multiterapi pengobatan. Dalam hal ini dibutuhkan obat tunggal yang dapat memperbaiki NAFPD pada tikus MetS salah satu kandidatnya yaitu 6-Gingerol. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis efektifitas 6-Gingerol terhadap NAFPD akibat MetS melalui stress oksidatif pada organ pankreas tikus yang diinduksi HFD + Fruktosa 55% dan Streptozotocin 22mg/kg selama 8 minggu. Tikus yang mengalami sindrom metabolik diterapi dengan 6-Gingerol dosis 50,100 dan 200mg/kg selama 8 minggu. Setelah mencapai akhir terapi, serum dan jaringan pankreas di ambil dan di analisis kadar (tumor necrosis factor alpha) TNF-alpha, (interleukin-6) IL-6, (malondialdehyde) MDA, (glutathione peroxidase) GPx, amilase, akumulais lemak, ekspresi sel alfa dam beta pankreas sebagai parameter NAFPD. Hasil analisis menunjukan bahwa pemberian 6-Gingerol tidak dapat menurunkan aktivitas amilase serum, MDA, ekspresi mRNA IL-6, namun dapat meningkatkan aktivitas GPx, mengurangi akumulasi lemak, dan meningkatkan ekspresi insulin dan glukagon. Sehingga 6-Gingerol memiliki potensi sebagai agen terapeutik untuk memperbaiki NAFPD pada tikus MetS. ......About 35% of 901 adults who underwent routine health checks were found to have (nonalcoholic fatty pancreas disease) NAFPD. NAFPD is related to the clinical manifestations of (metabolic syndrome) MetS, while the therapy given is according to the symptoms. The therapies include: antihypertensives, statins, metformin, and MetS comorbid factors. Polypharmacy may occur as a result of multitherapy treatment. In this case, a single drug, namely 6-gingerol, is needed to improve NAFPD in the MetS rats. The aim of this study was to analyze the effectiveness of 6-Gingerol against MetS-induced NAFPD through oxidative stress in the pancreas of rats induced by HFD + Fructose 55% and Streptozotocin 22mg/kg for 8 weeks. Metabolic syndrome rats were treated with 6-gingerol doses of 50, 100, and 200 mg/kg for 8 weeks. After reaching the end of therapy, serum and pancreatic tissue were collected and analyzed for levels of (tumor necrosis factor alpha) TNF-α, (interleukin-6) IL-6, (malondialdehyde) MDA, (glutathione peroxidase) GPx, amylase, fat accumulation, cell expression pancreatic alpha and beta as parameters of NAFPD. The results of analysis showed that administering 6-gingerol did not significantly reduce serum amylase activity, MDA, the relative expression of IL-6, but it increased GPX activity, reduced fat accumulation, and increased insulin and glucagon expression in pancreatic tissue. Thus 6-Gingerol has the potential as a therapeutic agent to improve NAFPD in the MetS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Chintia
Abstrak :
Pandemi COVID-19 sudah mulai mereda, namun jumlah pasien non-COVID yang berobat ke IGD di RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim mulai kembali mengalami peningkatan dalam waktu singkat. Beberapa tenaga Kesehatan mulai mengeluhkan kelelahan dikarenakan beban kerja yang masih terasa berat, belum adanya rotasi tempat kerja ke unit lain serta adanya kekhawatiran akan terjadinya gelombang ketiga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kejadian burnout pada tenaga Kesehatan di IGD RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim. Penelitian potong lintang ini menggunakan instrumen Maslach Burnout Inventory (MBI) dan observasi kegiatan tenaga Kesehatan menggunakan Teknik work sampling. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 54% dokter dan perawat mengalami burnout sedang, 41% mengalami burnout ringan, dan 5% tidak burnout. Hasil analisis bivariat menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja dengan burnout syndrome. Disarankan agar rumah sakit melakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui faktor penyebab lainnya. ......The COVID-19 pandemic has begun to subside, but the number of non-COVID patients seeking treatment in the ER at the Dr. H. M. Rabain Muara Enim Hospital started to improve again in a short time. Several health workers began to complain of fatigue due to the heavy workload, the absence of job rotation to other units and fears of a third wave. The purpose of this research was to determine the relationship between workload and the incidence of burnout among health workers in the emergency department of RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim. This cross-sectional study used the Maslach Burnout Inventory (MBI) and observed the activities of health workers using work sampling technique. This research revealed that 54% of doctors and nurses experienced moderate burnout, 41% experienced mild burnout, and 5% did not burnout. The results of the bivariate analysis stated that there was no relationship between workload and burnout syndrome. It is recommended that the hospital conduct further evaluations to determine other causative factors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uji Arum Ismartini
Abstrak :
ABSTRAK
Anak merupakan harta yang paling beiiiarga bagi orangtua. Khususnya bagi ibu, anak yang lahir dengan sehat dan tidak berkelainan memilild simbol bahwa ibu mampu memberikan ketuninan yang baik. Berbedajika anak yang dilahirkan memilild kelainan Down Syndrome. Hal ini dapat membuat ibu mengalami shock dan kekecewaan yang hebat (Ashman & Eikins, 1994), karena kelainan Down Syndrome dapat terlihat dengan jelas, sehingga dapat menimbulkan reaksi lingkungan yang d£Q}at berpengaruh teriiadap penerimaan ibu. Selain itu hadin^ra anak Down Syndrome akan berpengaruh pada pengaturan waktu luang dan ekonomi keluarga Harapan ibu juga akan menurun setelah mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang dimilild anak Untuk dapat menerima kondisi anaknya, ibu membutuhkan waktu yang relatif cukup panjang. Diawali dengan perasaan shock, sedih dan kecewa (primary phase). Kemudian dalam diri ibu akan timbul rasa marah, bersalah, ambivalensi dan maiu (secondary phase). Kondisi ini akan terns berlangsung hingga ibu menyadari bahwa anaknya membutidikan intervensi yang tepat (tertiary phase) (Kubler-Ross dalam Gargiulo, 1985). Pada saat ini dapat dikatakan bahwa ibu sudah dapat menerima kondisi anaki^a, walaupun penerimaaniQra tidak akan pemah sempuma karena perasaan sedih dan depresi akan selalu muncul (Gargiulo, 1985). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses penerimaan ibu antara lain adalah sikap lingkungan dan kerabat dekat (significant others), reaksi abnormal anak, kesenjangan yang timbul antara harapan dan kenyataan, serta tingkat ekonomi dan orientasi pendidikan. Kesemuanya itu saling berinteraksi dengan proses yang ibu alami d^am menerima kondisi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penerimaan ibu anak Down Syndrome yang berusia kurang dari lima tahun. Penerimaan ibu merupakan hal yang penting bagi anak Down Syndrome, karena semakin cepat ibu dapat menerima kondisi anak, semakin cepat ibu dapat mengambil tindakan selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan anak. Lima tahun pertama merupakan masa yang relatif berat bagi ibu, dimana ibu memperoleh diagnosa yang akurat, kemudian mengalami berbagai emosi yang berfluktuasi, hingga akhimya dapat menerima kondisi anak (Tumbull, dkk. dalam Heward, 1996). Taliun-tahun selanjutnya ibu sudah mulai dapat mengorganisasi kehidupan seharihari, dan kekhawatiran pada anak sudah mulai berkurang. Untiik dapat mengetahui proses penerimaan teisebut, digunakan pendekatan kualitatif dengan metode single case study. Sampel diperoleh melalui prosedur typical purposeful sampling. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap tiga orang ibu yang memiliki anak Down Syndrome benisia kurang dari lima tahun dan tinggal bersama anak teisebut. Untuk memenuhi etika penelitian, maka identitas asli dari subjek disamarkan sedemikian rupa sehingga tidak tersebar luas. Penelitian ini divalidasi dengan menggunakan metode member checks. Data yang diperoleh dianalisa dengan cara koding. Hasil dari penelitian mi menunjukkan bahwa pada ketiga ibu muncul reaksi-reaksi primary, secondary, dan tertiary phase. Hanya saja, tidak semua ibu mengalaminya. Misdnya saja sebagian ibu merasa shock dengan hadimya anak Dawn Syndrome, namun ada ibu yang tidak merasa shock. Kemudian, sebagian ibu tidak malu dengan kondisi anaknya, tetapi ada pula ibu yang malu dan risi dengan kondisi anakya. Dari ketiga subjek juga diketahui bahwa reaksi ^ef and depression teijadi sejak anak Dawn Syndrome lahir dan masih berlanjut faingga saat ini. Sedangkan adaptasi teihadap anak yang merupakan bagian dari tertiary phase tennyata muncul sejak awal, beberapa saat setelah anak didiagnosa mengalami Dawn Syruirome. Ketiga subjek juga menunjukkan bahwa reaksireaksi yang mereka ^ami tidak berurutan, seperti ibu yang tidak mengalami reaksi tertentu, kemudian "lompat" pada reaksi selanjutnya. Selain itu juga diketahui reaksi-reaksi yang merupakan bagian dari secondary phase temyata muncul pada saat ibu sedang berada pada primary phase. Begitu juga dengan tertiary phase yang muncul saat ibu sedang berada pada secondary phase, sehingga dapat dikatakan bahwa proses penerimaan yang dilewati ibu anak Dawn Syndrome mengalami tumpang tindih. Hal ini sebenamya merupakan fenomena yang wtgar, karena tergantung sepenuhnya pada keunikan individu masing-masing (Gargiulo, 1985). Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa pada akhimya ketiga subjek dapat menerima kondisi anak mereka, tenitama karena adanya dukungan dari orang terdekat dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan pada ibu yang memiliki anak Down Syndrome untuk mengjkuti program parent support group, sehingga dapat berbagi cerita dengan ibu-ibu lain yang juga memiliki anak Down Syndrome. Selain itu bagi konselor yang terlibat dalam parent support group, (hsarankan untuk memfokuskan pada tahap penerimaan yang dialami ibu, sehingga dapat memberikan penanganan yang lebih tepat. Kemudian bagi yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut, dapat digunakan metode lain dalam kerangkan kualitatii^ kemudian menggunakan sumber data yang lebih bervariasi. Dengan demikian hasil yang diperoleh dapat lebih kaya.
2001
S2804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronika Trimardhany
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3275
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Devy Aryanti
Abstrak :
Sindrom Down merupakan kelainan genetik yang dikarakteristikkan dengan keterlambatan perkembangan yang dapat mempengaruhi kemandirian anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemandirian dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari pada anak dengan sindrom Down usia sekolah dan remaja dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif non-eksperimen. Responden penelitian berjumlah 43 orang tua/ pengasuh anak dengan sindrom Down di Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas anak berada dalam kategori mandiri sebagian: 31 anak (72,1%); selebihnya mandiri total: 7 anak (16,3%) dan ketergantungan total: 5 anak (11,6%). Untuk itu, diperlukan pendidikan kesehatan dan dukungan emosional bagi keluarga, untuk mencapai kemandirian yang optimal pada anak dengan sindrom Down.
Down syndrome is a genetic disorder which characterized by lack of developmental that may affect the child's independence. This study aims to determine the level of independence of child with Down syndrome in school age and adolescents. This study used descriptive quantitative non-experimental approach with 43 parents or caregivers of child with Down syndrome in Depok. The result showed that the majority of respondents belongs to modified independence: 31 children (72,1%), while respondents who belongs to total independence: 7 children (16,3%) and total dependence: 5 children (16,3%). For the reason, health education and emotional support for families is needed to achieve optimum independence in children with Down syndrome.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrini Nurul Afifah
Abstrak :
Komputer belakangan ini menjadi kebutuhan utama bagi pekerja dalam menyelesaikan berbagai tugas. Semakin banyak pekerja mengalami keluhan okular maupun non okular terkait dengan penggunaan komputer yang dikenal sebagai gejala Computer Vision Syndrome (CVS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko CVS dengan menggunakan desain studi cross sectional pada 67 responden. Pengambilan data pada penelitian menggunakan kuesioner, wawancara, observasi, dan pengukuran langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,7% responden mengalami keluhan subjektif CVS dengan keluhan yang paling banyak dirasakan adalah nyeri pundak (61,2%), nyeri leher (59,7%), dan eyestrain (56,7%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan CVS adalah pola istirahat kerja, durasi penggunaan komputer, posisi layar komputer, dan kesalahan refraksi mata. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jarak antara mata dengan komputer dan keluhan subjektif CVS dan intensitas pencahayaan ruang ditemukan sebagai faktor konfonding. ......As computers become part of work necessity, more workers experiencing a variety of ocular and non ocular symptoms related to computer use, known as Computer Vision Syndrome (CVS). This study?s aim is to analyze Computer Vision Syndrome risk factors. This is a cross-sectional study with 67 employees involved as respondent and the data were collected with questionnaire, interview, observation, and direct measurement. The results shows that the prevalence of CVS subjective symptoms was found to be 56,7% with most complaints are shoulder pain (61,2%), neck pain (59,7%), dan eyestrain (56,7%). Rest break, duration of computer use, monitor position, and refractive error are significantly associated with Computer Vision Syndrome. There was no significantly association between eye and monitor distance and Computer Vision Syndrome and workplace lighting was found to be confounding factor.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>