Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprilia Hestini
"Pemerintah menetapkan adanya Pembatasan Sosial berskala Besar (PSBB) untuk memutus mata rantai penyebaran pandemic COVID 19 pada semua sector. Pada sektor pendidikan diberlakukan proses pembelajaran jarak jauh (PPJJ). Kegiatan PJJ ini menyebabkan anak tidak secara bebas berinteraksi dengan teman di sekolah yang dapat berdampak pada perkembangan psikososialnya Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perkembangan psikososial pada anak usia sekolah selama PJJ dimasa pademi COVID 19. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan 231 orang tua / wali yang memiliki anak dengan usia sekolah (usia 7 sampai 11 tahun) sebagai respondennya. Responden dipilih secara consecutive sampai kuota terpenuhi berdasarkan kehadiran orangtua ke sekolah (SDN 1 BabakanMadang, Kabupaten Bogor) saat pengumpulan tugas belajar anak. Hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner Pediatric Symptom Checklist 17 (PSC 17) didapatkan hampir seluruh sampel penelitian (97%) memiliki perkembangan psikososial yang normal, hal tersebut mungkin terjadi karena pelaksanaan PJJ masih memungkinkan murid dapat berinteraksi dengan teman atau gurunya saat datang ke sekolah untuk mengumpulkan tugas. Kepada pihak sekolah, guru, orang tua dan masyarakat luas dapat berperan aktif dalam memantau tumbuh kembang anak dan mengembangkan kreativitas anak selama PJJ sesuai dengan sumber daya dan prasarana yang ada.

The government has established Large-scale Social Restrictions (PSBB) to break the chain of spreading the COVID-19 pandemic in all sectors. In the education sector, distance learning process (PPJJ) is applied. This PJJ activity causes children not to freely interact with friends at school which can have an impact on their psychosocial development. This study aims to look at the description of psychosocial development in school-age children during PJJ during the COVID- 19 pandemic. The research method uses a quantitative descriptive approach with 231 parents/guardians who have children of school age (ages 7 to 11 years) as respondents. Respondents were selected consecutively until the quota was met based on the attendance of parents to school (SDN 1 Babakan Madang, Bogor Regency) when collecting children's study assignments. The results of the study using the Pediatric Symptom Checklist 17 (PSC 17) questionnaire found that almost all of the study samples (97%) had normal psychosocial development, this may be because the implementation of PJJ still allows students to interact with their friends or teachers when they come to school to collect information. Duty. Schools, teachers, parents and the wider community can play an active role in monitoring children's growth and development and developing children's creativity during PJJ in accordance with existing resources and infrastructure."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheby Tesya Deanira
"Latar belakang: Kejadian subfertil di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi pasangan subfertil mencapai 15-25% dari seluruh pasangan. Kondisi ini berpengaruh pada kondisi psikis (gejala psikopatologi) seseorang dimana diperlukan tata laksana yang sesuai agar kesehatan mental pasien subfertil dapat ditingkatkan.
Tujuan: Mengetahui kecenderungan gejala psikopatologi pada pasien subfertil di
RSCM beserta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.
Metode: Studi ini menggunakan uji potong lintang dengan kuesioner Symptom
Checklist-90 (SCL-90) secara daring dan luring di Poli Endokrin RSCM sejak 5-
18 Oktober 2020. Data yang didapat kemudian diolah menggunakan SPSS versi
20 dan dilakukan uji analisis memakai Fisher’s Exact Test. Skor kasar yang
didapat dari kuesioner diubah menjadi t-score dan kemudian dikelompokan sesuai
gejala psikopatologinya.
Hasil: Setiap pasien dapat memiliki gejala psikopatologi lebih dari satu. Diantara 60 responden terdapat 7 pasien yang mempunyai gejala psikopatologi, dengan 5 orang mengalami somatisasi, 4 orang mendapati obsesif-kompulsif, sensitivitas interpersonal, depresi, dan ide paranoid, 3 orang mengalami kecemasan, kecemasan fobia, psikotik, dan tambahan, serta hanya 2 orang yang mempunyai hostilitas. Didapatkan hubungan gejala psikopatologi dengan usia (OR=1.081; IK95%=0.189-6.169), status pekerjaan (OR=0.448; IK95%=0.080-2.518), dan status gizi (OR=0.815; IK95%=0.087-7.617) tidak signifikan secara statistik (nilai p >0.05).
Simpulan: Prevalensi gejala psikopatologi terbesar adalah somatisasi (71.4%)
dengan usia >30 tahun sebagai faktor risiko, serta bekerja dan IMT ≥ 30 sebagai
faktor protektif.

Background: The incidence of subfertility in Indonesia continues to increase
every year. Based on Riskesdas 2013, the prevalence of subfertile couples reached
15-25% of all couples. This condition affects the psychological condition
(psychopathological symptoms) of a person where appropriate management is
needed so that the mental health of subfertile patients can be improved.
Objectives: To determine the profile of subfertile patients’ psychopathological
symptoms in RSCM and its predispose factors.
Methods: This is a cross-sectional study with the Symptom Checklist-90 (SCL-90)
questionnaire that was given online and offline at the RSCM Endocrine Clinic
from 5-18 October 2020. The data obtained were processed using SPSS version
20 and analyzed using Fisher's Exact Test. The obtained score from the
questionnaire were converted into t-scores and then classified according to their
psychopathological symptoms.
Results: Each patient can have more than one psychopathological symptom.
Among the 60 respondents there were 7 patients who had psychopathological
symptoms, with 5 people experiencing somatization, 4 people experiencing
obsessive-compulsivity, interpersonal sensitivity, depression, and paranoid
ideation, 3 people experiencing anxiety, phobic anxiety, psychotic, and additional
items, and only 2 people which have hostility. It was found that the relationship
between psychopathological symptoms and age (OR=1.081; CI95%=0.189-6.169),
occupation status (OR=0.448; CI95%=0.080-2.518), and nutritional status
(OR=0.815; CI95%=0.087-7.617) was not statistically significant (p value > 0.05).
Conclusion: The biggest prevalence of psychopathological symptoms was
somatization (71.4%) which age >30 years old affect as a risk factor, while working and BMI ≥ 30 as protective factors.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library