Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
James Budiono
"Industri gula Indonesia sering kali menimbulkan berbagai polemik. Dari segi konsumen, harga eceran gula pasir Indonesia sangat tinggi, sebaliknya dari segi produsen, pabrik gula sering kali masuk koran karena hidupnya bagaikan kerakap?mati talc hendak, hidup pun tak mau?meskipun sudah mendapat proteksi yang besar.
Karya Akhir ini mencoba membahas salah satu sisi dari permasalahan industri gula tersebut, yaitu dari sisi produsen. Ditinjau berbagai aspek dan permasalahan yang kerap kali menyelimuti industri gula ini. Apalagi dengan mengingat bahwa pada masa kejayaannya tahun 1930-an, Indonesia bukan hanya pernah menikmati swasembada gula, tetapi juga menjadi eksportir gula yang disegani di dunia.
Dari analisa ini, tampak bahwa permasalahan tersebut urnumnya bukan hanya berasal dan industrii gula itu sendiri, tetapi pada hulu dan hilirnya. Di hulu, industri gula membutuhicari perkebunan tebu sebagai sumber bahan baku utamanya, dan perkebunan tebu Indonesia juga sering dilanda berbagai masalah yang akhirnya mengimbas ke industri gula. Di hilir, monopoli distribusi bukan saja membuat industri gula menjadi tak efisien, tetapi juga membuat masyarakat harus membayar lebih mahal dari seperlunya.
Bila industri gula dapat dijalankan dengan lebih efisien, sebagaimana disarankan dalam Karya Akhir ini, maka dibandingkan dengan industni agribisnis lain yang mengandalkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki fndonesia?tanah yang subur, luas dan iklim yang cocok?industni gula sebenarnya memiliki prospek yang cukup baik dan layak dìperhitungkan sebagal pilihan investasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Simon Panangian Pangihutan
"Di Indonesia gula dikategorikan sebagai salah satu komoditas yang sensitif, bahkan tergolong komoditas pertanian kedua paling sensitif setelah beras. Karena Gula merupakan kebutuhan pokok penduduk yang menjadikan kewajiban pemerintah untuk menjamin ketersediaan gula di pasar domestik pada tingkat harga yang masih masuk akal bagi seluruh kelompok masyarakat; industri gula merupakan sumber penghidupan lebih dari satu juta petani di Jawa dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi lebih dari setengah juta buruh tani di pedesaan, terutama di Jawa dan Sumatera, fakta ini membawa konsekuensi bagi pemerintah untuk menjaga keberlangsungannya serta meningkatkan manfaatnya.
Unsur yang paling berpengaruh dengan produksi gula tentunya tanaman yang menghasilkannya, yaitu tebu atau dalam bahasa latinnya disebut Saccharum of jicinarum L.
Kebutuhan lahan untuk tumbuh tebu inilah yang menjadikan permasalahan yang cukup pelik di Indonesia Luas lahan perkebunan tebu yang cenderung berkurang dari tahun ke tahun tentunya berakibat pada produksinya Dan tentunya akan berakibat kepada produksi gula nasional juga.
Sebagai catatan luas area perkebunan tebu nasional pada periode tahun 2003-2004 adalah 334.839 Ha dengan produksi gula 2.040.600 ton padahal kebutuhan gula nasional Indonesia saat ini adalah 3.404.109 ton berarti Indonesia masih kekurangan 1.363.510 ton gula untuk pemenuhan kebutuhan gula nasional. Yang ditanggulangi dengan mengimpor gula Bila tidak ada proteksi harga gula dalam negeri dari pemerintah tentunya hal ini akan membuat petani tebu merugi dan enggan mengusahakan tebu yang juga akan berakibat semakin rendahnya produksi gula nasional.
Untuk menanggulangi hal ini selain meningkatkan kadar gula dalam tebu/rendemen, maka pengembangan lahan perkebunan tebu keluar Jawa sudah merupakan keharusan agar industri gula semakin bergairah. Areal-areal yang sesuai secara fisik pada pulau Jawa seluas 1.201.250 Ha, pada pulau Sumatera 9.610.000 Ha, pada pulau Kalimantan 28.830.000 Ha, dan pada pulau Sulawesi seluas 1.801.875 Ha masih dapat dikembangkan. Karena luas areal yang barn terusahakan di Jawa seluas 292.823 Ha pada tahun 1995, 225.588 Ha pada tahun 2000, dan 207.148 Ha pada tahun 2003/2004. Di Sumatera seluas 105.285 Ha pada tahun 1995, 88.688 Ha pada tahun 2000, 110.134 Ha pada tahun 2003/2004. Di Kalimantan seluas 15.893 Ha pada tahun 1995, 2.527 Ha pada tahun 2000, 2.176 Ha pada tahun 2003/2004. Di Sulawesi seluas 21.426 Ha pada tahun 1995, 19.159 Ha pada tahun 2000, dan 15.381 Ha pada tahun 2003/2004.
Jika pemerintah serius untuk mengusahakan lahan yang potensial dan telah tersedia itu, juga memproteksi harga gula dalam negeri serta menjaga tingkat rendemen Maka swasembada gula kemungkinan besar dapat terwujud pada tahun 2010, karena lahan perkebunan tebu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gula nasional sebesar 4.180.00 ton di tahun tersebut hanyalah seluas 835.165 Ha. Berarti Indonesia cukup menambah 500.326 Ha lagi lahan perkebunan tebu untuk mencapai swasembada gula nasional."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39419
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putty Junia Mirzasari Hermawan
"Dicanangkannya target swasembada gula untuk tahun 2014 mengharuskan industri gula di Indonesia untuk meningkatkan produksinya. Namun, kondisi industri gula yang beberapa dekade terakhir ini mengalami penurunan produktifitas menimbulkan ancaman bagi tercapainya target swasembada gula tersebut. Maka dari itu, dilakukan suatu analisis mengenai produktifitas dengan menggunakan pendekatan total factor productivity (TFP) melalui pengaplikasian metode growth accounting beserta analisis mengenai determinan yang mempengaruhi pertumbuhan TFP dengan menggunakan pengolahan data panel.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa memang keadaan industri gula di Indonesia pada periode penelitian 1993-2011 mengalami penurunan produktifitas akibat dari macetnya adopsi teknologi yang membuat suatu proses produksi menjadi lebih produktif. Selain itu, sesuai dengan sifat industri gula di Indonesia yang bersifat capital intensive, variabel yang signfikan mempengaruhi terjadinya perubahan teknologi : investasi mesin dan pemakaian listrik (kwh).

The establishment of sugar self-sufficiency target for 2014 requires sugar industry in Indonesia to boost its production. However, for the last few decades sugar industry in Indonesia is experiencing decreased in productivity that pose a threat to the achievement of self-sufficiency target. This paper analyzes productivity in sugar industry by using the approach of total factor productivity (TFP) through the application of growth accounting methods as well as an analysis of determinants that affect TFP growth using panel data methods.
From the analysis, it was found that during 1993-2011 sugar industry in Indonesia experiencing a decreased in productivity as a results from lack of technology adoption that makes production process more productive. In addition, to the nature of sugar industry in Indonesia which is capital intensive, there are two variables that significant affecting the change of technology : machinery investment and electricity (kwh)."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Muhammad
"[Presiden Joko Widodo menargetkan untuk mencapai ketahanan pangan di era kepemimpinannya. Salah satu cara untuk memenuhi target tersebut adalah dengan swasembada pangan untuk lima komoditas, yaitu beras, jagung, kedelai, daging, dan gula. Tiga diantaranya, yaitu beras, jagung dan kedelai, memiliki kemungkinan yang tinggi untuk tercapai. Sementara itu, swasembada daging kemungkinan besar tidak akan tercapai sesuai target. Di lain sisi, swasembada gula sulit untuk tercapai, akan tetapi tidak sepenuhnya mustahil untuk tercapai melihat kinerja Indonesia di zaman dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemungkinan swasembada gula di tahun 2017 menggunakan rencana realistis pemerintah. Dalam analisis ini, penulis mengestimasi produksi dan konsumsi gula di tahun 2017. Dua metode digunakan dalam penelitian ini, yaitu model stokastik untuk proyeksi produksi dan model deterministik untuk proyeksi konsumsi. Hasilnya kemudian ditampilkan dalam rasio produksi terhadap konsumsi. Hasil menunjukan bahwa, di tahun 2017, konsumsi gula langsung dapat mencapai tiga juta ton dan konsumsi gula tidak langsung dapat mencapai 3.5 juta ton. Secara total, konsumsi gula Indonesia mencapai 6.5 juta ton di tahun 2017. Di lain sisi,produksi gula Indonesia di tahun 2017 hanya mencapai sekitar 2.7 ton. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa swasembada gula di tahun 2017 tidak akan tercapai, baik dari konsumsi gula langsung maupun konsumsi gula total. Dengan demikian, pemerintah perlu berusaha lebih keras agar rencana-rencana strategis yang sudah dibentuk dapat terlaksana dengan baik sehingga target dapat tercapai.

President Joko Widodo aims to reach food security in its era. One of the mean to reach the target is by achieving self sufficiency in 5 commodities rice corn soybean meat and sugar. Three of them rice corn and soybean is likely to be achieved meanwhile meat will be unlikely to be achieved. Sugar is hard to be achieved yet it is not impossible seeing the track record of Indonesia. This research is aimed to see the possibility of sugar self sufficiency in 2017 based on the government 39's realistic planning. To analyze writer estimates production and consumption of sugar in 2017 Two methods are employed 1 stochastic model for production projection and 2 deterministic model for consumption projection. The result is then presented using production to consumption ratio The result shows that in 2017 the direct sugar consumption may reach 3 million ton and the indirect sugar consumption may reach 3 5 million ton totaling to 6,5 million ton. In other side the production may only reach 2,7 million ton Based on the calculation it is found that Indonesia may not reach sugar self sufficiency both in only direct sugar consumption and total sugar consumption. Given this government needs to take extra action so that the target may be achieved., President Joko Widodo aims to reach food security in its era One of the mean to reach the target is by achieving self sufficiency in 5 commodities rice corn soybean meat and sugar Three of them rice corn and soybean is likely to be achieved meanwhile meat will be unlikely to be achieved Sugar is hard to be achieved yet it is not impossible seeing the track record of Indonesia This research is aimed to see the possibility of sugar self sufficiency in 2017 based on the government 39 s realistic planning To analyze writer estimates production and consumption of sugar in 2017 Two methods are employed 1 stochastic model for production projection and 2 deterministic model for consumption projection The result is then presented using production to consumption ratio The result shows that in 2017 the direct sugar consumption may reach 3 million ton and the indirect sugar consumption may reach 3 5 million ton totaling to 6 5 million ton In other side the production may only reach 2 7 million ton Based on the calculation it is found that Indonesia may not reach sugar self sufficiency both in only direct sugar consumption and total sugar consumption Given this government needs to take extra action so that the target may be achieved ]"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library