Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Riska Putri Warti
"Apotek merupakan salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian yang dapat memberikan pelayanan swamedikasi atau membeli obat untuk mengatasi keluhan ringan tanpa resep dokter misalnya salesma. Ketersediaan obat di apotek menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan, misalnya dengan manajemen yang baik dalam pengadaan obat. Penelitian ini dilakukan untuk dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang siklus manajemen obat dan rekomendasi obat-obatan salesma di Apotek Kimia Farma 0330 Harapan Indah. Metode yang digunakan yaitu metode observasional yang bersifat deskriptif. Penelitian dimulai pada tanggal 2 sampai dengan 27 Oktober 2023. Hasil dari penelitian ini adalah Apotek Kimia Farma 0330 Harapan Indah menerapkan metode perencanaan dan pembelian dengan mempertimbangkan pola konsumsi, pola penyakit (musiman), sifat obat (memiliki expired date panjang atau pendek, fast moving atau slow moving), harga obat dan permintaan perusahaan yang sudah menjalin kerjasama. Siklus manajemen yang diterapkan di Apotek Kimia Farma 0330 Harapan Indah meliputi Seleksi, Pengadaan, dan Distribusi. Namun, Proses pemesanan dilakukan oleh Kimia Farma Pusat Bekasi sesuai permintaan defecta (daftar barang habis). Penulisan buku defecta ini dilakukan setiap hari dengan melihat stok obat yang ada di etalase maupun yang ada di gudang untuk dilaporkan ke pusat. Di Apotek Kimia Farma 0330 Harapan Indah penyakit selesma adalah penyakit ISPA non spesifik yang sering dialami oleh pasien dan obat- obatan yang sering direkomendasikan oleh Apoteker lebih banyak obat-obatan mengandung Kombinasi Pseudoefedrin-Parasetamol seperti Dicom, Alco Plus DMP, paratusin, Mixagrip Flu dan Batuk, dan Panadol Flu & Batuk.

Pharmacy is one of the pharmaceutical service facilities that can provide self-medication services or buy drugs to treat minor complaints without a doctor's prescription, such as salesma. The availability of drugs in pharmacies is a very important thing to consider, for example, with good management in drug procurement. This study was conducted to be able to provide a comprehensive picture of the drug management cycle and recommendations for sales of drugs at Kimia Farma 0330 Harapan Indah Pharmacy. The method used is an observational method, which is descriptive in nature. The research began on October 2–27, 2023. The results of this study show that Kimia Farma 0330 Harapan Indah Pharmacy applies planning and purchasing methods by considering consumption patterns, disease patterns (seasonal), drug properties (having a long or short expiration date, fast moving or slow moving), drug prices, and requests from companies that have collaborated. The management cycle implemented at Kimia Farma 0330 Harapan Indah Pharmacy includes selection, procurement, and distribution. However, the ordering process is carried out by Kimia Farma Bekasi Center according to the defecta request (list of consumables). Writing this defect book is carried out every day by looking at the stock of drugs in the storefront and in the warehouse to be reported to the center. At Kimia Farma 0330 Harapan Indah Pharmacy, catarrh is a non-specific ARI disease that is often experienced by patients, and drugs that are often recommended by pharmacists are more drugs containing pseudoephedrine-paracetamol combinations such as Dicom, Alco Plus DMP, paratusin, Mixagrip Flu and Cough, and Panadol Flu and Cough.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Basith Fithroni
2012
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Elvina Apriani
"Tingginya persentase swamedikasi batuk dibandingkan dengan penyakit lain dapat menjadi pemicu timbulnya swamedikasi yang tidak rasional sehingga menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap pasien dewasa terhadap perilaku swamedikasi batuk di Jabodetabek. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Metode perolehan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas. Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan total 139 responden dan dianalisis menggunakan IBM®SPSS® versi 25. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 53,96% responden memiliki pengetahuan yang cukup, 81,29% responden memiliki sikap yang baik, dan 64,03% responden memiliki perilaku yang baik. Terdapat korelasi positif berkekuatan lemah antara pengetahuan swamedikasi batuk (p=0,000; r=0,285) dan sikap serta korelasi kuat positif antara sikap dan perilaku swamedikasi batuk (p=0,000; r=0,403). Namun tidak terdapat korelasi antara pengetahuan dan perilaku swamedikasi batuk responden (p=0,138; r=1,105). Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap faktor sosiodemografi menunjukkan korelasi yang tidak bermakna (p>0.05). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan semakin baik pengetahuan swamedikasi batuk responden maka semakin baik pula sikap swamedikasi batuk responden dan semakin baik sikap swamedikasi batuk responden maka semakin baik pula perilaku swamedikasi batuk yang ditunjukkan responden. Pada profil swamedikasi responden melakukan swamedikasi karena sudah mengetahui obat yang harus digunakan berdasarkan pengalaman dengan frekuensi swamedikasi dalam 3 bulan terakhir 1-2 kali. Responden memperoleh obat dari apotek dan mengandalkan pengalaman penggunaan obat pribadi/keluarga sebagai informasi obat mereka. Pada penggunaan obat batuk ditemukan responden yang menggunakan obat batuk kering untuk mengobati batuk berdahak

The high percentage of cough self-medication compared to other diseases can trigger irrational self-medication, causing serious health consequences. This study aims to analyze the effect of adult patient's knowledge and attitudes on cough self-medication practice in Jabodetabek. The research design is cross-sectional with mixed method type embedded design. The data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled validity and reliability test. Primary data were collected with 139 samples and analyzed by IBM®SPSS® 25. The results showed that 53.96% of respondents had enough knowledge, 81.29% of respondents had a good attitude, and 64.03% respondents have good practice. The results of the correlation test showed that there was a positive weak correlation between self-medication knowledge (p=0,000; r=0,285) and attitudes and a positive strong correlation between self-medication attitudes and practice (p=0,000; r=0,403). There was no correlation between self-medication knowledge and practice (p=0,138; r=1,105). The relationship between knowledge, attitudes, and practice towards sociodemographic factors showed no significant correlation (p>0.05). Therefore, it can be concluded that the higher respondent's self-medication knowledge, the better the self-medication attitude of respondents and the better self-medication attitude, the better self-medication behavior shown by respondents. In self-medication profile, respondents did self-medication because they already knew drug they used based on experience and self-medication frequency in last 3 months is 1-2 times. Respondents obtained drugs from pharmacies and relied on their personal/family drug use experience as their drug information. It was found that respondents used dry cough medicine to treat coughs with phlegm."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Risiko kesalahan penggunaan obat pada praktik swamedikasi untuk pasien anak cukup besar meliputi pemilihan obat hingga regimen dosis yang berdampak negatif pada keselamatan pasien. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan, sikap, terhadap perilaku pelaksanaan  swamedikasi obat batuk, flu, dan demam pada anak-anak di wilayah Jabodetabek. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Data diperoleh dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi syarat valid dan reliabel melalui uji validitas dan reliabilitas. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh 239 orang tua di Jabodetabek dan dianalisis menggunakan program IBM®SPSS® versi 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menunjukkan pengetahuan (70,7%), sikap (84,1%), dan perilaku (94,6%) yang baik terkait swamedikasi anak. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap (p = <0.001; r = 0.494), pengetahuan dan perilaku (p = <0.001; r = 0.278), serta sikap dan perilaku (p = <0.001; r = 0.381) terkait swamedikasi anak. Semakin baik pengetahuan dan sikap orang tua terhadap swamedikasi, semakin baik perilaku mereka dalam melakukan swamedikasi pada anak. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi antara responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendapatan (p <0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan tingkat pendidikan dan status pekerjaan (p >0.05). Studi ini memberikan pemahaman tentang pola swamedikasi pada orang tua di Jabodetabek, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi.

The risk of medication errors in self-medication practices for pediatric patients is significant, including issues related to drug selection and dosing regimens that can negatively impact patient safety. Several studies have shown that self-medication practices can be influenced by the level of knowledge and attitudes held by patients. This research aims to analyze the knowledge, attitudes, and practices related to self-medication for cough, flu, and fever medications in children in the Jabodetabek area. The design of this research is cross-sectional with a mixed-methods embedded design. Data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled the validity and reliability test. Primary data was obtained from 239 parents in the Jabodetabek area and analyzed using IBM® SPSS® version 26. The research findings indicate that the majority of respondents demonstrated good knowledge (70.7%), attitudes (84.1%), and behaviors (94.6%) regarding self-medication practices for children. There were significant positive correlation between knowledge and attitudes (p = <0.001; r = 0.494), knowledge and behaviors (p = <0.001; r = 0.278), as well as attitudes and behaviors (p = <0.001; r = 0.381) regarding self-medication practices for children. The better the knowledge and attitudes of parents towards self-medication, the better their behaviors in practicing self-medication. There were significant correlation in knowledge, attitudes, and practices related to self-medication among respondents based on age, gender, and income (p <0.05). However, no significant differences were found based on education level and employment status (p >0.05). This study provides insights into the patterns of self-medication practices among parents in the Jabodetabek area."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kyra Adiavira
"Latar belakang: Swamedikasi yang dilakukan dengan rasional dan bertanggung jawab dapat memiliki banyak keuntungan, baik dari segi waktu dan biaya, sementara yang tidak rasional dapat menyebabkan kerugian. Swamedikasi yang rasional berhubungan erat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi. Mahasiswa kesehatan kemungkinan mendapatkan paparan informasi mengenai pengobatan yang lebih tinggi dibanding mahasiswa lainnya. Di Indonesia, belum banyak dilakukan penelitian mengenai swamedikasi pada mahasiswa.
Metode: Kuesioner mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi disebarkan kepada 128 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) dan non RIK di Universitas Indonesia. Data kemudian dianalisis dengan chi square dan dihitung rasio odds dan interval kepercayaan 95%.
Hasil: Dari 128 kuesioner yang disebarkan, seluruhnya memenuhi kriteria eligibilitas dan dapat dianalisis. Didapatkan bahwa dari 116 (90,6%) mahasiswa yang melakukan swamedikasi, 70 (94,6%) adalah mahasiswa RIK dan 46 (85,2%) adalah mahasiswa non RIK. Dari jumlah tersebut, 46 (62,2%) mahasiswa RIK dan 6 (13%) mahasiswa non RIK memiliki pengetahuan baik. M ahasiswa dengan latar belakang kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi terkait swamedikasi dibandingkan mahasiswa non RIK (OR: 12,7; p: <0,001; CI 95% 4,75 – 34,38), sementara seluruh mahasiswa dari kedua kelompok memiliki sikap yang baik terkait swamedikasi.
Kesimpulan: Mahasiswa Universitas Indonesia, baik dari kelompok kesehatan maupun non kesehatan, sama-sama memiliki prevalensi swamedikasi tinggi. Mahasiswa kesehatan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan mahasiswa non kesehatan. Secara umum, mahasiswa diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran terkait swamedikasi yang rasional dan bertanggungjawab.

Introduction: Self-medication, if done rationally and responsibly, would bring a lot of benefits of time and cost, while irrational self-medication would on the other hand prove disadvantageous. Rational self-medication is strongly tied to sufficient knowledge on the matter. Healthcare students are likely to experience more exposure to information related to medication compared to students from other fields of study. In Indonesia, studies regarding self-medication in university students are still limited in number.
Method: Questionnaire which consists of knowledge, attitude, and practice of self- medication were distributed to 128 healthcare and non-healthcare students of University of Indonesia. The responses were then analyzed using chi square and odds ratio was calculated on 95% confidence interval.
Result: Of 128 questionnaires distributed, each fulfilled the eligibility criteria and was therefore analyzed. Among 116 (90,6%) university students practicing self-medication,
70 (94,6%) are healthcare students and 46 (85,4%) are non-healthcare students. Furthermore, 46 (62,2%) of healthcare students and 6 (13%) of non-healthcare students have sufficient knowledge of self-medication. Healthcare students have better knowledge of self-medication compared to non-healthcare students (OR: 12,7; p: <0,001; CI 95% 4,75 – 34,38), however, both groups show equally positive attitude toward self- medication.
Conclusion: Prevalence of self-medication in both healthcare and non-healthcare students of University of Indonesia is high. Healthcare students have significantly higher level of knowledge compared to non-healthcare students. University students are expected to have a role in raising awareness of rational and responsible self-medication in the general public.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nurshofiyyah Muslimah
"Latar Belakang Demam menjadi gejala yang paling umum pada individu yang terinfeksi COVID-19. Individu yang mengalami demam seringkali mengambil tindakan swamedikasi. Pengetahuan dan sikap individu dapat menjadi faktor keberhasilan swamedikasi. Dengan demikian, diteliti mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap COVID-19 dengan swamedikasi demam. Metode Penelitian ini menggunakkan studi desain cross-sectional. Intsrumen penelitian berupa kuesioner yang disebarkan secara luring kepada 94 masyarakat di Kelurahan Panjunan, Cirebon, dan sekitarnya yang berisi sosiodemografi, pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19, serta perilaku swamedikasi demam. Kemudian data diolah menggunakkan uji chi-square, uji fisher, dan uji regresi. Hasil Proporsi masyarakat yang memiliki pengetahuan baik dan sikap positif terhadap COVID-19 masing-masing sebanyak 86,2% dan 95,7%. Proporsi masyarakat yang melakukan swamedikasi demam adalah 60,6%. Jenis obat yang paling banyak digunakkan oleh dalam melakukan swamedikasi demam adalah parasetamol. Analisis statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan mengenai hubungan antara pengetahuan (p=0,589; OR 1,382; IK95% 0,425 – 4,494) dan sikap (p=0,645; OR 1,571; IK95% 0,212 – 11,673) masyarakat terhadap COVID-19 dengan swamedikasi demam di Kelurahan Panjunan, Cirebon, dan sekitarnya. Terdapat variabel perancu yang tidak dapat disingkirkan menunjukkan hasil signifikan, yaitu usia (p=0,007) dan sosial ekonomi/penghasilan (p=0,017). Kesimpulan Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap COVID-19 dengan swamedikasi demam di Kelurahan Panjunan, Cirebon, dan sekitarnya.

Introduction Fever is one of the common symptom in individuals infected with COVID-19. Individuals who experience fever often take self-medication. Individual knowledge and attitudes can be factors in the success of self-medication. Thus, the relationship between people's knowledge and attitudes towards COVID-19 and self-medication for fever was studied. Method The study design uses a cross-sectional study. The research instrument was a questionnaire distributed offline to 94 residents in Panjunan Village, Cirebon, and nearby containing sociodemographics, knowledge and attitudes towards COVID-19, and fever self-medication behavior. Then the data was processed using the chi-square test, Fisher test and regression test. Results The proportion of respondents with good knowledge and positive attitudes towards COVID-19 is 86.2% and 95.7% respectively. 60,6% of respondents practicing self-medication. The type of drug most commonly used when self-medicating for fever is paracetamol. Statistical analysis showed insignificant results regarding the relationship between knowledge (p=0.589; OR 1.382; CI 95% 0.425 – 4.494) and attitude (p=0.645; OR 1.571; CI 95% 0.212 – 11.673) towards COVID-19 with fever self-medication in Panjunan Village, Cirebon and nearby. There are confounding variables that can not be excluded which show significant results were age (p=0.007) and socio-economic/income (p=0.017). Conclusion There is no relationship between public knowledge and attitudes towards COVID-19 and fever self-medication in Panjunan Village, Cirebon and nearby."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okta Wismandanu
"ABSTRAK
Praktik swamedikasi antibiotik dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat seperti munculnya efek samping yang tidak diinginkan akibat kesalahan pengobatan serta masalah resistensi antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi swamedikasi antibiotik pada rumah tangga yang menyimpan obat di Indonesia serta faktor-faktor yang berhubungan dengan swamedikasi antibiotik di Indonesia. Studi ini merupakan studi cross sectional yang diambil dari Riskesdas 2013. Analisis dilakukan dengan cox regresi untuk mengetahui nilai hubungan (PRR) antara area tempat tinggal, waktu tempuh ke fasilitas kesehatan, kepemilikan asuransi dan status ekonomi dengan praktik swamedikasi antibiotik pada rumah tangga di Indonesia.
Prevalensi praktik swamedikasi antibiotik pada rumah tangga yang menyimpan obat di Indonesia adalah 57,3%. Berdasarkan analisis multivariate, faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik swamedikasi antibiotik adalah area tempat tinggal, jarak ke fasilitas kesehatan dan kepemilikan asuransi kesehatan meskipun nilai hubungan ini sangat kecil dengan nilai PRR 0,894 (95% CI 0,876-0,912). 0,931, 95% CI 0,931-0,969 dan 1,085, 95% CI 1,063-1,107) secara berturut-turut. Status ekonomi rumah tangga tidak berhubungan dengan praktik swamedikasi antibiotik. Pentingnya upaya peningkatan pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya secara tepat perlu dilakukan terutama untuk masyarakat agar perilaku praktik swamedikasi antibiotik tidak lagi dilakukan.

ABSTRACT
Self-medication with antibiotics is one of a public health problem. The objectives of this study are to find the prevalence of self-medication with antibiotics in household and the factors associated with antibiotic self-medication in Indonesia. The cross sectional survey method from Riskesdas 2013 was performed and analyzed with cox regression to find the factors that associated with self ? medication with antibiotic in household in Indonesia.
The prevalence of self-medication with antibiotics on household that store drugs in Indonesia show result 57,3%. Based on multivariate analysis, the factors that associated with self-medication with antibiotics on household in Indonesia are living area, access to health facility and health insurance ownership PRR 0,894 95% CI 0,876-0,912, PRR 0,931, 95% CI 0,931-0,969 and 1,085, 95% CI 1,063-1,107, respectively. Economic status not associated with self-medication with antibiotic in Indonesia. Enhancing the knowledge and appropriate use of drugs especially for people in rural area is important, so that self-medication with antibiotics no longer applied.
"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lela Laelatu Rohmatillah
"ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Hidup Baru dilakukan selama 4 empat minggu sejak tanggal 2-30 Agustus 2016. Tujuan kegiatan ini adalah agar mahasiswa memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker di Apotek sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 tahun 2014, memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di Apotek, dan memiliki gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian. Kegiatan pelayanan klinis yang sudah dilakukan di Apotek Hidup Baru diantaranya pelayanan resep, dispensing obat, pelayanan informasi obat dan konseling. Tugas khusus yang diberikan berjudul Pembuatan Standar Prosedur Operasional SPO Pelayanan Swamedikasi.

ABSTRACT
Pharmacist Profession Internship at Apotek Hidup Baru held for four 4 weeks from August 2nd to 30th, 2016. This internship intended to make pharmacist students understand the role, duties and responsibilities of a pharmacist in the pharmacy that appropriate with the Regulation of Minister of Health No. 34 in 2014 have insight, knowledge, skills and practical experience to carry out the pharmaceutical practice in the pharmacy and have a real picture of the problems of pharmacy work and learn the strategies and activities that can be done in order to develop the pharmaceutical practice. Clinical pharmacy activities that already ongoing are prescriptions, drug dispensing, drug information and counseling services. Special assignment was given and titled Making the Standard Operating Procedures SOPs Swamedikasi Services"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>