Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ivana Stacia Cahyadi
Abstrak :
Isu keberlanjutan (sustainability) menjadi kian populer seiring dengan gencarnya pemberitaan negatif terkait ketidakseimbangan alam, kerusakan lingkungan, dan ketidakadilan sosial. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang ditargetkan oleh PBB mendorong berbagai industri, termasuk industri fesyen, untuk bersama-sama menangani dampak negatif yang telah dihasilkan selama ini demi kesejahteraan dan keberlanjutan jangka panjang. Istilah fesyen berkelanjutan hadir sebagai remedi dari praktik fesyen dari para merek atau perusahaan yang kurang bertanggung jawab, seperti fast fashion—istilah yang digunakan untuk menunjukkan strategi dan tren dalam industri fesyen yang berlangsung dengan cepat dan efektif. Gen Z sebagai calon pemimpin dan penerus kehidupan mendatang memiliki perspektif yang krusial dan relevan untuk diteliti lebih dalam, ditambah dengan karakteristik gen Z yang dapat dikatakan berkaitan erat dengan fesyen dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratori melalui survei dalam bentuk kuesioner dan wawancara mendalam dengan partisipan kuesioner 110 orang, yang 11 diantaranya menjadi partisipan wawancara. Temuan penelitian ini antara lain: (1) Partisipan penelitian yang berasal dari kelompok gen Z sudah menyadari adanya isu dalam industri fesyen terutama terkait sosial dan lingkungan, namun perspektif para partisipan gen Z sangat beragam dalam melihat fesyen berkelanjutan, saat ini masih belum merata tingkat pemahamannya, ada yang sudah kritis dalam memandang istilah tersebut namun ada juga yang belum mengerti atau peduli, (2) Praktik-praktik yang mencerminkan dukungan terhadap fesyen berkelanjutan mulai berkembang dan diterapkan oleh kelompok gen Z dalam penelitian ini dan lingkungan sekitar mereka, namun perilaku ini bukan seratus persen dilakukan karena kesadaran akan konsep fesyen berkelanjutan, terdapat berbagai faktor dan keterbatasan lain yang mendorong perilaku tersebut, (3) Merek fesyen cepat yang praktik dan klaim keberlanjutannya masih menjadi perdebatan (seperti H&M dan Zara) mengesankan bahwa mereka berkelanjutan karena tag atau label yang dicantumkan, namun dalam praktiknya, keberlanjutan tidak dapat dinilai dari klaim material yang di daur ulang atau ramah lingkungan saja , (4) Di mata para partisipan, keberlanjutan yang dilakukan oleh merek atau perusahaan di industri fesyen ini menjadi unique selling, sehingga bukan sepenuhnya dilakukan karena motif altruistik saja, dan (5) Partisipan yang berasal dari kelompok gen Z melihat bahwa perkembangan dan kemajuan keberlanjutan pada industri fesyen di Indonesia akan semakin berkembang dan diadopsi oleh konsumen dan berbagai merek atau perusahaan. Kontribusi utama penelitian ini adalah menghadirkan apresiasi terhadap perpektif gen Z, dari sisi konsumen biasa, dan sebagai tambahan dari fashion insiders untuk memahami sudah sejauh mana pemahaman dan perkembangan fesyen berkelanjutan di Indonesia. ......The issue of sustainability is gaining increasing popularity amid the incessant negative news regarding natural imbalances, environmental damage, and social injustice. The Sustainable Development Goals targeted by the United Nations encourage various industries, including the fashion industry, to collaborate in addressing the negative impacts that have been generated so far, with the aim of achieving long-term prosperity and sustainability. The term "sustainable fashion" exists as a remedy for the irresponsible practices of certain brands or companies, such as fast fashion—a term used to describe strategies and trends in the fashion industry that rapidly and effectively took place. As the future successors and the next generation to lead, Gen Z holds crucial and relevant perspectives for further research, especially given their strong connection to fashion in their daily lives. This study used exploratory qualitative methods, conducting surveys in the form of questionnaires and in-depth interviews with 110 participants, of which 11 were interviewees. The findings of this study are as follows: (1) The majority of Gen Z participants are aware of issues in the fashion industry, particularly related to social and environmental concerns. However, their perspectives on sustainable fashion are highly diverse. While some show critical understanding of the term, others do not comprehend or prioritize it, (2) Practices reflecting support for sustainable fashion have started to develop and be adopted by the Gen Z participants in this study and their surroundings. Nevertheless, their behavior is not consistently aligned with the concept of sustainable fashion, as various other factors and limitations influence their actions, (3) Fast fashion brands, such as H&M and Zara, are still subject to debates regarding their sustainability claims and practices. Despite including tags or labels indicating sustainability in their products, sustainability cannot solely be judged by claims of using recycled or environmentally friendly materials, (4) In the eyes of the participants, sustainability initiatives taken by brands or companies in the fashion industry are seen as unique selling points. This suggests that such actions are not solely driven by altruistic motives, (5) Participants from the Gen Z group anticipate further development and adoption of sustainability in the fashion industry in Indonesia, expecting it to be embraced by consumers and various brands or companies. The main contribution of this research is to present an appreciation of the Gen Z perspective, both as ordinary consumers and as fashion insiders, in understanding the current level of comprehension and development of sustainable fashion in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihan
Abstrak :
Studi mengenai intensi pembelian produk-produk beretika termasuk sustainable fashion telah banyak berkembang dalam literatur ilmiah. Namun demikian, sangat sedikit studi yang dikembangkan memasukkan unsur religiusitas dalam penelitiannya. Aspek ini krusial di negara-negara berkembang yang menggunakan unsur agama dalam pedoman kehidupannya termasuk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh aspek religiusitas masyarakat Indonesia dalam intensi pembelian sustainable fashion yang dimediasi oleh faktor materialisme dan guilt (perasaan bersalah) yang dikembangkan oleh Adil (2022). Penelitian dilakukan dengan mengirimkan survei yang diisi oleh 701 responden penduduk Indonesia yang beragama Islam dan berusia minimal 17 tahun. Dengan menggunakan metode pengolahan PLS-SEM, ditemukan bahwa religiusitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian sustainable fashion serta terdapat peran mediasi signifikan oleh faktor guilt, namun tidak oleh faktor materialisme. Implikasi dan keterbatasan penelitian dicantumkan dalam tulisan ini. ......Studies on purchase intention of ethical products including sustainable fashion have been conducted in various literatures. However, little did incorporate religiosity aspect into their studies. This aspect is crucial in emerging market economies which consider religiosity as a factor in their life including in Indonesia. The purpose of this study is to determine the effect of religiosity aspect upon Indonesians on purchase intention of sustainable fashion while also being mediated by materialism and guilt factor that is developed by Adil (2022). The study is conducted by sending survey filled by 701 Indonesian muslim respondents that are at least 17 years old. Using PLS-SEM method, the study found that religiosity has indeed positive and significance effect on purchase intention of sustainable fashion while also being mediated by guilt factor, but not by materialism factor. The implications and limitations of this study is discussed within.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Dharmesti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh informasi dan pro-environmental attitude terhadap willingness to pay generasi milenial terhadap produk sustainable fashion. Data dikumpulkan melalui kuesioner online kepada generasi milenial yang berdomisili di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar. Peneliti menggunakan model regresi berganda untuk menganalisis pengaruh informasi dan pro-environmental attitude terhadap willingness to pay generasi milenial terhadap produk sustainable fashion. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa informasi dan pro-environmental attitude memiliki pengaruh signifikan positif terhadap willingness to pay generasi milenial terhadap produk sustainable fashion. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk pelaku bisnis fashion agar dapat lebih transparan dalam menjalankan proses produksinya. ...... This study aims to determine the effect of information and pro-environmental attitudes on the millennial generation's willingness to pay for sustainable fashion products. Data was collected through an online questionnaire to millennials domiciled in Greater Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, and Makassar. Researchers use multiple regression models to analyze the causal effect of information and pro-environmental attitude on the willingness to pay millennial generation on sustainable fashion products. The results of this study state that information and pro-environmental attitude have a significant positive effect on millennial generations' willingness to pay for sustainable fashion products. The results of this study can be used as a reference for fashion businesses to be more transparent in carrying out their production processes.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadien Nathasya Halim
Abstrak :
Fast fashion yang merupakan salah satu konsep adibusana (fashion) yang digandrungi masyarakat luas memang efisien untuk dijalankan secara global, namun dalam konsep tersebut dijumpai berbagai permasalahan sosial serta lingkungan yang dimana dibutuhkan sebuah alternatif cara untuk menjalankan adibusana. Slow fashion di satu sisi merupakan alternatif keberlanjutan dari fast fashion yang menyediakan cara-cara menjalankan adibusana yang mampu mengatasi permasalahan yang timbul, namun nyatanya dalam penerapan slow fashion masih kurang ditemukan efektivitas serta efisiensi sehingga itu menjadi tantangan bagi slow fashion untuk diterima masyarakat luas dan menandingi konsep fast fashion. Pada penelitian terdahulu terungkap kesenjangan antara intensi dan tindakan dari konsumen berkesadaran akan dampak dari tindakan fashion yang dilakukannya, namun dijumpai bahwa masing-masing konsumen dari fast fashion maupun slow fashion memiliki justifikasi untuk mengadopsi produk adibusana tertentu. Dari sini muncul sebuah persoalan sejauh apa justifikasi tersebut mampu untuk dilakukan oleh konsumen adibusana di dalam tindakannya. Dalam artikel ini dibandingkan bentuk penerimaan konsumen terhadap kedua konsep tersebut dengan merefleksikannya kepada konsep klasik mengenai imitasi adibusana dari pemikiran Georg Simmel, yang akan mengungkap sebuah evaluasi mengenai intensi dasar dari adibusana itu sendiri. ......Fast fashion, which is a fashion concept that is loved by the wider community, is indeed efficient to run globally, but in this system various social and environmental problems are encountered which require an alternative way to run fashion. Slow fashion on the one hand is a sustainable alternative to fast fashion which provides ways of running fashion that are able to overcome the problems that arise, but in fact the implementation of slow fashion is still lacking in effectiveness and efficiency so that it becomes a challenge for slow fashion to be accepted by the wider community and compete with fast fashion concept. In previous research, it was revealed that there was a gap between the intentions and actions of consumers who were aware of the impact of their fashion actions, but it was found that each consumer from fast fashion and slow fashion had justifications for adopting certain fashion products. From this, an issue arises as to how far this justification can be carried out by fashion consumers in their actions. This article compare the forms of consumer acceptance of these two concepts by reflecting on the classic concept of fashion imitation from Georg Simmel's thought, which will reveal an evaluation of the basic intentions of fashion itself.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Dengan semakin banyaknya bahan pakaian yang tampaknya tidak dapat didaur ulang, fashion berkelanjutan adalah solusinya. Daur ulang itu penting karena berkaitan dengan keselamatan lingkungan. Hal ini juga penting untuk diketahui oleh masyarakat, dan untuk itu diperlukan sebuah platform untuk menyampaikan pentingnya fashion yang berkelanjutan, seperti Instagram. Platform dianggap sebagai alat komunikasi dan pemasaran yang efektif untuk menyebarkan pesan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis akun Instagram @Sejauh_Mata_Memandang sebagai clothing line brand lokal yang menerapkan social marketing dan bagaimana berhasil memperkenalkan gaya hidup fashion yang berkelanjutan. Dalam penelitian ini, strategi 'Honeycomb of Social Media dipilih untuk menilai konten, dan menggunakan pendekatan kualitatif dalam metode analisis konten, penelitian ini mengumpulkan data yang akan diambil dari fitur Instagram akun posting, 'Instastory' dan 'Feeds'. Kemudian ditemukan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa akun Instagram @Sejauh_Mata_Memanda memanfaatkan pemasaran sosial untuk meningkatkan kesadaran akan kampanye dan merek mereka. Alhasil, kami meminta mereka untuk mempengaruhi mereka agar membeli ide gaya hidup berkelanjutan mereka dan juga membeli lini pakaian dan tekstil mereka untuk berpartisipasi dalam gaya hidup berkelanjutan, memaksimalkan pemanfaatan fitur yang telah disediakan Instagram.  ......With the increasing number of clothing materials that appear unable to be recycled, sustainable fashion is the solution. Recycling is important as it engages with the safety of the environment. It is also important for people to be aware of, and by doing so, a platform is needed to convey the importance of sustainable fashion, such as Instagram. A platform is considered an effective communication and marketing tool to spread a message. Thus, this study aims to examine and analyze the @Sejauh_Mata_Memandang Instagram account as a local brand clothing line that applies social marketing and how it successfully introduces a sustainable fashion lifestyle. In this study, the ‘Honeycomb of Social Media strategy is chosen to assess the content, and using the qualitative approach in content analysis methods, this study collects the data which will be retrieved from the account’s Instagram feature of posts, ‘Instastory’ and ‘Feeds’. It then found that this study shows that the Instagram account @Sejauh Mata Memandang utilized social marketing to raise awareness of their campaign and brand. As a result, we have them order to influence them to buy their sustainable fashion lifestyle idea and buy their clothing line and textiles to participate in a sustainable fashion lifestyle, maximizing the utilization of the feature Instagram has provided. 
[Depok, Depok]: [Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Syifa Hakeki
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi brand avoidance behaviour pada pembelian sustainable fashion product oleh Generasi Z di Jabodetabek. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pria dan wanita dengan rentang usia 18-26 tahun, berdomisili di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan pernah bertransaksi atau melakukan pembelian fashion product. Terdapat sebanyak 236 responden terkumpul yang menggunakan metode purposive sampling. Kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Partial Least Square - Structural Equation Method (PLS-SEM). Penelitian ini menemukan bahwa sustainable fashion avoidance intention yang dipengaruhi oleh ketidakcocokan ideologis (ideological incompatibility), ekspektasi yang tidak terpenuhi (unmet expectation), dan materialisme (materialism), secara positif dan signifikan mempengaruhi sustainable fashion avoidance behaviour oleh Generasi Z di Jabodetabek. ......This study aims to determine the factors that influence brand avoidance behavior in the purchase of sustainable fashion products by Generation Z in Jabodetabek. The samples used in this study were men and women with an age range of 18-26 years, domiciled in the areas of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi and had transacted or purchased fashion products. There were 236 respondents collected using a purposive sampling method. Then processed and analyzed using Partial Least Square - Structural Equation Method (PLS-SEM). This study found that sustainable fashion avoidance intention, which is influenced by ideological incompatibility, unmet expectations, and materialism, positively and significantly influences sustainable fashion avoidance behavior by Generation Z in Jabodetabek.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafa Aurielle Adinda Diorra
Abstrak :
Konsep sustainable fashion, yakni pembuatan dan penggunaan produk fesyen yang mengutamakan keberlanjutan produk dan aspek lingkungan, penting untuk diterapkan karena permasalahan lingkungan yang secara signifikan diakibatkan oleh perkembangan industri fesyen. Di Indonesia, penerapan konsep ini mulai populer di sisi penjualannya, tetapi tidak di sisi pembeliannya. Sehingga diperlukan dorongan dan dukungan lebih agar masyarakat Indonesia dapat mengadopsi konsep ini dalam perilaku konsumsi produk fesyen. Di era transformasi pasar Indonesia, platform e-commerce memiliki peluang besar dalam mendorong perilaku pembelian produk sustainable fashion. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat model teoretis terkait faktor-faktor yang memengaruhi niat seseorang dalam membeli produk sustainable fashion melalui aplikasi e-commerce serta untuk membuat rancangan antarmuka aplikasi yang dapat mendukung perilaku tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan design science research yang terdiri dari: (1) pengidentifikasian masalah secara kuantitatif dan kualitatif dengan melibatkan teori NAM, TAM, dan TRA; (2) perumusan solusi dari hasil analisis data; (3) perancangan high-fidelity prototype aplikasi; (4) pendemonstrasian skenario penggunaan aplikasi; (5) evaluasi rancangan aplikasi dengan UT dan SUS; serta (6) penarikan kesimpulan dan saran penelitian. Secara singkat, penelitian ini menunjukkan bahwa perceived enjoyment, attitude, awareness of consequences, ascription of responsibility, personal norm, dan subjective norm memengaruhi intention to purchase yang mana akan memengaruhi actual purchase. Akan tetapi, perceived usefulness, perceived ease of use, dan perceived risk tidak memiliki pengaruh terhadap intention to purchase. Dari temuan dan implikasi penelitian ini, diharapkan adanya perluasan wawasan terkait perilaku pembelian produk sustainable fashion masyarakat Indonesia serta dapat merekomendasikan rancangan aplikasi e-commerce yang dapat dijadikan acuan untuk mendukung perilaku tersebut. ......The concept of sustainable fashion, namely the manufacture and use of the fashion products that prioritise product sustainability and environmental aspects, is important to implement because of the significant environmental problems caused by the development of the fashion industry. In Indonesia, the application of this concept is starting to become popular on the sales side, but not on the purchasing side. So more encouragement and support are needed so that Indonesians can adopt this concept in their fashion product consumption behaviour. In the era of Indonesian market transformation, e-commerce platforms have a great opportunity to encourage purchasing behavior for sustainable fashion products. The aim of this research is to create a theoretical model related to the factors that influence a person's intention to purchase sustainable fashion products through e-commerce applications and to create an application interface design that can support this behaviour. This research was carried out using a design science research approach consisting of: (1) identifying problems quantitatively and qualitatively involving NAM, TAM, and TRA theories; (2) formulating solutions from the results of data analysis; (3) designing high-fidelity application prototypes; (4) demonstrating the application usage scenarios; (5) evaluation of application design with UT and SUS; and (6) drawing conclusions and research suggestions. In short, this research shows that perceived enjoyment, attitude, awareness of consequences, ascription of responsibility, personal norms, and subjective norms influence intention to purchase which will influence actual purchase. However, perceived usefulness, perceived ease of use, and perceived risk have no influence on intention to purchase. From the findings and implication of this research, it is hoped that there will be an expansion of insight regarding the purchasing behaviour of sustainable fashion products among Indonesians and can recommend an e-commerce application design that can be used as a reference to support this behaviour.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthmilla Sari Bhaskara
Abstrak :
Konsep sustainable fashion, yakni pembuatan dan penggunaan produk fesyen yang mengutamakan keberlanjutan produk dan aspek lingkungan, penting untuk diterapkan karena permasalahan lingkungan yang secara signifikan diakibatkan oleh perkembangan industri fesyen. Di Indonesia, penerapan konsep ini mulai populer di sisi penjualannya, tetapi tidak di sisi pembeliannya. Sehingga diperlukan dorongan dan dukungan lebih agar masyarakat Indonesia dapat mengadopsi konsep ini dalam perilaku konsumsi produk fesyen. Di era transformasi pasar Indonesia, platform e-commerce memiliki peluang besar dalam mendorong perilaku pembelian produk sustainable fashion. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat model teoretis terkait faktor-faktor yang memengaruhi niat seseorang dalam membeli produk sustainable fashion melalui aplikasi e-commerce serta untuk membuat rancangan antarmuka aplikasi yang dapat mendukung perilaku tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan design science research yang terdiri dari: (1) pengidentifikasian masalah secara kuantitatif dan kualitatif dengan melibatkan teori NAM, TAM, dan TRA; (2) perumusan solusi dari hasil analisis data; (3) perancangan high-fidelity prototype aplikasi; (4) pendemonstrasian skenario penggunaan aplikasi; (5) evaluasi rancangan aplikasi dengan UT dan SUS; serta (6) penarikan kesimpulan dan saran penelitian. Secara singkat, penelitian ini menunjukkan bahwa perceived enjoyment, attitude, awareness of consequences, ascription of responsibility, personal norm, dan subjective norm memengaruhi intention to purchase yang mana akan memengaruhi actual purchase. Akan tetapi, perceived usefulness, perceived ease of use, dan perceived risk tidak memiliki pengaruh terhadap intention to purchase. Dari temuan dan implikasi penelitian ini, diharapkan adanya perluasan wawasan terkait perilaku pembelian produk sustainable fashion masyarakat Indonesia serta dapat merekomendasikan rancangan aplikasi e-commerce yang dapat dijadikan acuan untuk mendukung perilaku tersebut. ......The concept of sustainable fashion, namely the manufacture and use of the fashion products that prioritise product sustainability and environmental aspects, is important to implement because of the significant environmental problems caused by the development of the fashion industry. In Indonesia, the application of this concept is starting to become popular on the sales side, but not on the purchasing side. So more encouragement and support are needed so that Indonesians can adopt this concept in their fashion product consumption behaviour. In the era of Indonesian market transformation, e-commerce platforms have a great opportunity to encourage purchasing behavior for sustainable fashion products. The aim of this research is to create a theoretical model related to the factors that influence a person's intention to purchase sustainable fashion products through e-commerce applications and to create an application interface design that can support this behaviour. This research was carried out using a design science research approach consisting of: (1) identifying problems quantitatively and qualitatively involving NAM, TAM, and TRA theories; (2) formulating solutions from the results of data analysis; (3) designing high-fidelity application prototypes; (4) demonstrating the application usage scenarios; (5) evaluation of application design with UT and SUS; and (6) drawing conclusions and research suggestions. In short, this research shows that perceived enjoyment, attitude, awareness of consequences, ascription of responsibility, personal norms, and subjective norms influence intention to purchase which will influence actual purchase. However, perceived usefulness, perceived ease of use, and perceived risk have no influence on intention to purchase. From the findings and implication of this research, it is hoped that there will be an expansion of insight regarding the purchasing behaviour of sustainable fashion products among Indonesians and can recommend an e-commerce application design that can be used as a refereference to support this behaviour.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peranginagin, Sarah Malemta
Abstrak :
Perkembangan teknologi yang pesat telah meningkatkan minat pada industri fashion. Namun, industri ini menerima banyak kritik atas dampak negatif terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial. Hal ini memulai tren sustainable fashion yang mengedepankan nilai-nilai dari lingkungan dan kemanusiaan, dan dapat meminimalisir kerugian. Salah satu produk sustainable fashion yang sedang merasakan peningkatan permintaan adalah sepatu. Namun, pendapat masyarakat terhadap produk sepatu sustainable fashion dianggap sebuah "gimmick" karena memiliki fungsi yang sama dengan harga yang lebih mahal. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi niat beli konsumen terhadap sepatu sustainable fashion dari merek Pijakbumi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan kerangka Theory of Planned Behaviour (TPB) dan metode Covariance-Based Structural Equation Modeling (CB-SEM), dengan mengumpulkan data melalui kuesioner yang disebar kepada 310 konsumen Pijakbumi di Indonesia.  Hasil analisis model menunjukkan utilitarian environmental benefits, warm-glow benefits, normative belief, moral obligation, attitude, subjective norm, dan perceived behavioral control mempengaruhi purchase intention. Namun, eco-literacy tidak memoderasi hubungan antara attitude dan purchase intention. Perancangan strategi menggunakan Ansoff Matrix, sedangkan Strategy to Mission Matrix digunakan untuk memvalidasi strategi. Berdasarkan perancangan strategi, diajukan 14 rekomendasi strategi, dengan hanya 3 strategi yang diprioritaskan berdasarkan penggunaan Strategy to Mission Matrix. ...... The rapid advancement of technology has transformed and increased interest in the fashion industry. However, this industry has received criticism for its negative impact on the environment, economy, and society. This has led the emergence of the sustainable fashion trend, which emphasizes environmental and humanitarian values and aims to minimize losses. One sustainable fashion product that is experiencing increasing demand is shoes. However, public opinion regarding sustainable fashion shoes is often seen as a gimmick due to their higher prices without significant functional differences. Therefore, this study analyses the factors that influence consumers' purchase intention toward sustainable fashion shoes from the brand Pijakbumi in Indonesia. The study employs the Theory of Planned Behaviour (TPB) framework and Covariance-Based Structural Equation Modeling (CB-SEM) method, collecting data through questionnaires distributed to 310 Pijakbumi consumers in Indonesia. The analysis results indicate that utilitarian environmental benefits, warm-glow benefits, normative beliefs, moral obligations, attitudes, subjective norms, and perceived behavioural control influence purchase intention. However, eco-literacy does not moderate the relationship between attitudes and purchase intentions. Strategy design utilizes the Ansoff matrix, while the strategy-to-mission matrix validates strategies. There are a total of 14 strategy recommendations are proposed, with 3 prioritized using the strategy-to-mission matrix.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Ramadhani Fitrianisa
Abstrak :
Tingginya produksi tekstil dan pakaian yang diikuti perilaku konsumtif masyarakat akan meningkatkan limbah pakaian yang berdampak negatif bagi lingkungan. Fenomena ini meningkatkan kecemasan individu akan kerusakan lingkungan (eco-anxiety). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti korelasi antara tingkat eco-anxiety dengan intensi membeli produk pakaian ramah lingkungan. Peneliti menggunakan desain korelasional dengan jumlah sampel sebanyak 260 partisipan (usia 18-65 tahun). Alat ukur yang digunakan adalah The Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) dan alat ukur green purchase intention yang telah ditranslasi ke dalam Bahasa Indonesia dan diadaptasi dengan konteks pakaian. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan dengan efek kecil antara eco-anxiety dan intensi membeli produk pakaian ramah lingkungan, r(260) = .24, p < .01, R2= .058. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kecemasan akan lingkungan, semakin tinggi pula kemungkinan individu menunjukkan intensi membeli produk pakaian ramah lingkungan. ...... The large production of textiles and clothing, followed by the public's consumptive behavior, will increase clothing waste, which will have a detrimental effects on environment. This phenomenon increases individual anxiety about environmental damage (eco-anxiety). The purpose of this study is to examine the correlation between the level of eco-anxiety and the intention to purchase eco-friendly clothing products. The research conducted a correlational design with 260 participants (age 18 to 65 years). The measuring instrument employed is The Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) and a green purchase intention measuring instrument that has been translated into Indonesian and applied to the context of clothing. The Pearson correlation analysis shows a significant positive correlation with a small effect between eco-anxiety and the intentions to purchase ecofriendly clothing products, r(260) = .24, p < .01, R2= .058. The results indicated that the greater the level of environmental anxiety, the greater the chance of individuals exhibiting an intentions to purchase ecofriendly clothing products.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>