Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marco Mawira Salim
Abstrak :
Kafein merupakan obat yang telah banyak digunakan untuk aplikasi topikal dan telah digunakan dalam sediaan farmasi dan kosmetik karena mempunyai aktivitas yang menguntungkan pada kulit, misalnya, sebagai anti-selulit, dan perlindungan terhadap paparan sinar UV matahari. Penggunaan niosom sebagai alternatif penghantaran kafein melalui kulit, telah dibahas dalam beberapa penelitian terdahulu. Belum ada tinjauan yang mengumpulkan dan membandingkan artikel-artikel mengenai topik tersebut. Maka, tinjauan akan membahas secara umum tentang niosom sebagai pembawa obat, sebagai penghantaran untuk kafein melalui kulit, dan bertujuan untuk memberikan rekomendasi setelah melakukan perbandingan dari penelitian- penelitian terdahulu. Artikel-artikel mengenai topik yang berkaitan dikumpulkan, lalu dilakukan analisa dan pengumpulan data mulai dari preparasi niosom, karakterisasi dari niosom, dan kemampuan penetrasi niosom kafein melalui membran simulasi kulit. Berdasarkan analisa data dari artikel-artikel yang dikumpulkan, didapatkan bahwa sebagian besar pembuatan niosom menggunakan teknik hidrasi lapis dan surfaktan non-ionik seperti tween dan span. Rangkuman data dari hasil penelitian-penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa ukuran vesikel niosom kafein dari surfaktan tween (hidrofilik) relatif lebih besar dibandingkan niosom dari span (hidrofobik). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan surfaktan hidrofobik seperti span menghasilkan niosom dengan ukuran vesikel yang relatif lebih kecil, dan dapat meningkatkan jumlah dan kecepatan penetrasi niosom melalui membran. Selain itu, rasio 1:1 antara surfaktan dan kolestrol menunjukkan encapsulation efficiency yang lebih besar dibanding rasio lain.
Caffeine is a drug that has been widely used for topical applications and has been used in pharmaceutical and cosmetic preparations because of having beneficial activities on the skin, for example, as anti-cellulite and UV ray protection. The use of niosomes as an alternative to the delivery of caffeine through the skin, has been discussed in several previous studies. No one has collected and compared articles on this topic yet. Therefore, this review will discuss generally about niosomes as a drug carrier, as a delivery for caffeine through the skin, and be supported to provide recommendations after conducting research from studies. Articles on topics are collected and then analyzed and collected data ranging from the preparation of niosomes, the characterization of niosomes, and the ability of caffeine niosome penetration through simulation membranes as skin. Based on data analysis from the articles collected, it was found that most niosomes were made using layered hydration techniques and non-ionic surfactants such as tween and span. Summarized data showed that tween (hydrophilic) surfactants have relatively larger niosome vesicle size than that of span (hydrophobic). Then, can be concluded that the use of hydrophobic surfactants such as span produces niosomes with relatively smaller vesicle sizes, which can increase the number and speed of acquisition of niosomes through the membrane. In addition, the 1: 1 ratio between surfactants and cholesterol shows greater encapsulation efficiency than other ratios.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hengky Wijaya
Abstrak :
Sugar fatty acid esters (SFAE) dikenal sebagai biosurfaktan. Kemampuan biodegradabilltas yang sangat baik, tidak memiliki rasa (tasteless), tidak berbau (odor/ess), tidak beracun (nontoxic), tidak menyebabkan iritasi (non-irritant) dan sifat non-ionik menjelaskan kegunaannya yang sangat penting dalam berbagai aplikasi kehidupan yang iuas. Pada penelitian ini dilakukan sintesa pembuatan SFAE fruktosa stearat dan fruktdsa oleat secara konvensional dan secara enzimatik. Surfaktan tersebut merupakan jenis surfaktan non ionik yang dapat membentuk emuisi Water in Oil (W/0). Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa SFAE basil sintesa konvensional memiliki sifat-slfat surfaktan sebagai emulsifier dan mampu menurunkan tegangan pernnukaan airdari 72 dyne/cm menjadi 48 dyne/cm dengan nilai CMC 0,06 gr/L untuk SFAE stearat dan 38 dyne/crn dengan nilai CMC 0,05gr/L untuk SFAE oleat. SFAE,oleat memiliki nilai HLB 6,697 sedangkan SFAE stearat memiliki nilai HUB 6,959
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Givan Andris Tio
Abstrak :
Mikrosfer didefinisikan sebagai struktur yang terdiri dari fase kontinyu dari satu atau lebih polimer bercampur dimana partikel obat didispersikan pada tingkat molekul atau makroskopis. Mikrosfer banyak diaplikasikan pada bidang medis sebagai penyalut obat untuk pengantaran obat terkontrol. Sebagai penyalut obat, mikrosfer harus memliki bentuk bola atau spheric, ukuran kurang dari 125 I¼m, dan distribusi ukuran yang sempit. Parameter yang mempengaruhi ketiga sifat tersebut antara lain: jenis surfaktan, konsentrasi surfaktan, dan penambahan jumlah volume surfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan surfaktan tween 80 dalam pembuatan mikrosfer polipaduan poli(L-asam laktat) dan polikaprolakton dengan metode evaporasi pelarut, lalu mikrosfer yang berhasil dibuat dikarakterisasi dengan instrument FTIR, PSA, dan Mikroskop Optik. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa mikrosfer yang dibuat memiliki sifat yang serupa dengan polimer-polimer penyusunnya. Dalam penelitian ini dilakukan dua variasi metode, yaitu variasi konsentrasi surfaktan dan variasi penambahan jumlah volume surfaktan untuk melihat ukuran mikrosfer yang dihasilkan dan distribusi ukuran partikel dari mikrosfer tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan yang digunakan akan menghasilkan distribusi partikel yang lebih seragam. Pada variasi penambahan jumlah volume surfaktan, menunjukkan semakin besar volume surfaktan yang ditambahkan maka keseragaman yang diperoleh semakin berkurang.
Microspheres are defined as structures that consist of a continuous phase of one or more mixed polymers where the drug particles are dispersed at a molecular or macroscopic level. Microspheres are widely applied to the medical field as a drug coating for controlled drug delivery. As a drug coating, the microsphere must have a spherical or spherical shape, a size of less than 125 I¼m, and a narrow size distribution. Parameters that affect the three properties include: type of surfactant, surfactant concentration, and addition of the amount of surfactant volume. The aim of this study was to look at the effect of using tween 80 surfactant in the manufacture of poly (L-lactic acid) and polycaprolactone microspheres using solvent evaporation methods, then the successful microspheres were characterized by FTIR, PSA and Optical Microscope instruments. The results of FTIR characterization showed that the microspheres made had properties similar to those of the constituent polymers. In this study two variations of the method were carried out, namely variations in surfactant concentration and variations in the amount of surfactant volume added to see the size of the microsphere produced and the particle size distribution of the microsphere. The results showed that the greater the concentration of surfactant used would result in a more uniform particle distribution. In the variation of the addition of the volume of surfactant, the greater the volume of surfactant added, the less uniformity obtained.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library