Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2018
091.598 TRA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2018
091.598 TRA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irza Arnyta Djafaar
"Tesis ini membahas masalah konsep negara federalisme dengan mengetengahkan tokoh yang mempunyai sebuah kedudukan istimewa, yaitu selaku Sultan. Sultan Ternate Iskandar Muhammad Djabir Sjah merupakan seorang tokoh yang dengan konsisten mempertahankan ideologi federalis yang menyebabkan ia terusir dari daerahnya sendiri. Federalisme yang dianutnya merupakan idiologi budaya yang sudah berurat akar dalam faham kepimimpinan di Maluku Utara yang dinamakan Maloko Kie Raha atau Maluku Empat Gunung, yang berintikan pada empat kerajaan besar yang pernah ada pada waktu itu, yaitu kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo dengan salah satu kerajaan yang bertindak sebagai primes inter pares. Struktur mitos Maloko Kie Raha mencakup keterangan mengenai asal-usul keluarga penguasa (kolano). Keempat kerajaan ini dikatakan masih bersaudara dan menjadi dasar bagi pembenaran interaksi di antara kerajaan tersebut. Pandangan ini mengemukakan, bahwa keadaan yang normal di Maluku adalah kalau keempat kerajaan berdiri dengan utuh, maksudnya kalau keempat pusat kekuasaan itu berada dalam suatu keseimbangan.
Menurut pandangan dunia Maloko Kie Raha senantiasa ada keseimbangan antara berbagai kerajaan ini. Pertentangan antara berbagai pusat kekuasaan itu tidak bersifat dikotomis dimana yang satu harus menghancurkan yang lainnya agar bisa maju. Maloko Kie Raha mengandung pandangan dualisme, dimana dua unsur kekuatan atau kekuatan saling bersaing tetapi tidak saling menghancurkan, sebab kehadiran yang satu hanya bernilai kalau yang lain tetap ada. Maloko Kie Raha dibentuk dengan alasan masih adanya hubungan darah yang erat antara ke empat kerajaan tersebut dengan mengandalkan mitos perkawinan antara Djafar Sidek dan Nur Sala yang berasal dari kayangan yang menghasilkan keturunan yang memimpin empat kerajaan tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka tesis ini berupaya mengambarkan keterkaitan antara konsep Maloko Kie Raha dengan konsep federalisme yang dianut oleh Sultan Ternate Iskandar Muhammad Djabir Sjah. Iskandar Muhammad Djabir Sjah yang sejak awal sudah dipersiapkan oleh pemerintah Belanda untuk memimpin kawasan Maluku Utara secara sadar mengetahui tentang hal ini. Ia berupaya agar tidak menjadi boneka Belanda dengan mengeluarkan gagasan-gagasan yang tidak hanya menguntungkan pihak Belanda. Diantaranya ia mendesak supaya segera ditentukan berapa lama pemerintah Belanda dapat memberikan kemerdekaan, setelah habisnya masa peralihan.
Pengungsian atas dirinya yang dilakukan oleh tentara NICA ke Australia menjadi pengalaman yang berharga, hal ini dilakukan karena kekejaman pendudukan Jepang di Ternate di samping untuk kepentingan pemerintah Belanda sendiri. Dengan pangkat yang diberikan oleh NICA yaitu Letnan Kolonel, ia mendapat kedudukan istimewa. Dengan demikian Iskandar Muhammad Djabir Sjah diperhitungkan keberadaannya di kawasan Timur Indonesia, sehingga ia selalu diikutsertakan dalam berbagai konperensi yang di lakukan oleh pemerintah Belanda."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T1610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Objek jang dipilih bagi karangan i1miah jang mendjadi pelengkapan udjian2 Sardjana pada. Djurusan Sedjarah Fakultis Sastra IInivorsitas In_donesia ialah, seperti nampak pada halaman djudul, sultan Emir El Muka minin Hamzah Nasarun Minallahi Shah atau sultan Hamzah dari Ternate jang hidup antara tahun2 1627 dan 1648. Namun samasekali bukanlah maksad penulis untuk menjusun suatu biografi, demikian pula bukan seluruh masa hidupnja jang disoroti. Djangkauan karangan ini hanjalah tindakan2 sultan Hamzah dalam bidang politik antara tnhun2 1628 dan 1648. Jang menarik perhatian pada sultan Hamzah ialah kenjataan bahwa hidupnja terpisah oleh suatu peristiwa penting sehingga seolah-olah ia hidup dalam dua djaman. Peristiwa panting itu ialah kedatangan Belanda di Ternate pada tahun 1607 jang mengakibatkan suatu hubungan persekutuan.antara kedua kekuasaan itu. Sangatlah menarik untuk mengetahui bagaimana sultan Hamzah mengatur. keradjaannja dalan kondisi politik jang berlainan dengan kondisi politik semasa mudanja. Ada suatu hal lain lagi jang menerik pada tokoh ini. Oleh penulis2 hikajat2 dari abad ke-19 Hamzah .rupanja tidak dikenal. Menurut ketera ngan dari Drs. A.D. Lapian jang pernah menbuat suatu survey di Ternate beberapa tahun jang lalu, pada masa inipun sultan Hamznh tidak mendapat tempat dalam tradisi2 rakjat. Selain hal2 jang mennrik itu, dari tindakan2 politik sultan.Hamzah kita dapat memperoleh bcberapa fakta jang sangat penting bagi penulisan sedjarah Indonesia pada umumnja. Apabila kiae tindjau historiografi kolonial maka sekurang-.kurangnja ada tiga orang jang pernah meuulis tentaug sultan Hamzah setjara pandjang lebar (Valeutyn, 1724, Hoores, 1890) maupun setjara sepintas lalu (Stapel, 1940). Adalah suatu keladjiman bahwa setiap sedjarawan terikat pada beberapa hal jang sudah terkandung dalam disiplin sedjarah itu _"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1965
S12255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library