Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Rahmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang umumnya terdapat pada rimpang kunyit (Curcuma longa L.). Setelah pemberian peroral, kurkumin dalam tubuh akan segera dimetabolisme melalui proses reduksi maupun konjugasi. Oleh karena itu, kadar kurkumin di dalam darah sangat kecil sehingga diperlukan metode bioanalisis yang selektif dan sensitif. Metode Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi ? Tandem Spektrometer Massa (KCKUT-SM/SM) yang spesifik dan cepat telah dikembangkan dan divalidasi untuk menetapkan kadar kurkumin dalam plasma manusia menggunkan diazepam sebagai baku dalam. Pemisahan dilakukan menggunakan kolom C18 Acquity® Waters, UPLC BEH 1,7 μm, 2,1 x 100 mm, fase gerak asam format 0,15% - Asetonitril (50:50), laju alir 0,5 mL/menit dengan metode preparasi sampel ekstraksi cair-cair menggunakan campuran larutan etil asetatmetanol (95:5). Mode ionisasi yang digunakan adalah multiple reaction monitoring (MRM) dengan mode Electrospray ionization positif dengan nilai m/z berturut-turut 369,05 > 176,95 dan m/z 284,95 > 193 untuk kurkumin dan diazepam. Metode bioanalisis menunjukkan presisi dan akurasi yang baik dengan nilai % KV dan % bias < 15% untuk semua konsentrasi (QCL, QCM dan QCH) dengan nilai kurva kalibrasi yang linear (r = 0,999) pada rentang 1 ? 100 ng/mL dan nilai LLOQ untuk senyawa kurkumin sebesar 1,0 ng/mL. Metode ini telah diaplikasikan untuk menentukkan kadar kurkumin dalam plasma 1 orang sehat yang telah diberi sediaan kurkumin 1800 mg. Dari penelitian diperoleh hasil tidak ditemukannya kurkumin dalam bentuk bebas, tetapi bentuk kurkumin terglukuronidasi dan tersulfatasi. Perbandingan antara jumlah terglukuronidasi dan tersulfatasi 4:1. Metode analisis yang diperoleh sudah memenuhi kriteria validitas menurut Guidance EMEA 2011 dengan sensitivitas yang tinggi sehingga dapat diaplikasikan untuk studi in-vivo.
ABSTRACT
Curcumin is a polyphenol, found in the spice turmeric from the rhizome of the herb Curcuma Longa. After oral administration, Curcumin undergoes rapid metabolism by conjugation and reduction. Curcumin levels are generally low so that the required bioanalytical method is selective and sensitive. A simple, specific and rapid UPLCMS/ MS method has been developed and validated for the estimation of curcumin in human plasma, using diazepam as internal standard (IS). The separation using UPLC BEH C18 column 1.7 μm, 2,1 x 100 mm Acquity® Waters; 0.15% formic acid - acetonitril (50:50, v/v) as mobile phase; flow rate 0.5 mL/min; using liquid-liquid extraction with the mixture of ethyl acetate-methanol (95:5) for the sample preparation. The ionization mode using electrospray ionization (ESI) detection in multiple reaction monitoring (MRM) in positive ionization mode. The MS/MS ion transitions monitored were m/z 369.05 >176.95 and 284.95 > 193 for curcumin and diazepam respectively. The method was proved to be precise and accurate (expressed as coefficient of variation, % CV and differentiation, % diif) was < 15% for all concentration (QCL, QCM and QCH) with a coefficient correlation ( r = 0.999) and linearity range of 1 ? 100 ng/mL, LLOQ for curcumin was 1 ng/mL. The Method was applicated to determine the level of curcumin in healthy subject after oral administration 1800 mg of curcumin dosage form. No Free curcumin was detected in plasma sample, but curcumin glucuronides and sulfates were detected in plasma subject. The ratio of glucuronide to sulfate was 4: 1. The analytical method fullfilthe criteria of validity by the EMEA Guidance 2011 with high sensitivity and it would be applicable to in-vivo study.
2014
T47183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni
Abstrak :
ABSTRAK
Masuknya fosfor sebagai senyawa fosfat ke dalam sistem akuatik mengakibatkan eutrofikasi yang berujung pada terjadinya algae blooming. Masuknya fosfat ke dalam sistem akuatif umumnya disebabkan oleh tingginya limbah domestik, aktifitas pertanian, pertambangan dan penggundulan hutan, oleh karena itu diperlukan pemantauan terhadap kandungan fosfat di perairan. Teknik diffusive gradient in thin film DGT merupakan salah satu metode pengukuran in-situ yang dikembangkan untuk pengukuran fosfat, logam, sulfida, anorganik labil. Dalam pengukuran fosfat dengan teknik DGT digunakan ferihidrit sebagai binding gel, namun dalam penggunaannya memiliki keterbatasan diantaranya range pH yang sempit dan dosis penggunaan yang tinggi. Untuk itu perlu dilakukan modifikasi adsorben guna meningkatkan kemampuan binding gel dalam pengukuran fosfat dengan teknik DGT. Dalam penelitian ini penulis mengaplikasikan komposit ferihidrit ndash; kalsium sulfat sebagai adsorben dalam binding gel. Dari hasil pengujian diketahui bahwa optimasi komposit ferihidrit ndash; kalsium sulfat terjadi pada rasio volume 3 : 1 dan berat slurry 2 gram, waktu kontak optimum untuk pegelaran komposit ferihidrit adalah selama 24 jam dengan kapasitas penyerapan maksimal 6 ppm. Binding gel komposit ferihidrit ndash; kalsium sulfat mampu bekerja pada wilayah pH 2 ndash; 10.
ABSTRACT
The inclusion of phosphorus as a phosphate compound into the aquatic system results in eutrophication resulting in the occurrence of algae blooming. The entry of phosphate into the aquatic system is generally caused by the high domestic waste, agricultural activities, mining and deforestation, therefore it is necessary to monitor the phosphate content in the waters. The diffusive gradient in thin film DGT technique is one of the in situ measurement methods developed for the measurement of phosphate, metals, sulphides, inorganic labels. In phosphate measurements with DGT techniques ferihidrit is used as a binding gel, but in its use has limitations among the narrow pH range and high dosage of use. For that reason, it is necessary to modify the adsorbent to increase the ability of gel binding in phosphate measurement by DGT technique. In this study the authors apply composite ferrihifrit calcium Sulfate as an adsorbent in binding gel. From the test results it is known that the optimization of ferrihydrite composite calcium sulphate occurs at 3 1 volume ratio and 2 gram slurry weight, the optimum contact time for ferihidrite composite peg is for 24 hours with maximum absorption capacity of 6 ppm. Ferihidrit composite gel binding calcium sulphate capable of working in the pH region 2 10
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Valentine
Abstrak :
Metformin adalah antidiabetika oral yang banyak digunakan pada penderita diabetes yang overweight. Kadar metformin dalam darah harus selalu dipantau agar tidak menyebabkan laktasidosis. Pada penelitian ini, telah dilakukan validasi metode analisis metformin dalam plasma manusia in vitro secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pasangan ion dengan salbutamol sulfat sebagai baku dalam. Sampel plasma yang mengandung metformin HCl dan salbutamol sulfat diekstraksi menggunakan asetonitril sebagai pengendap protein. Metode KCKT menggunakan kolom Kromasil ® C18 (5 μm, Akzo Nobel) dengan panjang kolom 250 x 4,6 mm. Fase gerak dan pelarut yang digunakan campuran asetonitril , dapar kalium dihidrogen fosfat 0,01 M dan natrium dodesil sulfat 0,01 M (30:70:0,5, v/v/v) pH 5,1 , dengan laju alir 1,0 mL/menit dan dideteksi dengan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 234 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ini memberikan nilai linearitas pada rentang konsentrasi 0,05054-2,02 μg/mL dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9999, Lower Limit of Quantitation (LLOQ) 0,05054 μg/mL, presisi 4,31 hingga 4,83 % dan akurasi (% diff) -8,32 hingga 9,22 %. Uji perolehan kembali metformin berkisar antara 98,33 hingga 104,56 %. Hasil validasi metode memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Universitas Indonesia, 2007
S32633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noorzabandari Kusumawardani
Abstrak :
Latar belakang: Nyeri tenggorok pascaoperasi merupakan salah satu komplikasi yang terjadi setelah intubasi endotrakeal. Pencegahannya dapat menggunakan magnesium sulfat. Magnesium sulfat dapat menghambat pelepasan tromboksan A2, substansi P, dan glutamat, serta antagonis reseptor NMDA. Penelitian ini untuk membandingkan teknik pemberian magnesium sulfat melalui inhalasi dan kumur untuk mencegah kejadian nyeri tenggorok pascaoperasi. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinik acak tersamar ganda terhadap pasien dewasa yang menjalani pembiusan umum dengan intubasi endotrakeal di RSCM pada bulan Oktober sampai November 2018. Sebanyak 108 pasien dialokasikan menjadi kelompok inhalasi (inhalasi magnesium sulfat 225 mg) dan kelompok kumur (kumur magnesium sulfat 20 mg/kg). Kejadian nyeri tenggorok dinilai hingga 6 jam pascaoperasi. Analisis data menggunakan uji bivariat dengan Chi-Square. Hasil: Kejadian nyeri tenggorok pascaoperasi pada kelompok inhalasi magnesium sulfat sebesar 14 (25,9%) dan kelompok kumur magnesium sulfat sebesar 5 (9,3%) dengan perbedaan bermakna (p 0,023). Tidak ada efek samping berupa iritasi, mual, hipotensi, depresi nafas, dan desaturasi. Hipermagnesium terjadi pada 1 (1,8%) pada kelompok kumur magnesium sulfat, namun secara klinis tidak terjadi intoksikasi magnesium. Simpulan: Inhalasi dan kumur magnesium sulfat dapat mencegah kejadian nyeri tenggorok pascaoperasi. Inhalasi magnesium sulfat tidak lebih baik dari kumur magnesium sulfat dalam mencegah kejadian nyeri tenggorok pascaoperasi. ......Background: Postoperative sore throat (POST) is one of the most common complications after endotracheal intubation. Magnesium sulphate can be used to prevent POST. Magnesium sulphate inhibits release of thromboxan A2, substance P, and glutamate, and also as NMDA receptor antagonist. This study is to compare between nebulized and gargle magnesium sulphate to prevent POST. Method: A randomized double-blinded clinical trial study involving adult patients who underwent general anesthesia with endotracheal intubation at RSCM during October to November 2018. A total of 108 patients allocated to nebulized group (nebulized magnesium sulphate 225 mg) and gargle group (gargle magnesium sulphate 20 mg/kg). POST measured until 6 hours postoperative. Data were analyzed using bivariate analysis test with Chi-Square. Results: Incidence of POST in nebulized group was 14 (25,9%) and gargle group was 5 (9,3%) with significant difference (p 0,023). No adverse events such as irritation, nausea, hypotension, respiratory depression, and desaturation. Hypermagnesium at 1 (1,8%) at gargle group, but clinically there was no magnesium intoxication. Conclusion: Nebulized and gargle magnesium sulphate prevent POST. Nebulized magnesium sulphate was not better than gargle magnesium sulphate to prevent POST.
[Jakarta, Jakarta, Jakarta, Jakarta, Jakarta, Jakarta, Jakarta, Jakarta]: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Zein
Abstrak :
Traveler's Malaria is a new emerging health problem in the whole world due to (I) increasing inability of international travelers and (2) recurrence of diseases in areas that was once, partially or fully freed from the disease. We report 2 cases of severe traveler's malaria found in a man from Greece and a man from the Philippines aged 54 tears. Both patients were ship captains. They have stayed in Kenya prior to the catching the disease. In the first case, we found acute kidney failure with anuria and lung edema, pneumonia, and a progressive decline in hemoglobin concentration. In the second cases we found reduced consciousness, disorder of liver function with jaundice, disorder of kidney function, bleeding from the upper digestive tract, pneumonia, severe anemia, and signs of DIC (Disseminated Intra-va.icttlar Coagulation). The second patient was admitted to the ICU( Intensive Care Unit). Peripheral blood smears found ring forms and growing Plasmodiumfalc.iparum trophozoits. Both cases were assumed to be resistant to Chloroquine and Fansidar. Both of them were treated with oral Quinine Sulphate {we could hardly find Quinine injection in Medan), With such treatment for seven days, we found significant clinical and laboratory improvements. Asexual parasites were no longer found in the peripheral blood smear. During the hospitalization, both patients required Packed Red Cell (blood) transfusion to overcome the progressive drop in hemoglobin level. With the disappearance of the parasites from the patients' blood, the disorders of the organs mentioned above, gradually became normal. The conditions of the patients also showed satisfactory improvement.
2002
AMIN-XXXIV-3-JuliSep2002-111
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ignasius D.A Sutapa
Abstrak :
Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang terkena bencana alam gempa bumi dan tsunami di provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Kualitas air permukaan dapat tercemar karena bencana alam tersebut. Sungai Krueng Raya dan Sungai Tanjung merupakan sumber air yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Aceh Besar. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi kriteria mutu dan penetapan kelas air Sungai Tanjung dan Krueng Raya, serta jenis dan konsentrasi koagulan yang optimal untuk mengolah air sungai. Hasil penelitian didapat bahwa Air Sungai Krueng Raya dan Sungai Tanjung mengandung kekeruhan yang tinggi sehingga terklasifikasi dalam air kelas II berdasarkan PP No. 81/2001. Percobaan pengolahan telah dilakukan pada dua sungai tersebut dengan cara koagulasi-flokulasi menggunakan alat jar test untuk mendapatkan dosis koagulan optimum. Dosis optimum yang diperoleh adalah alumunium sulfat 35 ppm dengan efesiensi sebesar 66,1 persen dengan biaya bahan baku sebesar Rp 140,00 per m3 untuk pengolahan air Sungai Tanjung. Sedangkan koagulan optimum air Sungai Krueng Raya adalah aluminium sulfat 30 ppm dengan efesiensi sebesar 63,9 persen dengan biaya bahan baku sebesar Rp 120,00 per m3. Setelah koagulasi-flokulasi diperoleh penurunan kekeruhan air yang memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut menjadi air minum
Bandung: Kementrian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Anindya Hartono
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan komposisi dan teknik yang tepat dalam proses sintesis kopolimer dari stirena dan metil metakrilat (MMA) untuk menghasilkan produk cat yang paling layak untuk pelapisan material. Fokus dari penelitian ini adalah sintesis kopolimerisasi emulsi antara monomer stirena dan monomer metil metakrilat (MMA) dengan teknik semi kontinu yang komposisinya divariasikan untuk membuat aplikasi cat dengan penambahan APS dan SDS. Pada variasi penelitian ini surfaktan juga divariasikan sehingga terdapat satu variasi yang tidak menggunakan surfaktan. Sintesis dilakukan dengan teknik semi kontinu pada temperatur sekitar 70॰C - 78॰C dan kecepatan agitator 300 rpm dalam waktu 4 jam. Setelah cat terbentuk dari proses sintesis kopolimerisasi emulsi tersebut, dilakukan beberapa karakterisasi antara lain temperatur, pH, kandungan padatan, densitas, dan viskositas. Dari karakterisasi tersebut didapatkan hasil antara lain temperatur antara 70॰C - 72॰C, pH antara 6 - 1, densitas antara 1,08 - 1,163 g/mL, kandungan padatan antara 0,0595 - 15,7895% dan viskositas antara 0,904 - 1,408 mPa.s. Produk yang dihasilkan pada penelitian ini diuji dengan menggunakan sinar UV untuk melihat perubahan warna guna membuktikan kualitas untuk menahan kerusakan dari sinar UV dari tiap produk untuk aplikasi cat. Dari pengujian tersebut didapatkan hasil bahwa produk sampel ketiga adalah produk paling layak karena dapat menahan kerusakan akibat sinar UV dan nilai densitas, viskositas serta solid content-nya paling tinggi. ......This study aims to determine the composition and the right technique in the copolymer synthesis process from styrene and methyl methacrylate (MMA) to produce the most suitable paint product for coating materials. The focus of this research is the synthesis of emulsion copolymerization between styrene monomer and methyl methacrylate (MMA) monomer using a semi-continuous technique whose composition is varied to make paint applications with the addition of APS and SDS. In this variation, the surfactants are also varied so that there is one variation that does not use surfactants. The synthesis was carried out using a semi-continuous technique at a temperature of around 70°C - 78°C and an agitator speed of 300 rpm within 4 hours. After the paint was formed from the emulsion copolymerization synthesis process, several characterizations were carried out including temperature, pH, solids content, density, and viscosity. From this characterization, the results obtained included temperature between 70॰C - 72॰C, pH between 6 - 1, density between 1.08 - 1.163 g/mL, solids content between 0.0595 - 15.7895% and viscosity between 0.904 - 1.408 mPa.s. The products produced in this study were tested using UV light to see color changes in order to prove the quality to resist damage from UV rays of each product for paint applications. From these tests, it was found that the third sample product was the most feasible product because it could withstand UV damage and had the highest density, viscosity and solid content values.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masganti
Abstrak :
Upaya peningkatan produksi pangan bersifat mutlak mengingat kebutuhan pangan terus meningkat sejalan dengan pertam-bahan jumlah penduduk. Masalah utama peningkatan produksi pangan di Indonesia adalah penurunan kapasitas produksi akibat alih fungsi lahan subur, degradasi kesuburan dan produktivitas lahan, serta ancaman variabilitas dan perubahan iklim. Sebagian besar lahan yang tersedia untuk perluasan area tanaman pangan adalah lahan suboptimal, seperti lahan gambut dan lahan sulfat masam. Upaya peningkatan produksi pangan pada lahan gambut dan lahan sulfat masam memerlukan pende-katan dan teknologi spesifik dan inovatif, yang dicirikan oleh peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi serta perbaikan lingkungan dan sosial budaya. Pemanfaatan lahan gambut dan lahan sulfat masam berpotensi besar mendukung peningkatan produksi pangan nasional. Arah pemanfaatannya adalah opti-malisasi lahan yang ada (eksisting) sebagai prioritas pertama serta lahan terdegradasi dan yang belum dimanfaatkan sebagai prioritas berikutnya, yang dikelola dalam sistem pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan berbasis inovasi. Peman-faatan lahan terdegradasi dapat melalui tiga alternatif, yakni dihutankan, ditanami tanaman hutan industri, dan digunakan untuk perkebunan atau tanaman pangan. Strategi pemanfaatan-nya meliputi redesain pengembangan dan kebutuhan teknologi, pemetaan kinerja kelembagaan pertanian dan aksesibilitas, percepatan mekanisasi pertanian dan model perencanaan pem-bangunan pertanian ramah lingkungan (m-P3RL), serta refo-kusing penelitian, pengkajian, pengembangan, dan penerapan.
Kementerian Pertanian RI, 2013
630 PIP 6:4 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Setiawan
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji pengaruh penambahan natrium sulfat dan sulfur terhadap reduksi karbotermik selektif pada ilmenit dan bimomassa. Telah direduksi sebanyak tiga belas sampel dengan variasi persentase penambahan aditif dengan kenaikan 1,5%, jenis ilmenit dan lama waktu milling. Reduktor yang digunakan yaitu bimoassa dari pulverized cangkang kelapa sawit, sedangkan CMC sebagai binder. Sampel direduksi pada temperatur 120oC pada kondisi inert selama 60 menit. Berdasarkan karakterisasi XRD, diperoleh fasa dominan yaitu besi dan ferros-pseudobrookite.  Hasil uji SEM memperlihatkan agregasi dan pertumbuhan partikel besi lebih baik dengan penambahan natrium sulfat daripada sulfur, dan waktu proses mechanochemical yang lama. Berdasarkan analisa Image-J diperoleh nilai tertinggi untuk luas rata-rata yaitu 73,78 mm2 pada penambahan natrium sulfat. Sedangkan nilai tertinggi dengan penambahan sulfur yaitu 36,57 mm2. Selain itu, nilai recovery dan kadar pada Fe dan Ti dibedakan pada fasa metalik dan fasa terak. Untuk nilai recovery dan kadar Ti bukan dalam bentuk logam akan tetapi dalam fasa bentuk fasa TiO2, FeTiO3, FeTi2O5, dan MgTi2O5. Pada fasa metalik, nilai tertinggi recovery (%) Fe dan Ti berturut-turut yaitu 92,82 dan 22,46. Sedangkan untuk nilai kadar (%) Fe dan Ti berturut-turut yaitu 94,20 dan 18,91. Disisi lain, pada fasa terak, nilai tertinggi recovery (%) Fe dan Ti berturut-turut yaitu 42,00 dan 98,51. Sedangkan untuk nilai kadar (%) Fe dan Ti berturut-turut yaitu 17,33 dan 70,45. ......This study examined the effect of adding sodium sulfate and sulfur to selective carbothermic reduction on ilmenite and biomass. Thirteen samples have been reduced by adding additive doses with an increase of 1.5%, ilmenite type and length of milling time. The reductors used are biomass from pulverized palm oil shell, while CMC is a binder. Samples were reduced at a temperature of 1200oC in an inert condition for 60 minutes. Based on XRD characterization, the dominant phase is iron and ferros-pseudobrookite. The SEM test results show that the aggregation and growth of iron particles is better with the addition of sodium sulfate than sulfur, and the long process time of the mechanochemical process. Based on Image-J analysis, the highest value for the average area was 73.78 mm2 for the addition of sodium sulfate. While the highest value with the addition of sulfur is 36.57 mm2. In addition, the recovery and grade in Fe and Ti are distinguished from the metallic phase and the slag phase. For recovery and grade of Ti not in metal form but in phase form phase TiO2, FeTiO3, FeTi2O5, and MgTi2O5. In the metallic phase, the highest recovery (%) in Fe and Ti were 92.82 and 22.46, respectively. Whereas for the grade (%) in Fe and Ti 94.20 and 18.91, respectively. On the other hand, in the slag phase, the best recovery (%) in Fe and Ti were 42.00 and 98.51, respectively. Whereas for the grade of (%) Fe and Ti 17.33 and 70.45, respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Mahmudin
Abstrak :
Korosi atmosferik merupakan hasil interaksi logam dengan atmosfer di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas dan garam yang terkandung di udara. Pantai atau laut adalah daerah yang paling korosif, karena atmosfemya mengandung partikel klorida yang bersifat agresif dan mempercepat laju korosi. Salah satu metode yang efektif untuk mencegah dan mengeadalikan korosi adalah dengan proses anodisasi. Anodisasi adalah proses untuk membuat lapisan oksida tipis berpori pada permukaan logam. Lapisan tersebut memiliki sifat tahan terhadap cuaca dan lebih keras dari logam dasarnya. Dalam penelitian ini digunakan logam aluminium teknis berbentuk lembaran. Daya tahan logam aluminium terhadap kondisi cuaca berbanding lurus dengan ketebalannya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukanlah penelitian terhadap parameter proses seperti jenis larutan, temperatur, konsentrasi dan variasi waktu. Jenis larutan yang dipakai pada penelitian ini adalah larutan asam sulfat ditambah variasi konsentrasi asam fosfat (10%, 30%, 40%, 70%, 100%). Agar diperoleh kondisi optimum untuk mendapatkan sifat-sifat lapisan yang diinginkan maka dilakukan variasi terhadap temperatur (10°C, 15°C, 20°C, 30°C) dan waktu (20-60 menit). Kondisi optimum yang diperoleh adalah sebagai berikut: konsentrasi asarn sulfat 60% + asam fosfat 40%, pH = 1, waktu 60 menit, temperatur 10°C, tegangan 20V dan rapat arus 7,4 A/dm2 dengan menghasilkan ketebalan lapisan optimum 43,8 µm dan kekerasan maksimum sebesar 154 VHN.
Atmospheric corrosion is the interaction between metal and the surrounding environment due to the humidity, oxygen and pollutant (chloride and sulphate particle) which is contains in the air. Marine is the most corrosive region due to the atmosphere contains chloride particle whose characteristic aggressive and accelerate corrosion rate. Anodizing is one of the most effective methods to prevent and control the corrosion rate. Anodizing is an electrolytic passivation process used to increase the thickness and density of the natural oxide layer on the surface of metal parts. Anodizing increases corrosion resistance and wear resistance. In this experiment used the sheet aluminum metal. The weather resistance of aluminum has linear relation to the thickness. In this investigation used some parameter processes like type of electrolyte, temperature, concentration and time variation. The medium which is used in this experiment is sulphate acid with added phosphate acid variation (0%, 10%, 40%, 70% and 100%). To achieve optimum condition the temperature (10°C, 15°C, 20°C, 30°C) and time variation (20-60 min) is carried out. The optimum condition of this experiment is the specimen which has hardness 154 HV and the thickness is 43,8 µm with electrolyte concentration sulphate acid 60%, phosphate acid 40%, temperature 10°C, time process 60 min, voltage 20 volt and current density 7,4 A/dm2.
2007
T22896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>