Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmi Garmini
"ABSTRAK
Nama : Rahmi GarminiProgram Studi : Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul Tesis : Faktor Risiko Kondisi Udara Dalam Rumah Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan Kelurahan Sukajaya Palembang 2016.Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. ISPA bisa terjadi karena pencemaran kualitas udara di luar maupun di dalam ruangan. Salah satunya gas sulfur dioksida SO2 yang ada di tempat pembuangan sampah dapat mengganggu sistem pernapasan pada balita. Balita lebih berisiko tertular ISPA karena kekebalan tubuh yang dialami balita belum terbentuk sempurna.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi udara dalam rumah dan karakteristik balita terhadap kejadian ISPA pada balita di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan Kelurahan Sukajaya Palembang.Jenis penelitian analitik, desain penelitian cross sectional. Variabel terukur adalah kondisi udara dalam rumah, karakteristik balita, dan kejadian ISPA pada balita. Populasi penelitian adalah anak balita berumur 12-59 bulan yang bertempat tinggal di Kelurahan Sukajaya dan sampel berjumlah 94 orang. Data dianalisis dengan uji chi-square, t-test independent, dan regresi logistik.Period Prevalence kejadian ISPA pada balita sebesar 59,6 . Variabel penggunaan obat anti nyamuk, perokok dalam rumah, ventilasi, status gizi dan status imunisasi secara statistik menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian ISPA pada balita, sedangkan variabel kadar SO2 dalam rumah dan umur balita secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian ISPA pada balita. Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa variabel ventilasi rumah merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita.Ventilasi dapat menjadi faktor risiko terhadap terjadinya ISPA, karena ventilasi mempunyai fungsi sebagai sarana sirkulasi udara sehingga dapat mengurangi pencemaran udara dalam rumah.Kata Kunci : ISPA, Sulfur dioksida, Ventilasi

ABSTRACT
Name Rahmi GarminiProgram Magister Environmental HealthTitle Indoor Air Pollution and Acute Respiratory Infection in Child Under Five Years in Sukawinatan LandfillsAcute Respiratory Infections ARI is a major cause of morbidity and mortality in young children. ARI can occurs because indoor and outdoor air pollution. One of them is gas sulfur dioxide SO2 in landfills that it can be irritate the respiratory tract in young children. Young children have higher risk of contracting ARI because the immune of young children not yet fully formed.This research aims to find out Indoor air Pollution and Characteristics of acute respiratory infection in under fives in Sukawinatan Landfills.Type of research was analitic, cross sectional study design. Measurement of indoor air pollution, characteristics of young children, and prevalence of acute respiratory infection. The population of this research was young children aged 12 59 months who lived in Kelurahan Sukajaya and 94 samples. Data were analyzed by chi square, t test independent, and logistic regression.Period Prevalence of acute respiratory infection in young children about 59,6 . Using mosquito repellent, smokers in the house, ventilation, nutrition and immunization status were significant correlation to acute respiratory infection in young children. While SO2 levels in the home and age of young children were insignificant correlation to acute respiratory infection in young children. Multivariate analysis showed that the variables of ventilation with SO2 levels were the most dominant variable related to acute respiratory infection in young children.One of risk factor of acute respiratory infection is ventilation, because its function as air circulation to reduce indoor air pollution.Keywords Acute Respiratory Infections, Sulfur Dioxide, Ventilation"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharnita Chandra Jasrizal
"ABSTRAK
Salah satu zat pencemar udara yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup adalah zat belerang yang terdapat di dalam bahan bakar. Kadar belerang di dalam bahan bakar sangat bervariasi berkisar dari kadar yang sangat rendah sampai berkadar tinggi sekitar 7 %. Kehadiran senyawa belerang di dalam bahan bakar sangat tidak disenangi karena semakin tinggi kandungan belerang maka semakin rendah mutu bahan bakar di samping dapat merugikan bagi seluruh makhluk hidup karena menghasilkan gas-gas yang bersifat racun seperti hidrogen sulfida (H2S) dan sulfur dioksida (SO2).
Pencemaran oleh sulfur dapat menyebabkan terjadinya kehidupan akuatik, merusak tanaman dan tumbuh-turnbuhan, selain itu juga dapat menyebabkan korosi pada berbagai barang yang terbuat dari logam, kerusakan pada bahan bangunan maupun tekstil. Sedangkan terhadap kesehatan manusia dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kerusakan sistem pernafasan.
Salah satu usaha untuk mengatasi kandungan sulfur yang tinggi dalam minyak bumi adalah dengan memanfaatkan aktivitas mikroba, di mana mikroba tersebut menggunakan sulfur dari minyak bumi sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Untuk mendapatkan hasil optimal dalam menurunkan kandungan sulfur dalam minyak bumi, maka diperlukan jenis bakteri yang efektif dalam suatu kondisi yang optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut agar upaya penurunan kandungan sulfur dalam minyak bumi dapat dioptimalkan.
Tujuan percobaan ini adalah a). Untuk memilih bakteri yang efektif menurunkan kandungan sulfur dalam minyak bumi; b). Untuk mendapatkan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri sulfur.
Hipotesis kerja yang diajukan adalah :
1. Bakteri thiobacillus thioparus, thiobacillus neapolitanus dan kultur campuran dapat menurunkan kandungan sulfur dalam minyak bumi.
2). Pengaturan suhu dan aerasi yang tepat dapat menghasilkan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri sulfur.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi, Bidang Penelitian dan Pengembangan Teknologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) dari bulan Juni sampai dengan bulan Desember 1996.
Percobaan ini adalah percobaan faktorial dengan dua ulangan dengan menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap. Sebagai faktornya adalah aerasi, terdiri dari aerasi normal dan aerasi terbatas, temperatur terdiri dari 30C, 35C, 40C dan 45C serta bakteri terdiri dari thiobacillus thioparus, thiobacillus neapolitanus dan kultur campuran.
Analisis data dilakukan dengan uji statistik ANOVA untuk menguji keberartian variabel pada perlakuan, sedangkan untuk melihat interaksi antar perlakuan yang menunjukkan perbedaan yang nyata dilakukan uji jarak herganda Duncan. Untuk melihat hubungan antar venial-tiel dilakukan analisis regresi linear. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jumlah populasi tertinggi sebesar 131,5 x 106 sel/ml dicapai pada kondisi aerasi terbatas, suhu ± 35°C dan kultur campuran. Reduksi sulfur tertinggi adalah 31,1% dicapai pada kondisi aerasi normal, suhu 35°C dan kultur campuran, sedangkan bakteri yang paling efektif dalam menurunkan sulfur adalah kultur campuran.
Hasil analisis regresi, menunjukkan bahwa suhu berkorelasi negatif dengan reduksi sulfur, kecuali untuk bakteri thiobacillus neapolitanus pada kondisi aerasi normal terdapat korelasi positif. Suhu berkorelasi negatif pula dengan populasi dan pH sedangkan populasi dengan reduksi sulfur berkorelasi positif.
Dari hasil penelitian ternyata bahwa ketiga jenis bakteri sulfur yang diuji dapat digunakan untuk menurunkan kandungan sulfur dalam minyak bumi sehingga dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan sebagai akibat penggunaan minyak bumi yang mengandung sulfur.
Pengurangan kadar belerang pada bahan bakar minyak bumi sebelumnya telah dilakukan secara konvensional dengan cara hidrodesulfurisasi dan sebagainya, akan tetapi cara ini membutuhkan suhu dan tekanan tinggi serta peralatan yang mahal sehingga biaya operasinya tinggi. Dengan cara biodesulfurisasi pengurangan kandungan sulfur dalam minyak bumi diharapkan dapat dilakukan sebelum proses pengolahan sehingga minyak bumi yang akan diolah kandungan sulfurnya sudah herkurang dengan demikian dapat menghindari terjadinya korosi pada peralatan yang digunakan disamping itu cara ini tidak mcnggunakan suhu dan tekanan tinggi sehingga diperkirakan biaya operasi akan lebih murah serta akrab lingkungan.Untuk menunjang hal ini dituntut kesadaran dari para industriawan untuk melakukan inovasi dan penerapan teknologi akrab lingkungan.

ABSTRAC
One of the air pollutants which is very dangerous to the environment is the sulfur content in the fuel. Sulfur concentration in the fuel varies, ranging from the very low to high concentrations of about 7%. The presence of sulfur compounds in the fuel is very much disliked. This is clue to the fact that the higher the content of sulfur the lower the quality of the fuel. In addition, it could be detrimental to all living organisms. Such condition could be brought about due to the production of toxic gases such as hydrogen sulfur (H2S) and sulfur dioxide (SO2).
Pollution due to sulfur compounds can cause acid rain which can damage various forms of aquatic life, reduce the production of crops and plantations. Besides, it also causes corrosion of materials made of metal and the damage of building materials as well as textiles. Furthermore, to human health, it can also cause eye irritation and damage of the respiratory tract system.
One way to overcome the high sulfur content in the oil is by making use of microbial activity. The microbes use the sulfur in the oil as a source of energy for its growth. To get the optimum results of reducing the sulfur content in the oil, the type of effective bacteria is needed so that optimal reduction of the sulfur content in the oil can be gained.
The objectives of this experiment are as follows: a) to choose the effective bacteria in reducing the content of the sulfur in crude oil: b) to get the optimum condition for the growth of the sulfur bacteria. The hypotheses are formulated as follow:
1) the ThiobaciLLus thioparus, ThiobaciLLus neapolitanus bacteria and the mixed culture can reduce the sulphur content in the crude oil;
2) the precise control of temperature and aeration can produce an optimal condition for the growth of the sulfur bacteria.
This research was conducted in the Biotechnology Laboratory, Process Technology Research and Development Division, Research and Development Centre for Oil and Gas Technology (PPPTMGB "LEMIGAS"), from June to December 1996.
This experiment is a factorial experiment with two replications by using a complete random plan experimental design. The factors include the aeration which consists of normal aeration and limited aeration, with temperatures of 30°C, 35°C, 40°C and 45°C as well as bacteria consisting of Thiobacillus thioparus, Thiabacillus neapollitanus and mixed culture.
Data analysis was conducted by using ANOVA for testing the variable significance of the treatment, while the significant interactions among the treatments were conducted by Duncan Multiple Range Test (DMRT). The relationship between the variables were analyzed by linear regression analysis.
The results of the experiment showed that the highest number of the population of 131,5x100 cell/ml can be achieved at the condition of limited aeration, with the temperature of 35°C and mixed culture. The highest reduction in the sulfur of 31.1% can be achieved at the condition of normal aeration, with the temperature of 35°C and mixed culture while the most effective bacteria in reducing the sulfur was a mixed culture.
The relationship between the variables were analysed by linear regression analysis. The results showed that: (1) there is a negative correlation between temperature and population. (2) there is a negative correlation Between temperature and sulphur reduction, except for thiobaccilus neapolitanus in normal aeration where there is a positive correlation. (3) there is a positive correlation between population and sulfur reduction.(4) there is a negative correlation between temperature and pH.
The results of this research showed that the three types of sulfur bacteria which were tested can be used to reduce the sulfur content in the terrestrial oil so that pollution and environmental damage can be reduced as a result of using terrestrial oil which contains sulfur.
The reduction of sulfur concentration in the oil was carried out conventionally by hydrodesulphurization. However, this method needs high temperature and pressure as well as expensive equipment; therefore, high operational cost is needed. By biodesulphurisation, the reduction of sulfur content in crude oil could be done before the refinery process. Thus it is hoped that it will reduce the corrosion of the equipment in the refinery plant. Besides, no high temperature and pressure are used, thus it is estimated that the operational cost will be cheaper and it is more environmentally friendly. To encourage the implementation of cleaner production, the awareness of the industrialists plays an important role.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Basir
"Penyakit ISPA di Kecamatan Teluk Naga masih merupakan penyakit dengan kasus tertinggi dari 10 penyakit utama. Cakupan rumah sehat di Kecamatan Teluk Naga masih terbilang rendah yaitu hanya sebesar 32,97%. Nitrogen dioksida dan sulfur dioksida merupakan polutan gas yang dapat berasal dari bahan bakar memasak, seperti kayu bakar, batubara, minyak tanah dan bahkan gas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2) dalam rumah sebagai salah satu zat pencemar yang bersumber dari aktivitas dalam rumah dalam kaitannya dengan kejadian gangguan saiuran pernapasan anak balita. Selain NO2 dan SO2, diteliti pula mengenai lingkungan fisik rumah, karakteristik balita dan sumber pencemar dan aktivitas rumah tangga. Lingkungan fisik rumah yang diteliti meliputi dari ventilasi rumah dan kamar, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan rumah dan kamar, letak dapur, ventilasi dapur, kelembaban dan suhu. Karakteristik balita yang diteliti meliputi jenis kelamin, status gizi, status imunisasi lengkap, status imunisasi campak, dan pemberian ASI exclusive. Sumber pencemar dan aktivitas rumah tangga yang diteliti meliputi perokok dalam rumah, penggunaan bahan bakar untuk memasak, penggunaan obat nyamuk dan kebiasaan anak ikut ibu memasak.
Dengan menggunakan jenis rancangan cross sectional, pengambilan sampel menggunakan cara cluster, digunakan 120 anak balita yang diteliti.
Terdapat 13,6% balita yang mengalami batuk pilek disertai kesulitan bemapas dan 42,2% balita yang mengalami batuk pilek selama 2 minggu terakhir. Sebanyak 53% balita tinggal dalam rumah dengan kadar NO2 tinggi dan sebanyak 50% balita tinggal dalam rumah dengan kadar SO2 tinggi. Dengan menggunakan analisa bivariat menggunakan uji chi square (X2) tidak diperoleh hubungan yang bermakna pada 502 dengan gangguan saluran pemapasan pada balita. Pada NO2 walaupun diperoleh hubungan yang bermakna secara statistic, tetapi dikarenakan bersifat protektif (OR
Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis bahan bakar memasak, letak dapur, suhu, status imunisasi lengkap dan status imunisasi campak dengan kejadian batuk pilek disertai kesulitan bernapas pada balita. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis bahan bakar memasak dan suhu dengan kejadian batuk pilek pada balita.
Disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara NO2 dan SO2 dengan gangguan saluran pernapasan pada balita. Disarankan agar sektor terkait memberikan himbauan dan bantuan untuk pergantian bahan bakar memasak dari kayu bakar menjadi paling tidak minyak tanah ataupun gas dan agar bidan desa setempat memberikan informasi akan pentingnya imunisasi bagi kesehatan balita.

Acute Respiratory Infections in Kecamatan Teluk Naga still reached the highest cases in 10 main diseases in Kecamatan Teluk Naga. The coverage of healthy house in Kecamatan Teluk Naga still in low percentage, which was only 32.97% in 2004. Nitrogen dioxide and sulfur dioxide are gas pollutants which can come out from energy used such as woods, coal, kerosene and even gas.
The objective of this research was to know the association between nitrogen dioxide and sulfur dioxide inside house as pollutants which can come out from household activities and the occurrence of respiratory tract symptoms in children. Another variables that had been observed were physical house environment, pollutants source and household activities and also children characteristics. Physical house environment consists of ventilations around the house and children bedrooms, floor type, walls type, house density, bedroom density, kitchen location, kitchen ventilation, humidity and temperature. Pollutants source and household activities consists of smoker inside house, energy used, repellant, and mother's habit to take their child to the kitchen while cooking.
Children characteristic consists of gender, nourish status, complete immunization status, measles status, and exclusive breast feeding.
This research conducted cross sectional design by using cluster with the number of sample was 120.
There were 13.6% children who had cough, runny nose and difficulty of breathe and 42.2% children who had cough and runny nose. 53% children lived in the house with high concentration of NO2 and 50% children lived in the house with high concentration of SO2. By using chi square (X2) analysis, there were no association between S02 and respiratory tract symptoms in children. There was association between NO2 and respiratory tract symptoms in children with odd ratio < 1, but since the association was protective, we considered it as no association.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wispriyono
"Penelitian yang berkaitan dengan polusi udara merupakan penelitian yang terus berkembang dan perlu dilakukan mengingat semakin berkembangnya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari bahan-bahan polutan yang berada di udara. Semakin banyaknya kendaraan umum dengan berbagai bahan bakar serta beragam kondisi kendaraan memberikan sumbangan polusi yang tidak kalah besarnya. Salah satu sumber polusi yang berasal dari buangan emisi kendaraan bermotor adalah sulfur dioksida (SO2). S02 merupakan senyawa kimia yang salah satunya berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang berasal dari fosil, seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain sebagainya. Karena metode pengukuran S02 juga meliputi pengukuran amoniak sebagai pengotor, maka dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran amoniak di udara.
Sasaran dari penelitian ini sebenarnya adalah upaya untuk memberikan perhatian terhadap masyarakat yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu mengalami kontak dengan kendaraan umum. Para awak bis, para karyawan dan pedagang di terminal serta para penumpang bis yang setiap harinya memanfatkan kendaraan umum sebagai alat transportasi ke tempat kerja mempunyai potensi untuk terkena polusi yang cukup besar sebab disamping waktu dan intensitas pemajanan yang cukup tinggi, ditunjang juga oleh kondisi kendaraan umum di Jabotabek yang pada umumnya sudah cukup memprihatinkan.
Penelitian ini disamping mengukur konsentrasi 502 dan NH3 di udara juga menganalisis secara kuantitatif kemungkinan resiko keracunan yang terjadi pada responder dengan konsentrasi 502 dan NH3 yang berada di ambien. Penelitian ini secara garis besar terdiri atas dua bagian, pertama melakukan pengukuran konsentrasi 502 dan NH3 di udara secara kuantitatif dan yang kedua melakukan wawancara serta menggunakan suatu persamaan matematis dengan menggunakan suatu perangkat lunak untuk menghitung resiko keracunan yang timbul. Kegiatan penelitian dilakukan di jalur Depok-Pasar Minggu.
Hasil penting dari penelitian ini adalah bahwa pencemaran S02 di terminal dan di bis jauh lebih tinggi dibanding di halte-halte. Konsentrasi S02 dan NH3 di udara masih di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan. Pada penghitungan analisis resiko didapat bahwa tingkat resiko para awak bis dan petugas di terminal lebih tinggi, yaitu 0,3055. Artinya, angka ini sudah hampir mencapai setengah dari resiko keracunan yang terjadi bila kadar S02 sudah mencapai nilai ambang batas. Para penumpang bis mempunyai resiko yang lebih kecil, yaitu 0,1134."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Jonathan M
"ABSTRAK
Sebagai salah satu fasilitas publik, terminal merupakan tempat dimana dibutuhkannya perhatian khusus terhadap lingkungan sekitarnya, khususnya terhadap kualitas udara pada terminal. Paparan udara yang tercemar terhadap pengguna fasilitas public akan menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan bagi mereka. Parameter pencemar udara yang diukur adalah parameter pencemar karbon monoksida CO , sulfur dioksida SO2 dan partikulat. Pengambilan sampel udara dilakukan pada tiga titik sekitar lokasi Terminal Rawamangun, dimana dua titik sampel berada pada lokasi indoor dan satu titik pada lokasi outdoor. Perhitungan karbon monoksida CO dilakukan dengan menggunakan alat CO meter yang dihitung langsung dan memiliki nilai pencemar yang cukup kecil dimana nilai tertingginya ada pada niilai 2291 /m3. Perhitungan nilai sulfur dioksida dilakukan dengan metode spektofotometri yang dimana pada udara terminal ditemukan nilai pencemar SO2 yang cukup kecil dan memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Pada pencemar partikulat digunakan pengambilan hasil dengan metode gravimetri yang dihasilkan nilai pencemar terbesar 19.81 /m3.Berdasarkan ketiga nilai pencemar tersebut, disimpulkan bahwa ketiga nilai tersebut memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah RI Nomer 41 Tahun 1999.

ABSTRAK
As one of the public facilities, the terminal is a place where the need for special attention to the surrounding environment, particularly on air quality in the terminal. Exposure to polluted air to the users of public facilities will cause a negative impact on their health. Parameters measured air pollutant is a pollutant parameters of carbon monoxide CO , sulfur dioxide SO2 and particulate matter. Air sampling conducted at three points around the site Rawamangun Terminal, where two sample points are at an indoor location and one point on the outdoor locations. Calculation of carbon monoxide CO is performed by using the calculated CO meter immediately and have a value of pollutants that are small enough where there is the highest value in 2291 niilai m3. The calculation of the value of sulfur dioxide was conducted by spectophotometric in which the terminal air pollutant SO2 was found values that are small enough and meet the quality standards that have been established. In particulate pollutants used harvesting by the gravimetric method produced the biggest polluters value of 19.81 m3.Berdasarkan three values of these pollutants, it was concluded that these values meet the quality standards set by Government Regulation Number 41 of 1999."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvi Sunarsih
"ABSTRACT
Nitrogen dioxide (NO2), sulfur dioxide (SO2), particulate matter (PM10), and total suspended particulate (TSP) are the most common and harmful air pollutants to humans. In a short period, air pollution exposure at 5 ppm for 10 minutes in humans causes dyspnea, and when the level is increased to 800 ppm could cause 100% mortality in animals. This study was an analytical study with implementing a cross-sectional design and risk analysis. One hundred subjects were involved in this study. The results showed that the mean value of the non-cancer Hazard Index (HI) for real-time exposure was NO2: 1.85; SO2: 2.92; TSP: 7.09; and PM10: 11.7 (HI value ≥1). Test for forced vital capacity lung capacity to non-cancer risk estimation of NO2, SO2, TSP, and PM10 indicated that there was no significant relationship (p-value >0.05). The variable of smoking habit is the most dominant variable (odds ratio [OR] = 12.542) which affects respiratory disorders. The exposure to NO2, SO2, TSP, and PM10 in Palembang City bus drivers is considered hazardous to the health of subjects without cancer."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
613 KESMAS 13:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Kusuma Dewi
"Gangguan fungsi paru dipengaruhi oleh akumulasi pajanan polusi udara ke tubuh manusia. Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) sebagai tempat yang padat kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang berisiko tinggi untuk menyebabkan pajanan sulfur dioksida (SO2) terhadap petugas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara konsentrasi pajanan SO2 udara ambien dengan kejadian gangguan fungsi paru pada petugas SPBU di Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner untuk wawancara, Spektrofotometer Uv-vis untuk mengukur sulfur dioksida dan spirometri untuk mengukur fungsi paru. Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas yang bekerja di 37 SPBU. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 125 responden dan jumlah pengukuran SO2 adalah 30 sampel. Hasil penelitian berdasarkan uji Regresi Logistik Ganda dengan data kontinyu, diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi SO2 udara ambien dengan gangguan fungsi paru pada petugas SPBU di Kota Bandar Lampung, dengan nilai p=0.058. Sedangkan hasil dengan data kategorik, diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi SO2 udara ambien dengan gangguan fungsi paru pada petugas SPBU di Kota Bandar Lampung, dengan nilai p=0.136 dengan dikontrol oleh lama kerja, status gizi dan masa kerja. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai gangguan fungsi paru dengan zat pencemar lainnya.

Impaired lung function is affected by the accumulation of air pollution exposure to the human body. Fuel Filling Stations (SPBU) as places which are densely with motorized vehicles with fuel have high risk caused by sulfur dioxide (SO2) exposure to attendants. The aim of this study is that to determine the relationship between ambient air SO2 exposure concentrations and the incidence of impaired lung function in Fuel Filling Stations (SPBU) attendants at Bandar Lampung City, Lampung Province. This study used a cross sectional design. Moreover, the instruments in this study used a questionnaire for interviews, a UV-Vis spectrophotometer to measure sulfur dioxide and spirometry to measure lung function. The populations of this study were all attendants working at 37 gas stations. In addition, the numbers of samples in this study were 125 respondents and the number of SO2 measurements was 30 samples. The result of the study based on the Multiple Logistic Regression test with continuous data shows a significant relationship between ambient air SO2 concentration and impaired lung function in Fuel Filling Stations (SPBU) in Bandar Lampung City, with a value of p = 0.058. Meanwhile, the results with categorical data shows that there is no significant relationship between ambient air SO2 concentration and impaired lung function in Fuel Filling Stations (SPBU) attendants in Bandar Lampung City with a value of p = 0.136 which is controlled by length of service, nutritional status and years of service. In addition, further research is needed regards to impaired lung function with other pollutant substances."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library