Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isa Dzulqarnain Wijanarko
Abstrak :
Nikel dikenal sebagai salah satu elemen paling umum di dunia dan melimpah di Indonesia, dalam pemrosesannya dihasilkan produk sampingan berupa terak feronikel. Berdasarkan PP 101/2014 tentang pengelolaan limbah B3, terak feronikel tergolong kedalam limbah B3. Studi mengenai pengolahan terak feronikel menjadi hal yang penting untuk dilakukan, adapun pengolahan dilakukan untuk mendapatkan logam berharga yang melimpah pada terak feronikel seperti silika. Silika memiliki berbagai aplikasi, salah satu diantaranya diaplikasikan pada bitumen untuk meningkatkan sifat hidrofobik yang dapat memperkuat umurnya dari kerusakan. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan terak feronikel dengan fusi alkali menggunakan Na2CO3 dan pelindian menggunakan air, hasil residu yang didapat dilanjutkan dengan pelindian menggunakan asam stearat dan etanol dengan variabel temperatur dan waktu. Proses dilakukan untuk meningkatkan hidrofobisitas dari silika. Sampel penelitian dilakukan beberapa uji yaitu XRF, SEM-EDS, FTIR, dan uji sudut kontak setelah dicampurkan pada bitumen. Hasil penelitian yang didapat adalah meningkatkan kemurnian dari silika hingga 95,7%, distribusi ukuran partikel pada rentang 2-9 µm, dan hasil sudut kontak terbesar 110,17° pada sampel dengan variabel bebas waktu pelindian 60 menit pada temperatur 60°C. ......Nickel is known as one of the most common elements in the world and abundant in Indonesia, in its processing, ferronickel slag is produced. Based on PP 101/2014 concerning B3 waste management, ferronickel slag is classified as B3 waste. The study of ferronickel slag processing is an important thing to do, while the processing is carried out to obtain valuable metals that are abundant in ferronickel slag such as silica. Silica has various applications, one of which is applied to bitumen to increase its hydrophobic properties which can strengthen its lifetime from damage. In this study, ferronickel slag was processed by alkaline fusion using Na2CO3 and Pelindian using water, the residue obtained was continued by leaching using stearic acid and etanol with temperature and time variables. The process is carried out to increase the hydrophobicity of the silika. The research sample was carried out by several tests, namely XRF, SEM-EDS, FTIR, and contact angle tests after being mixed with bitumen. The results obtained were increasing the purity of silika up to 95.7%, particle size distribution in the range of 2-9 µm, and the largest contact angle of 110.17° in samples with an independent variable leaching time of 60 minutes at a temperature of 60°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dena Prestia Hallatu
Abstrak :
Sifat mampu basah komposit merupakan salah satu kunci utama dalam peningkatan sifat mekanis komposit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi orientasi, kerapatan dan perlakuan permukaan pada serat terhadap sifat mampu basah komposit. Serat yang digunakan adalah fiberglass dan pengukuran sudut kontak dilakukan dengan metode image processing. Hasil pengaruh dari variasi didapatkan dari hubungan variasi terhadap sudut kontak dan waktu pembasahan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, orientasi serat 45°/45° menghasilkan sudut kontak yang lebih rendah, namun membutuhkan waktu pembasahan yang lebih lama dibandingkan dengan orientasi serat 0°/90°. Perbedaan sudut kontak mencapai 6 derajat lebih rendah dan waktu pembasahan 20 detik lebih lama pada orientasi serat 45°/45°. Sedangkan untuk pengaruh kerapatan, kerapatan serat 900 menghasilkan sudut kontak yang lebih rendah dan waktu pembasahan yang lebih cepat dibandingkan dengan kerapatan serat 1250. Perbedaan sudut kontak mencapai 5 derajat lebih rendah dan waktu pembasahan hanya 7 detik lebih cepat. Adanya perlakuan permukaan berupa perendaman dengan NaOH 5% mampu menurunkan sudut kontak hinga 25 derajat untuk resin epoksi dan 3 derajat untuk resin poliester tak jenuh serta mempercepat waktu pembasahan 10 detik. Dengan menggunakan resin poliester tak jenuh, sudut kontak yang dihasilkan lebih kecil dan waktu pembasahan yang lebih cepat dibandingkan dengan resin epoksi. ......Wettability of composite is one of key to increase mechanical properties of composite. This research focused on the effect of orientation, density and surface treatment on fiber to the characteristic of composite?s wettability. The fiber used in this research is fiberglass and the method for contact angle measurement is image processing. The result for those variations can be obtained from contact angle and wetting time. According to result, fiber with orientation 45°/45° gives lower contact angle but longer wetting time than fiber with orientation 0°/90°. For orientation 45°/45°, the differences in contact angle reaches 6 degree lower and the wetting time is 20 second longer. In case of fiber density, the sheet with 900 of fiber density 900 has lower contact angle and faster wetting time than the sheet with 1250 of fiber density. The sheet with 900 of fiber density has results that 5 degree lower for contact angle and 7 second faster for wetting time. The surface treatment with NaOH 5% can decrease the contact angle until 25 degree for epoxy resin used and 3 degree for unsaturated polyester used, also accelerate the wetting time until 10 second. The use of unsaturated polyester results smaller contact angle and faster wetting time than using epoxy resin.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65417
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adil
Abstrak :
Logam titanium merupakan salah satu biomaterial yang banyak digunakan untuk aplikasi implan. Sayangnya, material ini memiliki kemampuan osseointegrasi yang tidak baik. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pelapisan permukaan Titanium dengan CaCO3 untuk meningkatkan kekasaran permukaan. Pelapisan logam Ti menggunakan Kalsium Asetat Ca(C₂H₃OO)₂ dengan variasi konsentrasi 0,5 M dan 1 M, kemudian dilakukan pembakaran pada suhu 500 oC. Hasil SEM-EDS menunjukkan terbentuk lapisan yang menyerupai jarum pada permukaan Titanium dengan kandungan Ca yang semakin tinggi seiring konsentrasi Ca(C₂H₃OO)₂  yang meningkat. Analisis XRD mengkonfirmasi bahwa lapisan yang terbentuk adalah CaCO3. Pada pelapisan CaCO3 0,5 M pada Titanium kekasaran permukaan Ra 0,48 dan  konsentrasi 1 M memiliki kekerasan permukaan Ra 1,49. Nilai kekerasan setelah pelapisan dengan CaCO3 konsentrasi 0,5 Ma adalah  272,44 dan 1 M memiliki kekerasan 172,67. Uji sudut kontak untuk konsentrasi 0,5 M  memiliki sudut sebesar 34,24o dan untuk konsentrasi 1 M memiliki sudut 0o. Penelitian ini menunjukkan peningkatan kekasaran permukaan Titanium telah berhasil dilakukan menggunakan metode dekomposisi Ca(C₂H₃OO)₂ menjadi CaCO3. Permukaan implan yang kasar telah terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan sifat osseointegrasi implan dengan jaringan sekitar tulang. ...... Titanium is one of the most widely used biomaterials for implant applications. Unfortunately, this material has poor osseointegration ability. The purpose of this study was to coat the surface of Titanium with CaCO3 to increase the surface roughness. The coating procedure was done by using Calcium Acetate Ca(C2H3OO2)2 with varying concentrations of 0.5 M and 1 M, then burned at a temperature of 500 oC. The SEM-EDS results showed that a needle-like layer was formed on the surface of Titanium with a higher Ca content as the concentration of Ca(C2H3OO2)2 increased. XRD analysis confirmed that the layer formed was CaCO3. In the CaCO3 coating with a concentration of 0.5 M, Titanium has a surface roughness of Ra 0.48 and a concentration of 1 M has a surface hardness of Ra 1.49. The hardness value after coating with 0.5 Ma concentration of CaCO3 is 272.44 and 1 M has a hardness of 172.67. The contact angle test for a concentration of 0.5 M has an angle of 34.24o and for a concentration of 1 M it has an angle of 0o. This study shows that the increase in surface roughness of Titanium has been successfully carried out using the decomposition method of Ca(C₂H₃OO)₂ to CaCO3. A rough implant surface has been scientifically proven to improve the osseointegration property of the implant with the surrounding bone tissue.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Agung Setiaji
Abstrak :
Sampah plastik multilayer terus bertambah banyak karena semakin meningkatnya gaya konsumsi masyarakat, dan salah satu sampah yang sulit didaur ulang karena sifatnya. Akumulasi dan pembuangan sampah sembarangan dapat menimbulkan potensi risiko masalah lingkungan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah mencampurkannya dengan bitumen untuk pembuatan aspal. Bitumen modifikasi polimer sebenarnya bukanlah hal baru. Akan tetapi masih banyak hal yang bisa diteliti untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Salah satunya ialah dengan memberikan perlakuan plasma pada sampah plastik multilayer untuk mengubah sifat hidrofobik menjadi hidrofilik. Digunakan berbagai variable waktu perlakuan untuk menemukan hasil yang optimal. 60 detik merupakan waktu yang paling baik untuk perlakuan plasma dingin selama penelitian ini. Hasilnya ialah memberikan sifat hidrofilik yang baik tanpa mengubah sifat kimia dan sifat termal pada sampel. Ditambah lagi dengan penambahan plastik ke bitumen akan memberikan kekerasan yang lebih baik. Nilai optimal yang didapatkan ialah dengan campuran palstik sebanyak 5%. Penambahan kekerasan yang diimbangi dengan keuletan dari bitumen ini dapat mengurangi penggunaan agregat pada pembuatan aspal dan hal ini dapat menjadikan produksi aspal akan lebih murah. ......Multilayer plastic waste continues to increase due to the increasing consumption style of society, and is one of the most difficult types of waste to recycle due to its nature. The accumulation and indiscriminate disposal of waste can pose a potential risk of environmental problems. One solution that can be done is to mix it with bitumen for the manufacture of asphalt. Polymer modified bitumen is actually not new. However, there are still many things that can be researched to get more optimal results. One of them is by giving plasma treatment to multilayer plastic waste to change its hydrophobic to hydrophilic properties. Various treatment time variables were used to find optimal results. 60 seconds is the best time for cold plasma treatment during this study. The result is to provide good hydrophilic properties without changing the chemical and thermal properties of the sample. Coupled with the addition of plastic to bitumen will provide better hardness. The optimal value obtained is with a plastic mixture of 5%. The addition of hardness that is balanced with the ductility of this bitumen can reduce the use of aggregate in the manufacture of asphalt and this can make asphalt production cheaper.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daffa Pasha
Abstrak :
Telah berhasil dibangun pembersih permukaan substrat menggunakan metode vortex plasma yang mampu membersihkan kaca preparat yang semula memiliki sifat hidrofobik menjadi hidrofilik setelah dilakukan proses pembersihan. Sifat hidrofobik dan hidrofilik dari suatu permukaan digunakan untuk menyatakan kebersihan permukaan secara kualitatif. Pengamatan sudut kontak dari air yang diteteskan dengan metode sessile drop menyatakan kebersihan permukaan secara kuantitatif. Vortex plasma yang dihasilkan oleh sebuah kumparan sebagai penghasil medan magnet dan elektroda plat tembaga yang diberi beda potensial listrik. Medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan dengan 320 lilitan yang diberikan arus DC sebesar 1,92 A adalah 5,42 mT. Dengan durasi waktu pembersihan 10 menit dengan tekanan 2000 micron dapat menghasilkan rata-rata sudut kontak 8 derajat, Sedangkan penggunaan perantara gas argon untuk proses pembersihan mampu menghasilkan rata-rata sudut kontak sebesar 4 derajat. Sudut kontak yang dihasilkan semakin mengecil seiring dengan lamanya waktu pembersihan, baik dengan gas argon maupun tanpa gas argon. Pengujian ini membuktikan bahwa gas argon lebih efektif untuk proses pembersihan dengan vortex plasma. ......A substrate surface cleaner has been successfully built using the plasma vortex method which is able to clean preparate glass which originally had hydrophobic properties to become hydrophilic after the cleaning process. The hydrophobic and hydrophilic properties of a surface are used to describe the surface cleanliness qualitatively. Observation of the contact angle of the water dripped by the sessile drop method states the surface cleanliness quantitatively.Vortex plasma produced by a coil as a generator of the magnetic field and a copper plate electrode which is given an electric potential difference of 30KV. The magnetic field produced by a coil given a DC current of 1.92 A is 5.42 mT. With a cleaning time of 10 minutes with a pressure of 2000 microns, it can produce an average contact angle of 8 degrees, while the use of argon gas intermediary for the cleaning process is able to produce an average contact angle of 4 degrees. The resulting contact angle decreases with the duration of cleaning time, both with argon gas and without argon gas. This test proves that argon gas is more effective for the cleaning process with vortex plasma.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffry Viriya
Abstrak :
Aplikasi fotokatalis TiO2 mengalami perkembangan yang signifkan beberapa tahun ke belakang ini. Fotokatalis merupakan suatu katalis yang teraktifkan ketika mendapat sinar UV. Sinar UV yang diterima akan menyebabkan terjadinya eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi sehingga katalis siap mereduksi dan mengoksidasi material yang teradsorp pada permukaan. Sifat fotokatalitik sekaligus hidrofilisitas yang dimiliki TiO2 ini menjadikannya banyak digunakan baik sebagai material anti-fogging maupun self cleaning. Aplikasi TiO2 akan menjadi lebih praktis apabila dijadikan dalam bentuk film dan dilapisi pada support/media tertentu seperti plastik. Dalam eksperimen ini, sebelum dilakukan pelapisan pada permukaan dengan menggunakan spin coating, dilakukan surface treatment pada plastik dengan sinar UV-C. Preparasi fotokatalis dilakukan melalui metode sol-gel dan kristalisasi dingin yang menggunakan suhu 100_C dengan variasi berat molekul aditif PEG. Preparasi fotokatalis film pada support plastik dilakukan melalui dua cara yaitu (1) melapiskan sol TiO2 dan (2) melapiskan serbuk TiO2 pada permukaan support. Sebagai pembanding, juga dilakukan preparasi fotokatalis film dengan kedua metode pada support lain yaitu kaca preparat. Untuk mengetahui secara kuantitatif hidrofilisitas yang dihasilkan dilakukan pengukuran sudut kontak dengan alat contact angle meter yang ditunjang dengan data dari karakterisasi FT-IR, UV-Vis DRS dan TEM. Plastik yang telah disinari menunjukkan perubahan kepolaran yang bagus sehingga permukaan plastik menjadi memungkinkan untuk dilapisi. Sudut kontak yang terukur pada plastik yang dilapisi dengan sol TiO2 masih besar. Variasi kondisi pemanasan vakum juga tidak menghasilkan sifat yang lebih baik, walaupun hasil TEM dan UV-Vis DRS menunjukkan pengurangan ukuran partikel dan band gap. Diperkirakan pada preparasi dengan pelapisan sol, radikal yang terbentuk akibat sinar UV-C mengganggu kestabilan ikatan TiO(NO3)2.H2O dengan PEG, sehingga proses pembentukan TiO2 menjadi tidak sempurna. Hasil FT-IR menunjukkan bahwa hidrofilisitas tidak dipengaruhi oleh meningkatnya kadar - OH dari PEG yang ditambahkan, sehingga diduga penambahan PEG dengan berat molekul yang lebih besar menyebabkan transformasi ke TiO2 yang lebih baik. Untuk plastik yang dilapisi dengan serbuk TiO2, hidrofilisitas yang ditunjukkan lebih baik walaupun menunjukkan transparansi yang lebih rendah. Pengurangan konsentrasi akan menyebabkan penurunan hidrofilisitas tapi menghasilkan transparansi yang lebih baik. ......Application of TiO2 has undergone a tremendous developments in the past few years. Photocatalyst is a catalyst that will become active when it is exposed to UV. The UV absorbed will trigger the excitation of electrons from valence band to conduction band, therefore, catalyst will be ready to oxidize and reduce the adsorbed materials. The TiO2's photocatalytic and hidrophilicity properties have made it suitable as anti fogging and self cleaning material. The application of TiO2 will become more practical if it is coated on a support such as plastic. In this reseach, prior to spin coating of TiO2 sol to plastic, surface treatment with radiation of UV-C method was conducted. Sol-gel method followed by cold crystalization at 100_C was applied to prepare the catalyst which was added by different molecular weight of PEG. The photocatalyst film was prepared in two different ways: (1) coating of TiO2 sol directly to support and (2) coating of TiO2 powder to the support. As a comparison, different kind of support such as soda lime glass was used. To know the hidrophilicity of prepared catalyst quantitatively, contact angle meter was utilized to measure the contact angle generated, supported by data from FT-IR, UV-Vis DRS and TEM characterization. Exposed plastic had shown a significant changes of polarity, therefore, the coating process was enabled. Contact angle measured from TiO2 sol coated plastic still gave a high result. Variation of vacuum condition did not give a better result either, despite the fact that TEM and UV-Vis DRS indicated that there was a decrease of particle size and band gap. It is believed that in direct method of preparation in which sol solution was coated to the plastic support, the radicals occured dued to exposure of plastic to UV-C had caused some disturbances to the stability of TiO(NO3)2.H2O and PEG bond formed. The distubance then would cause the imperfect transformation to TiO2 crystals. FT-IR result showed that the hidrophilicity was not effect by the higher content of 'OH but it was mere because of better tranformation to TiO2 by addition of PEG with higher molecular weight. For plastic which was coated by TiO2 powder, the measured hidrophilicity was a lot better, even though deprivation of transparency occured. Lowering the concentration would slightly decrease the hydrophlicity but increase the transparency.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49686
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library