Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novita Fajrin
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam penelitian ini, MOF disintesis sebagai adsorben ion logam kadmium (II) karena kerangka organik logam (MOF) memiliki area pori dan permukaan yang besar serta sifat potensial dan aplikasi seperti pengolahan air yang mengandung ion logam berat. Sintesis MOF dilakukan berdasarkan logam lantanida menggunakan lantanum dan itrium, dengan mereaksikan logam nitrat (Y (NO3) 3.6H2O dan La (NO3) 3.6H2O) dengan asam suksinat dan N, N-dimethylformamide (DMF) dan pelarut air menggunakan metode solvothermal. Dua MOF yang disintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, TGA, BET dan SEM. Hasil dari karakterisasi menyatakan bahwa La-succinate MOF lebih baik daripada MO-succinate Y. Selanjutnya, dua MOF yang disintesis digunakan sebagai adsorben ion logam kadmium (II) dengan berbagai variasi seperti pH, waktu kontak, jumlah adsorben dan konsentrasi adsorbat. Kapasitas adsorpsi yang dihasilkan oleh La-succinate MOF lebih besar dari Y-succinate MOF serta hasil dari isoterm adsorpsi oleh La-succinate dan MOF-succinate Y. La-succinate MOF memiliki R2 sebesar 0,9946 dengan nilai kapasitas adsorpsi Freundlich sebesar 2.296 mg / g dan MO-succinate Y memiliki R2 sebesar 0.8812 dengan nilai kapasitas adsorpsi Freundlich sebesar 1.543 mg / g.
ABSTRACT
In this research, MOF was synthesized as cadmium (II) metal ion adsorbent because the organic metal framework (MOF) has a large pore and surface area as well as potential properties and applications such as water treatment containing heavy metal ions. MOF synthesis was carried out based on lanthanide metal using lanthanum and yttrium, by reacting metal nitrate (Y (NO3) 3.6H2O and La (NO3) 3.6H2O) with succinic acid and N, N-dimethylformamide (DMF) and water solvents using the solvothermal method. Two MOF synthesized were characterized using FTIR, XRD, TGA, BET and SEM. The results of the characterization stated that La-succinate MOF was better than MO-succinate Y. Furthermore, two MOF synthesized were used as adsorbent of cadmium (II) metal ions with various variations such as pH, contact time, amount of adsorbent and adsorbate concentration. The adsorption capacity produced by La-succinate MOF is greater than Y-succinate MOF and the results of adsorption isotherms by La-succinate and MOF-succinate Y. La-succinate MOF has an R2 of 0.9946 with a Freundlich adsorption capacity value of 2,296 mg / g and MO-succinate Y has R2 of 0.8812 with a Freundlich adsorption capacity value of 1,543 mg / g.
2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pati singkong merupakan eksipien yang paling umum digunakan dalam sediaan padat farmasi. Namun, pati singkong masih memiliki sifat yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan eksipien dengan karakteristik yang lebih baik yang berasal dari pati singkong dan salah satunya adalah dengan suksinilasi pati singkong. Pati singkong yang telah disuksinilasi dapat digunakan dalam formulasi obat lepas lambat dan lepas terkendali. Suksinilasi pati singkong dilakukan dengan mereaksikan pati singkong dengan anhidrida asam suksinat pada pH 8 dengan penambahan NaOH 0,8 N. Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik pati singkong suksinat lalu dibandingkan dengan pati singkong dan Primogel®. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pati singkong suksinat memiliki perbedaan dengan pati singkong dan Primogel®. Namun, dalam beberapa hal pati singkong suksinat memiliki karakteristik yang lebih baik daripada kedua eksipien tersebut.
Universitas Indonesia, 2005
S32531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pragelatinisasi pati singkong suksinat (PPSS) merupakan pati yang mengalami modifikasi kimia dan fisika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mikrosfer yang terbuat dari PPSS dan kombinasinya dengan polimer lain yaitu hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) dan Carbopol 974P dalam menahan pelepasan obat, serta menyelidiki kekuatan mukoadhesif dari formula yang mengandung PPSS. Mikrosfer yang mengandung propranolol hidroklorida sebagai model obat dibuat dengan metode semprot kering dan dikarakterisasi meliputi morfologi, uji perolehan kembali, efisiensi penjerapan, distribusi ukuran partikel, kadar air, kekuatan mukoadhesif, dan pelepasan obat dalam medium klorida pH 1,2 dan fosfat pH 7,2. Mikrosfer yang terbuat dari PPSS 4% melekat paling kuat pada mukosa lambung dengan nilai yang tidak berbeda signifikan dengan mikrosfer HPMC 1%, sedangkan mikrosfer yang terdiri dari PPSS 4% dan Carbopol 974P 0,8% melekat paling kuat pada mukosa usus yang nilainya juga tidak berbeda signifikan dengan mikrosfer HPMC 1%. Uji pelepasan obat secara in vitro menunjukkan kombinasi PPSS dengan polimer lain dapat memperlambat pelepasan obat pada kedua medium.
Universitas Indonesia, 2009
S33068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manda Agustin
Abstrak :

Memburuknya kualitas air secara global membuat penyediaan air bersih menjadi masalah utama. Salah satu penyebab memburuknya kualitas air adalah limbah industri yang menghasilkan limbah zat warna. Rhodamine B adalah pewarna dasar (kationik) yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pengolahan fisik dengan metode adsorpsi menggunakan dua adsorben berpori, Cobalt dan Yttrium Metal Organic Frameworks (Co-/Y-Suksinat MOF), dilakukan. MOF disintesis menggunakan ligan asam suksinat dengan logam Cobalt dan Yttrium dalam pelarut N,N-Dimethylformamide (DMF) dengan metode solvothermal. Kedua MOF hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR, TGA, XRD, BET, serta SEM. Kemudian digunakan sebagai adsorben zat warna Rhodamine B dengan berbagai variasi kondisi untuk menentukan kondisi optimum adsorpsi. Hasil adsorpsi dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan kapasitas adsorpsi Rhodamine B. Kondisi optimum untuk Co-Suksinat MOF terjadi pada pH 9 dengan waktu kontak 240 menit dan konsentrasi sebesar 7 ppm dengan pemodelan isoterm adsorpsi Freundlich dimana adsorpsi merupakan tipe multilayer dengan nilai Kf sebesar 0,000737 mg/g. Kondisi optimum untuk Y-Suksinat MOF terjadi pada pH 9 dengan waktu kontak 420 menit dan konsentrasi sebesar 9 ppm dengan pemodelan isoterm adsoprsi Langmuir dimana adsoprsi merupakan tipe monolayer dengan nilai qm sebesar 0,3967.


The deterioration of water quality makes the provision of clean water a main problem. One of the causes is industrial waste water that produces dye waste. Rhodamine B is a basic (cationic) dye which is very dangerous for the environment and human health. Processing using the adsorption method and two porous adsorbents were used, Cobalt and Yttrium–succinate Metal Organic Frameworks (Co-/Y-succinate MOF). MOF were synthesized using succinic acid ligand with Cobalt and Yttrium metal in N, N-Dimethylformamide (DMF) solvent using solvothermal method. Both MOF were characterized using FTIR, TGA, XRD, SAA, and SEM, then used as adsorbent for Rhodamine B dyes with various conditions to determine the optimum adsorption conditions. The adsorption results were analyzed using UV-Vis Spectrophotometer to determine the capacity of Rhodamine B adsorption. The optimum conditions for Co-Succinate MOF occured at pH 9 with contact time of 240 minutes and concentration of 7 ppm by modeling Freundlich adsorption isotherms, adsorption is a multilayer type with Kf value of 0.000737 mg/g. The optimum condition for Y-Succinate MOF occurred at pH 9 with contact time of 420 minutes and concentration of 9 ppm by modeling Langmuir adsorption isotherms, adsorption was a monolayer type with qm value of 0.3967.

2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Putri Anggraweni
Abstrak :
Tablet cepat hancur merupakan suatu bentuk sediaan padat yang larut atau hancur dalam 1 menit dalam rongga mulut dengan adanya air liur tanpa minum atau dikunyah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi sediaan tablet cepat hancur ketoprofen menggunakan maltodekstrin suksinat sebagai eksipien. Maltodekstrin suksinat yang diperoleh dari suksinilasi maltodekstrin menggunakan anhidrida suksinat memiliki derajat substitusi 0,18 ± 0,01; pH (5% larutan dalam akuadest) 6,76 ± 0,03; kadar air 7,2275 ± 0,21%; ukuran partikel 355 – 710 μm; laju alir 4,51 ± 0,301 g/detik; indeks mengembang selama 4 menit 17,99%; viskositas (25%) 29,14 cps. Tablet cepat hancur yang menggunakan maltodekstrin suksinat 25% memberikan bobot 98,70 ± 3,91 mg; ketebalan 2,99 ± 0,04 mm; diameter 6,08 ± 0,02 mm; kekerasan 2,75 ± 0,54 Kp; keregasan 0,60 ± 0,12%; waktu hancur 15,67 ± 1,37 detik; kadar 104,53 ± 0,002%; pelepasan obat 83,57 ± 8,20% dalam 20 menit; fluks penetrasi rata-rata 0,5473 μg/cm2.menit, sesuai uji kesukaan 70% responden menyukai penampilan tablet; 6,67% responden menyukai rasa tablet serta waktu hancur rata-rata sebesar 225,47 ± 16,16 detik. Dapat disimpulkan bahwa eksipien maltodekstrin suksinat dapat digunakan sebagai eksipien utama tablet cepat hancur.
Fast disintegration tablet was the solid dosage form which dissolve or disintegrate in 1 minute with saliva without adding water or chewing. The purposes of this research were to prepare and characterize of ketoprofen fast disintegration tablet containing maltodextrin succinate as excipient. Maltodextrine succinate was obtained from succinylation of maltodextrine using succinate anhidride. The maltodextrine succinate had the parameters as follows: degree of substitution, 0.18 ± 0.01; pH (5% in aquadest), 6.76 ± 0.03; moisture content, 7.2275 ± 0.21%; particle size, 355-710 μm; flow rate, 4.51 ± 0.31 g/second; swelling index 17.99% and viscosity (25%) 29.14 cps. The fast disintegration tablet that contain maltodextrine succinate 25% had weight 98.70 ± 3.91 mg; thickness 2.99 ± 0.04 mm; diameter 6.08 ± 0.02 mm; hardness 2.75 ± 0.54 Kp; friability 0.60 ± 0.12%; disintegration time 15.67 ± 1.37 second; assay 104.53 ± 0.002%; in vitro drug release, 20 minutes, 83.57 ± 8.20%; penetration flux 0.5473 μg/cm2.minute. According to hedonic test, 70% like the tablet appearence, 6.67% like the flavour, and disintegration time were 225.47 ± 16.16%. The result of this study showed that maltodextrine succinate can be used as excipient for fast disintegration tablet.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T38953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Wicaksono
Abstrak :
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam suatu bentuk tabung pipih atau sirkuler, mengandung satu jenis zat aktif atau lebih, dengan atau tanpa zat tambahan. Pada penelitian ini dibuat tablet amoksisilin dengan menggunakan kombinasi pati pregel singkong suksinat, talkum, laktosa, dan magnesium stearat. Tablet dibuat dengan metode cetak langsung. Pati pregel singkong suksinat dalam tablet ini digunakan sebagai penghancur dan pengikat. Pati pregel singkong dan pati pregel singkong suksinat dilakukan uji karakterisasi terlebih dahulu. Evaluasi dilakukan terhadap massa granul maupun sediaan tablet. Hasil evaluasi tablet yang diperoleh menunjukan bahwa pregelatinasi pati singkong suksinat sebagai bahan pengikat dan penghancur pada pembuatan tablet secara cetak langsung memberikan hasil kekerasan, keregasan dan waktu hancur yang baik pada konsentrasi 10? 17%.
Tablet is a solid dossage form made by compression in a flat or circular tube, contain one or more active substance, with or without excipients. In this research, amoxicillin tablets are made by direct compression with the combination of pregelatinized cassava starch succinate, talcum, lactose, and magnesium stearate. Pregelatinized cassava starch succinate in these tablets function as disintegrant and binder. Evaluation were done to tablets and granul mass before tableting process. The result of tablet evaluation indicated that pregelatinized cassava starch succinate as a binder and desintegrant in direct compression tablet give the best hardness, friability, and disintegration time at concentration 10-17%.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32579
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Rahayu Setyaningsih
Abstrak :
Tablet cepat hancur adalah tablet jenis baru yang cepat hancur dan /atau larut ketika dimasukkan kedalam rongga mulut. Tablet jenis ini dapat dengan mudah hancur walau hanya dalam sedikit air, seperti adanya saliva dalam rongga mulut. Oleh karena itu, dalam formulasi tablet cepat hancur diperlukan adanya superdisintegrant. Pada penelitian ini, dibuat tablet cepat hancur dengan menggunakan pragelatinisasi pati singkong suksinat (PPSS) sebagai bahan penghancur dan Avicel sebagai bahan pengikat. PPSS merupakan pati singkong termodifikasi secara fisika dan kimia. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi optimum PPSS dalam kombinasinya dengan Avicel yang memberikan hasil evaluasi tablet yang memberikan hasil evaluasi tablet yang memenuhi syarat atau kriteria. Proses optimisasi dilakukan dengan metoda permukaan respon, yaitu kurva hubungan non-linear antara faktor-faktor formulasi dengan masing-masing respon farmasetik. Dalam hal ini, faktor formulasi adalah konsentrasi PPSS dan Avicel, sedangkan respon farmasetiknya adalah parameter-parameter kekerasan, keregasan, waktu hancur dan waktu pembasahan tablet cepat hancur. Dari hasil penelitian ini diperoleh konsentrasi optimum PPSS adalah 26,94 - 27,85% dengan menggunakan Avicel sebanyak 20,44 - 24,29% sebagai pengikat.
Fast disintegrating tablet is a kind of tablet that can disintegrate and /or dissolve rapidly when it is entered into oral cavity. Fast disintegrating tablet can easily disintegrate with a small amount of water, like saliva in oral cavity. Thus, in the formulation of fast disintegrating tablet is required an excipient, which has superdisintegrant characteristic. In this study, the fast disintegrating tablets were formulated using pregelatinized cassava starch succinate (PCSS) as a disintegrant and Avicel as a binder. PCSS is a physically and chemically modified starch. Moreover, the purpose of the research is to obtain the optimum concentration of PCSS, which is combined with Avicel in the formulation that fulfills the criteria or requirements of the fast disintegrating tablet. The formulation optimization was carried out by response surface methodology, which is the non-linier relationship between formulation factors and individual pharmaceutical responses. In this study, formulation factor is the concentration of PCSS and Avicel, whereas the pharmaceutical responses are hardness, friability disintegration time and wetting time of the fast disintegrating tablet. The results show that the optimum concentration of PCSS and Avicel are 26,94 - 27,85 % and 20,44 - 24,29 % respectively in the formulation of the fast disintegrating tablet.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S33057
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harrina Erlianti Rahardjo
Abstrak :
ABSTRACT
Background: urinary tract infection (UTI) is often treated in daily practice as overactive bladder (OAB) by giving anticholinergic, the recommended treatment options of OAB. However, anticholinergic application for UTI symptoms relief has never been investigated. To our knowledge, this study was the first randomized trial which investigate anticholinergic use for UTI treatment. This study aimed to evaluate whether additional anticholinergic is beneficial alongside an empiric antibiotic therapy in reducing symptoms and tolerable for females with uncomplicated UTI. Methods: this was a randomized double-blind controlled trial that included female aged >18 y.o with uncomplicated lower UTI. Patients were randomly assigned to either solifenacin succinate 5 mg (group 1) or placebo (group 2) in addition to empiric levofloxacin 500 mg treatment for 3 days. Those with structural and/or functional abnormalities of the urinary tract and allergic reaction history were excluded. We observed changes in overactive bladder symptom score (OABSS), patient perception of bladder condition (PPBC) score, patient-reported symptoms and adverse events. Results: a total of 126 patients, 63 for each group, initiated the trial with median age of 44 (19-67) y.o. There were no differences of age, OABSS, and PPBC score between the 2 groups at baseline. We found significant (p<0.05) reduction of OABSS and PPBC score in both groups at the end of therapy; however the amount of reduction were not different between groups. In group 1 we found 22.2% of patients complained of dry mouth and 25.4%, 4.7%, 3.2% of patients complained of nausea, somnolence and constipation respectively. In group 2 we found 20.0%, 21.7% and 3.3% patients who complained of dry mouth, nausea, and somnolence respectively. One patient in group 2 experienced allergic reaction and was dropped out. Conclusion: we found no significant difference in OABSS and PPBC score reduction by adding anticholinergic to antibiotic therapy for females with uncomplicated UTI. There was no serious adverse event recorded.
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2018
610 UI-IJIM 50:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudith Kusuma Putri
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah membuat protein kedelai suksinat dari protein kedelai yang diperoleh melalui proses suksinilasi protein kedelai dengan anhidrida suksinat pada kondisi basa dalam medium berair. Protein kedelai suksinat yang diperoleh kemudian dikarakterisasi secara fisik, kimia, dan fungsional, kemudian digunakan sebagai matriks pada sediaan tablet mengapung. Protein kedelai suksinat yang didapat berupa serbuk berwarna putih kekuningan, memiliki derajat suksinilasi 35,74 ± 0,38% dan 100,38 ± 0,38%, menunjukkan peak pada bilangan gelombang 1653,0 cm-1 mengindikasikan gugus karbonil amida yang terbentuk, memiliki daya mengembang 35,38 ± 2,08% dan 25,30 ± 4,99% dalam dapar asam klorida pH 1,2. Pada penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan diltiazem hidroklorida sebagai model obat. Semua formula dibuat dengan mengkombinasikan matriks protein kedelai (PK), protein kedelai suksinat 100% b/b (PKS 1), dan protein kedelai suksinat 250% b/b (PKS 2) dengan HPMC dengan perbandingan 1:1. Uji keterapungan, daya mengembang dan kinetika pelepasan obat pada tablet mengapung dievaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula dengan matriks PKS 2:HPMC 1:1 merupakan fomula terbaikdengan waktu apung 40,75 ± 1,06 menit dan mampu mengapung selama 24 jam, daya mengembang 87,5 ± 3,1% dengan kinetika pelepasan mengikuti persamaan Higuchi dan mekanisme difusi non-Fickian. ...... The aims of this study was to produce the soybean protein succinate from soybean protein by succinilation of the soybean protein using succinic anhydride under alkaline conditions in aqueous medium. Soybean protein succinate were characterized physically, chemically and functionally, then was used as a matrix for floating tablet. Soybean protein succinate obtained a yellowish-white powder, having 35.74 ± 0.38% and 100.38 ± 0.38% as its succinylated degree, showed peak at the wave number 1653.05 cm-1 indicates that the amide carbonyl group is formed, swelling index was 35.38 ± 2.08% and 25.30 ± 4.99% in hydrocloric acid buffer pH 1.2. Tablets were made by wet granulation method and diltiazem hydrochloride was used as a model drug. All formulas were made by combining matrix soybean protein (SP), soybean protein succinate 100 % w/w (SPS 1), and soybean protein succinate 250 % w/w (SPS 2) with HPMC 1:1. Buoyancy test, swelling test and drug-release kinetics evaluated on the floating tablet. The results showed that the formula with SPS 2: HPMC 1:1 is the best fomula with a lag time of 40.75 ± 1.06 minutes, floating duration of 24 hours, and swelling test 87.5 ± 3.1%. This formula followed Higuchi release kineticsand showed non-Fickian diffusion mechanism.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nurwulan
Abstrak :
Kacang kedelai sangat sering digunakan sebagai bahan pangan di Indonesia karena harganya yang murah dan mengandung zat gizi tinggi seperti protein. Namun, kedelai mempunyai zat anti gizi seperti polifenol dan fitat yang dapat mengganggu penyerapan zat besi di dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ketersediaan fortifikasi zat besi secara in vitro pada pangan berbasis kedelai seperti, tempe, tahu dan susu kedelai. Proses in vitro dilakukan dengan enzim pepsin, pankreatin dan ekstrak bile. Fortifikan yang digunakan yaitu NaFeEDTA dan ferrous succinate. NaFeEDTA disintesis dari Na2H2EDTA.2H2O dan NaOH serta FeCl3, sedangkan ferrous succinate dari NaOH, asam suksinat, FeSO4.7H2O dan BaCl2.2H2O. NaFeEDTA dan ferrous succinate hasil sintesis dikarakterisasi dengan FTIR yang menunjukan adanya ikatan Fe-N (dari EDTA) pada 390 cm-1 dan pada 620 cm-1 dari ikatan Fe-O pada ferrous succinate. Pada penelitian ini diukur kadar Fe non polifenol dengan menggunakan AAS. Hasil pengukuran kadar Fe dengan AAS menunjukkan efektifitas tertinggi pada penambahan NaFeEDTA untuk tempe 18,81 mg, tahu 37,61 mg, dan susu kedelai 18,81 mg. Sedangkan ferrous succinate untuk tempe 7,69 mg, tahu 7,69 mg, dan susu kedelai 7,69 mg. Sesuai dengan teori, NaFeEDTA lebih efektif sebagai fortifikan. ...... Soybean are very often used as food in Indonesia because the price is cheap and contain high nutrients such as protein. However, soybean have anti-nutrients substances such as polyphenol and phytate that can inhibit iron absorption in the body. The purpose of this study was to determine availability of iron fortification in vitro in soy-based food such as tempeh, tofu and soy milk. In vitro process using pepsin, pancreatin and bile extract enzyms. Fortificant which are used are NaFeEDTA and ferrous succinate. NaFeEDTA is produced by synthesis of Na2H2EDTA.2H2O, NaOH and FeCl3 while ferrous succinate by NaOH, succinate acid, FeSO4.7H2O and BaCl2.2H2O. Product of synthesis NaFeEDTA and ferrous succinate characterized with FTIR and the result show that the presence of Fe-N bond (of EDTA) 390 cm-1 and 620 cm-1 from Fe-O bonding of ferrous succinate.In this study we were analysed Fe non polyphenol by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The results showed the highest effectivity by using NaFeEDTA as fortificant are 18,81 mg for tempeh, 37,61 mg for tofu, and 18,81 mg for soy milk. Whereas by using ferrous succinate are 7,69 mg for tempeh, 7,69 mg for tofu, and 7,69 mg for soy milk. Based on theory, NaFeEDTA more effective as fortificant.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>