Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irawan Purnama
"Subluksasi sendi bahu penderita strok hemiparesis biasanya te~adi pad a stadium flaccid, dimana gaya gravitasi lengan menyebabkan tarikan terhadap sendi bahu. Hal ini harus ditangani sedini mungkin untuk mencegah timbulnya nyeri bahu, cedera otot rotator cuff, cedera sa rat, frozen shoulder dan shoulder hand syndrome. Tujuan : Mengetahui etektvitas Rolyan humeral cuff sling terhadap asimetri vertikal dan asimetri horizontal pada subluksasi sendi bahu penderita strok hemiparesis. Metode : Studi eksperimetnal dengan desain pra dan pasca pemakaian Rolyan humeral cuff sling. Subyek berjumlah 15 penderita strok hemiparesis yang berusia 45 - 75 tahun yang memenuhi kriteria penerimaan di poliklinik IRM dan Neurologi serta di bangsal Neurologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo daJam periode Februari - Mei 2002. Dua subyek dikeJuarkan karena hasil pemeriksaan radiologinya hampir simetri (selisih 0,5 - 1 mm). Pemeriksaan radiologi subluksasi sendi bahu dengan proyeksi anteroposterior dilakukan 2 kali yaitu di awal penelitian (I) dan setelah 4 minggu (II) pemakaian Rolyan humeral cuff sling. Ukuran penilaian berupa asimetri vertikal dan asimatri horizontal sandi bahu. Perbandingan antara asimetri vertikaJ dan asimetri horizontal sendi bahu (I) dan (II) dan dianalisis dengan uji t berkaitan. Hasil : Usia subyek 45 - 55 tahun (20%), 55 - 64 tahun (53,33%) dan 65 - 75 tahun (26,67%). Stadium Brunnstrom berkisar antara stadium I (26,7%) dan stadium II (53,3%). Pengukuran subacromion space berkisar antara ° -5 mm (20%), 6 - 10 mm (40%), 11 - 15 mm (20%) dan 16 - 20 mm (20%). Rerata komponen vertikal (I) (47,538) dan (II) (44,923) sedangkan rerata komponen horizontal I (26,500) dan \I (24,230). Rerata asimetri vertikal (I) (12,346) dan (\I) (9,730) sedangkan rerata asimetri horizontal (I) (2,753) dan (II) (1,153). Hasil uji statistik membuktikan terdapat perbedaan bermakna antara komponen vertikal dan komponen horizontal (I) dan (\I) (p < 0,05), juga perbedaan bermakna antara asimetri vertikal dan asimetri horizontal (I ) dan (II) (p < 0,05). Kesimpulan : Ro/yan humeral cuff sling dapat memperbaiki asimetri vertikal dan asimetri horizontal pada sub!uksasi sendi bahu penderita strok hemiparesis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T58814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Hanna
"Prevalensi subluksasi sendi bahu penderita hemiparesis akibat stroke, dilaporkan mencapai 80% dari CVA dan hubungannya dengan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari merupakan salah satu masalah vang perlu diteliti agar penanganan di bidang rehabilitasi medik dapat lebih tepat dan terarah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara derajat subluksasi sendi bahu dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) pada penderita hemiparesis dextra akibat strok. Disamping itu, juga untuk memperoleh prevalensi subluksast sendi bahu serta untuk memperoleh hubungan antara hasil pengukuran klinis dengan hasil pengukuran radiologis. Jenis penelitian studi potong lintang (cross sectional study) ini melibatkan 120 pasien hemiparesis dextra akibat stroke yang terdiri 42 (35%) perempuan dan 78 (65%) laki laki. Pengukuran subluksasi sendi bahu secara klinis dilakukan dengan cara palpasi subacromion space. Pengukuran radiologis melalui pemeriksaan rontgen biasa dengan posisi penderita duduk tegak dan sudut oblique (45°) serta lengan tergantung bebas. Skor AKS menggunakan indeks modifikasi Barthel. Hubungan antara derajat subluksasi sendi bahu dan AKS diuji dengan Chi Square Test. Berdasarkan derajat subluksasi sendi bahu, frekuensi pasien untuk derajat 0, 1, 2 dan 3 masing-masing adalah 24 (20 0%), 59 (49,2%), 27 (22,5%) dan 10 (8,3%). Sedangkan untuk derajat 4 (dislokasi) selama kurun waktu penelitian tidak diperoleh seorang pasienpun. Hasil pengukuran rerata skor AKS berdasarkan derajat subluksasi sendi bahu menunjukkan bahwa untuk derajat 0, 1, 2 dan 3 berturut turut adalah 4,58 (nilai D), 7,64 (nilai C), 18,15 (nilai B) dan 24 (nilai A) Hasil pengukuran klinis (subacromion space) berdasarkan derajat subluksasi sendi bahu reratanya adalah 0,32 jari (5,0 cm), 0,44 jari (6,29 cm), 0,99 jari (15,56 cm) dan 1,45 jari (21,2 cm) berturut-turut untuk derajat 0, 1, 2 dan 3. Pada penelitan ini, prevalensi subluksasi sendi bahu pada penderita hemiparesis dextra akibat strok adalah cukup tinggi (70,6%), dan subluksasi sendi bahu paling banyak terjadi pada stadium Brunnstrom 4, di mana spastisitas mulai menurun. Hasil analisis statistik membuktikan bahwa ada hubungan positip yang bermakna antara derajat subluksasi sendi bahu pada penderita hemiparesis dextra akibat strok dengan skor AKS (r 0,73). Disamping itu, ada hubungan positip yang bermakna antara hasil pengukuran klinis subluksasi sendi bahu dengan derajat subluksasi hasil pemeriksaan radiologis (r 0,88). Semakin besar subacromion space, semakin tinggi derajat subluksasi sendi bahu. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi derajat subluksasi sendi bahu penderita hemiparesis dekstra akibat strok, makin rendah tingkat kemandiriannya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library