Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peter Umar
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasar modal syariah yang terbentuk melalui saham-saham syariah yang tercatat pada Jakarta Islamic Index (JII) sudah merupakan pasar modal yang efisien. Pasar modal yang efisien di mana harga yang terbentuk menyesuaikan secara cepat dengan informasi yang diterima merupakan pasar yang ideal yang sangat sesuai dengan syariah Islam. Dalam penelitian ini dilakukan dengan metode event study dan kejadian atau informasi yang dilakukan pengamatan adalah tanggal pengumuman dividen oleh emiten yang terdaftar pada JII dan disebut tanggal kejadian (event date). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengumuman dividen yang dilakukan oleh emiten syariah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return dari saham-saham yang terdaftar pada Ill atau tidak terdapat abnormal return (excess return) yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal syariah belum merupakan pasar modal yang efisien karena adanya informasi pengumuman dividen tidak tercermin dalam harga maupun return dari saham-saham yang terdaftar pada JII. Dari tujuh emiten yang termasuk dalam sampel rata-rata abnormal return tertinggi hanya mencapai 1,01% yang dicapai pada hari ketiga setelah tanggaI kejadian dan kerugian terbesar yang terjadi mencapai sebesar 1,16% yang dicapai pada had kelima sebelum tanggal kejadian. Dui 21 hari pengamatan hanya 10 hari mencatat adanya abnormal return sedangkan 11 hari justru mencatat kerugian. Sedangkan dari perhitungan terhadap cumulative abnormal return tercatat hanya 5 hari yang mencatat cumulative abnormal return positif sedangkan 16 hari lainnya tercatat negatif.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Widyantini
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses investasi suatu saham dilakukan dengan beberapa masalah pokok antara lain bagaimana prosedur membentuk portofolio optimal, kombinasi saham-saham mana saja yang membentuk portofolio optimal, berapa proporsi alokasi dana pada masing-masing saham-saham tersebut, bagaiana evaluasi kinerja portofolio tersebut. Untuk tujuan penelitian tersebut, dipilih sampel saha-saham yang tergabung dalam saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta (BEJ} dengan periode pengamatan harga-harga saham mingguan selama 2 tahun, yaitu mulai Januri 2003 sampai dengan Desember 2004. Dalam penelitian ini digunakan model Single Index dan Constan Correlation Elton Gruber Padberg (1996) dalam menganalisa sekuritas dan pembentukan portofolio optimal, dapat memberikan beberapa simpulan yaitu portofolio saham yang masuk kedalam Single Indeks Model adalah ELTY, INKP, ENRG, INCO, UNSP, BUMI, TKIM, BDMN, TINS, BFIN, PLAS, CTRS, UNTR, EPMT, SMCB, BBRI, ADHI. Dengan return portofolio sebesar 2382019 %, dengan resiko o sebesar 4.117439%. Dengan menggunakan Constant Correlation Model portofolio saham yang didapat adalah ENRG, UNTR, BBRI, INCA, TKIM, UNSP, ADHI, ASH, ISAT, TINS, INTP, CTRS, EPMT. Dengan return portofolio sebesar 2.523737% dan resiko ap sebesar 4,08%. Dari basil pengujian yang dilakukan didapat bahwa kinerja portofolio yang dibentuk oleh model Single Index lebih unggul dibanding dengan Constant Correlation.
The objectives of this research are to get knowledge how investment's process to be done with some main problem. There are how to make an optimal portfolio, how are stocks combination in optimal portfolio, how is the fund allocation in each stock which will make an optimal portfolio's proportion, and how is the performance evaluation of each portfolio, which one is more superior than the other. To answer those problems, the weekly stock which is included in LQ 45 was taken as a sample. With research's periods was January 2003 until December 2004. Single Index Model and Constant Correlation used in analyzing security to obtain optimal portfolio. From that method this research gives some conclusion, the first is stocks portfolio which included in Single Index Model are ELTY, INKP, ENRG, INCO, UNSP, BUMI, TKIM, BDMN, TINS, BFIN, PLAS, CTRS, UNTR, EPMT, SMCB, BBRI, ADHI. Its gives 2.782019% portfolio return, with portfolio's risk o 4.11 %. The second is by the Constant Correlation Model portfolio obtained stocks ENRG, UNTR, BBRI, INCO, TKIM, UNSP, ADHI, ASII, ISAT, TINS, INTP, CTRS, EPMT. With portfolio's return 2.523737% and risk's portfolio Qp 4.08%. From the test evaluation performance of portfolio resulting that portfolio made by Single Index Model superior than portfolio made by Constant Correlation model.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo Dwi Wiyanto
Abstrak :
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengetahui faktor yang paling dominan yang mempengaruhi beta saham pada Jakarta Islamic Index antara tahun 2000-2005 berdasarkan laporan tahunan kinerja emiten yang ada didalamnya. Hal ini dilakukan untuk melihat kontribusi variabel-variabel laporan keuangan seperti devident payout, asset growth, leverage, likuiditas dan total aset sehingga dapat menibantu pelaku pasar modal untuk melakukan investasi pada saham-saham syariah. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan mengambil data dari index harga saham JII dan laporan tahunan emiten yang telah diaudit dan dipublikasi secara umum dengan menggunakan analisa regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah diketemukan bahwa variable leverage dan likuiditas dapat mempengaruhi beta saham. sedangkan variabel devident layout, asset growth dan total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Sedangkan dari hasil pengujian secara simultan terhadap seinua variabel, diketahui bahwa variabel Leverage dan Likuiditas juga sangat berpengaruh terhadap beta saham. Dengan demikian pada kegiatan investasi saham syariah, nilai variabel beta dapat diprediksi melalui perhitungan rasio Leverage dan Likuiditas emiten.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renta Wachya
Abstrak :
Dewasa ini investor mempunyai beberapa alternatif untuk menginvestasikan dananya dalam instrumen investasi. Secara garis besar ada 2 jenis instrumen investasi yang dapat dipilih oleh investor yaitu investasi berisiko (risky assets) dan investasi bebas risiko (risk free assets). Investasi pada risky assets berarti investasi tersebut nempunyai ketidakpastian dalam tingkat pengembalian di masa depan seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi pada risk free assets berarti investasi tersebut mempunyai kepastian tingkat pengembalian di masa depan seperti deposito, SBI dan surat berharga komersial. Namun investor juga dapat memilih risky dan risk free assets sekaligus melalui instrumen investasi yang disebut dengan Reksa Dana. Berdasarkan portofolio investasinya, Reksa Dana yang dipasarkan saat ini oleh Manajer Investasi ada 4 jenis yaitu Reksa Dana pendapatan tetap, Reksa Dana saham, Reksa Dana pasar uang dan Reksa Dana campuran. Dan keempat jenis Reksa Dana tersebut Reksa Dana saham merupakan Reksa Dana dengan nilai pengelolaan terkecil, hal ini dikarenakan risiko yang terdapat pada Reksa Dana saham lebih besar dibandingkan dengan jenis Reksa Dana lainnya. Indikasi tersebut menandakan bahwa tipikal investor Indonesia lebih menyukai investasi dengan risiko seminimal mungkin bahkan kalau bisa tanpa risiko sama sekali. Tetapi dengan kondisi dimana tingkat suku bunga Setifikat Bank Indonesia (SBI) yang semakin tinggi dengan nilai diatas 10%, nilai pengelolaan Reksa Dana yang ada khususnya Reksa Dana pendapatan tetap semakin mengecil dikarenakan banyaknya yang melakukan redemption secara besar-besaran. Dengan melihat kondisi dimana Sertfikat Bank Indonesia (SBI) yang cenderung naik, apakah kemampuan Reksa Dana saham masih dapat memberikan return lebih tinggi bagi investor. Berdasarkan data yang diperoleh dan Biro Pengelolaan Investasi dan Riset (PIR) Bapepam terdapat 16 Reksa Dana saham yang secara aktif diperdagangkan selama 5 tahun berturut-turut yaitu sejak Januari 2001 sampai dengan Desember 2005 dengan nilai average return bulanan positif. Dari ke 16 Reksa Dana saham tersebut akan dibentuk suatu portofolio yang optimal dengan menggunakan Metode Markowitz dimana pembentukan portofolio tersebut untuk mendapatkan return yang sesuai dengan risikonya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa investor dapat melakukan investasi portofolio sepenuhnya yaitu 100% pada Reksa Dana Schroder Dana Prestasi Plus. Dengan menginvestasikan 100% pada Scroder Dana Prestasi Plus maka akan mendapatkan tingkat return portofolio sebesar 42,33% dengan standard deviasi 23,19% serta indeks Reward to Variability Ratio sebesar 1,2953. Selanjutnya penulis juga akan melakukan pengukuran kinerja Reksa Dana saham dengan menggunakan empat metode, keempat metode adalah metode Sharpe, Traynor, Jensen (Alpha) dan Appraisal Ratio. Setelah rasio keempat pengukuran ini didapat maka untuk pengukuran kinerja apakah buruk atau tidak, akan dibandingkan dengan benchmarknya yaitu kinerja pasarnya (menggunakan keempat pengukuran juga). Jika outperformed terhadap pasar berarti Reksa Dana tersebut baik sedangkan'sebaliknya jika underperformed berarti buruk. Dari hasil penelitian terhadap pengukuran kinerja dengan metode Sharpe, terdapat 7 Reksa Dana saham yang kinerjanya berada di atas pasar. Ketujuh Reksa Dana tersebut adalah Reksa Dana Schroder Dana Prestasi Plus, Si Dana Saham, Rencana Cerdas, Phinisi Dana Saham, Panin Dana Makisma, Citereksadana Ekuitas, dan Bahana. Begitu juga untuk kinerja portfolio yang mempunyai kinerja jauh diatas pasar. Untuk kinerja portofolio memiliki kinerja yang terbaik dibandingkan dengan Reksa Dana saham jika berdiri sendiri-sendiri.
Currently, investors have some alternative for investing their fund within investment instrument. Globally, there are two types of investment instruments to be elected by investors those are both risky and risk-free assets. Risky assets means there is uncertainty investment return rate in the future such as stocks and obligation. Whereas, risk-free assets means there is certainty investment return rate in the future such as deposits, SBI and other commercial bonds. But investors may choose both of them simultaneously by investment instruments so called Mutual Fund. Based on its investment portfolio, Mutual Fund having been marketed by Investment Manager is four types for Fixed Income, Equity, Money Market, and Balancing. From which Mutual Fund for Equity is the smallest one of management values, because its risk is larger than other varied Mutual Fund. Typically, such indication remark that Indonesia investor preferred investment with as minimal as possible investment risk or even without risk. But, as result of condition in which interest rate of Indonesia Bank Certificate (SBI) being increasingly high, i.e. more than 10%, value of Mutual Fund Management specially, for Fixed Income being decreasingly because so many investor had done redemption massively. By such condition in which SBI trend to rise, whether Mutual Fund may remain higher return for their investors. Based on the data obtained from Bureau of Research and Investment Management (PIR) of Bapepam there are 16 Equity Fund had been dealt actively for five (5) years consecutively, from January 2001 through December 2005 with monthly average return is positive. From those 16 Equity Fund will be formed any optimal portfolio using Markowitz Method in which such portfolio establishment to get return suitable with its risk. By research result had indicated that investors fully, they may invest to portfolio, i.e. 100% to Equity Fund of Schroder Dana Prestasi Plus. By investing 100% in it, then, investors will get portfolio rate of return is 42,33% with standard of deviation is 23,19% and index Reward to Variability Ratio of 1.2953 Hence, the author also will measure performance of Equity Fund using four methods those are Sharpe, Treynor, Jensen, and Appraisal Ratio. Then, upon obtaining those four measurement ratios, for measuring whether or not that performance is bad, it will be compared with its benchmark, i.e., its market performance (using those four measurements as well). If outperformed against market, it means such Equity Fund is good and conversely, it will be bad if it is underperformed. From research results of performance by Jensen Method, there are 7 Equity Fund which if performance is above the market. Those are Schroder Dana Prestasi Plus, Si Dana Saham, Rencana Cerdas, Phinisi Dana Saham, Panin Dana Maksima, Citareksadana Ekuitas, and Bahana Dana Prima. As well as portfolio which have performance more above the market. For performance of portfolio which has the best one compared to Equity Fund if it is autonomy.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Akbar
Abstrak :
Investasi dalam saham dinilai mempunyai risiko lebih besar dibanding investasi bentuk lain seperti obligasi, tabungan dan deposito. Hal ini disebabkan return yang diharapkan dari saham tidak pasti, di mana return saham diperoleh dari dividen dan capital gain. Kesanggupan perusahaan untuk membayar dividen ditentukan oleh kemampuan perusahaan menghasilkan laba sedangkan capital gain ditentukan oleh fluktuasi harga saham (perbedaan harga beli dan harga jual). Price earning ratio adalah model valuasi yang sering digunakan para analis untuk menentukan harga saham. Perbandingan antara harga saham dan earning per share yang ditunjukkan dengan price earning ratio adalah pertumbuhan dividen yang berarti laba. Semakin tinggi pertumbuhan dividen maka semakin tinggi price earning ratio (Husnan 1996, h. 279-280). Penelitian ini mencoba melihat berbagai faktor fundamental yang mempengaruhi price earning ratio perusahaan. Faktor-faktor tersebut diwakili oleh price hook value, dividend pay out, leverage ratio, operating profit margin, return on equity, return on asset dan current ratio. Perusahaan yang dijadikan sample adalah perusahaan yang konsisten di sektor Jakarta Islamic Index, Bursa Efek Jakarta tahun 2004. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat price earning ratio dan variabel price book value mempunyai pengaruh yang paling dominan. Dengan demikian keputusan untuk melakukan investasi dalam saham perusahaan dengan berpedoman pada price earning ratio hendaknya juga memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio.
Stock investment is predicted has bigger risk than investment in other form such as saving account, saving bond, and bank deposit, because we can not certainly expected the return of the stock which gained from dividend and capital gain. The capability of a company to pay dividend is determined by provitoutcome of company itself, while capital gain is determined by fluctuation of stockrate (differentiation of buying and selling price). Price earning ratio is valuation model which is often used by the analyst to determine of stock price. The comparison between the stockrate and earning per share which is showed by Price Earning Ratio, is the growth of dividend - means profit. The higher the growth it gains, the higher price earning ratio too (Husnaa - 19%, h 279 - 280). Through this research I try to see various fundamentally factors that influence Price Earning Ratio of a company. The factors are price book value, dividend pay out, return on asset, return on equity, current ratio, leverage ratio don operating profit margin. As the sample of this research is the company who consist in Jakarta Islamic Index sector, at Jakarta Stock Exchange period 2004. According to the result of this research showed that the factors in the same times influenced to once earning ratio, meanwhile variable price hook value has bigger influence. It means that the decision of doing investment in stock company which is based on price earning ratio, it will be better to pay attention the factors that influence of price earning ratio.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library