Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soni Handriyanto
Abstrak :
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja tingkat pengembalian/return dari saham saham yang digolongkan sebagai value stock dan growth stock pada Bursa Efek Jakarta dalam berbagai kondisi ekonomi dimulai pada periode awal Januari tahun 1996 sampai dengan periode akhir Desember 2002. Langkah awal adalah Permbentukan portfolio yaitu Portfolio Value Stock dan Portfolio Growth Stock pada saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta, dimana kedua jenis portfolio ini dibentuk berdasarkan Book-Value-to-Market-Value Ratio (BV/MV). Book-Value saham diambil dari total nilai ekuitas para pemegang saham dalam laporan keuangan tahunan perusahaan berupa neraca (Balance sheet). Sedangkan Market-Value berasal dari nilai pasar saham dikalikan dengan iumlah saham vang beredar (share-outstanding). Selanjutnya Book-Value dibagi dengan Market-Value dimana hasil pembagian di rangking mulai dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil,.serta dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu kelompok 15% teratas, 70% tengah dan 15% terbawah. Saham value stock dibe.ntuk berdasarkan rasio High Book to Market (H B/M) dengan komposisi 15% teratas, sementara untuk saham growth stock dibentuk dari rasio Low Book to Market (L B/M) dengan komposisi 15% terendah. Kinerja dari saham value stock dan growth stock adalah terfokus pada tingkat pengembalian!return dari masing-masing saham tersebut, yang dihitung berdasarkan tingkat pengembalian/Return Bulanan. Return Efektif Tahunan dan Return Nominal Tahunan. Dalam rangka mengantisipasi perubahan rangking pengelompokan antara BookValue dengan Market-Value, maka setiap enam bulan yaitu pada bulan Januari dan Juli selama periode pengujian dilakukan kembali pengelompokan portfolio tersebut. Sistem pembobotan yang digunakan dalam membentuk portfolio ini adalah equally-weighted portfolio, atau dengan kata lain bobot saham yang digunakan pada masing-masing portfolio adalah sama. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh bobot investasi dalam penilaian kinerja portfolio, sehingga pengaruh tingkat pengembalian dari setiap perusahaan terhadap kinerja portfolio menjadi jelas. Tingkat pengembalian/return yang dihasilkan oleh value stock dikenal dengan Value Strategy/Value Premium dimana return rata-rata dari value stock mengungguli return dari growth stock. Untuk membuktikan adanya value premium pada Bursa Efek Jakarta, maka dilakukan dengan serangkaian uji statistik untuk menentukan apakah ada eksistensi dari value premium dan juga konsistensinya selama periode tahun 1996 sampai dengan tahun 2002. Hasilnya menyatakan bahwa value premium hanya eksis pada periode sebelum krisis moneter yaitu dari Januari 1996 sanipai dengan Juni 1997, setelah itu tidak terlihat lagi eksistensi value premium sepanjang sisa periode penelitian. Tingkat pengembalian/return dari value stock dan growth stock juga dikaitkan dengan variable perubahan dari Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Juga dari tingkat suku bunga sertifikat bank Indonesia (SBI) untuk melihat korelasi antara ketiga unsur tersebut. Uji statistik dilakukan dengan metode single factor dan multi factors. Uji statistik single factor yang dilakukan oleh value stock dengan variable SBI terlihat korelasi yang rendah 14,7% sementara untuk growth stock koefisien korelasi ternyata hasilnya menunjukan lebih baik yaitu sebesar 26, 7%. hal ini menyimpulkan bahwa perubahan tingkat suku bunga SBI lebih berpengaruh pada saham growth stock. Sementara untuk uji statistik single factor yang dilakukan value stock dengan variable IHSG terlihat korelasi yang rendah 27,6% sementara untuk growth stock koefisien korelasi ternyata hasilnya menunjukan lebih baik yaitu sebesar 58,8. hal ini menyimpulkan bahwa perubahan IHSG mempunyai hubungan yang positip dan signifikan, dengan catatan basil yang lebih signifikan justru terjadi pada saham growth stock. Uji statistik multi factors yang dilakukan oleh value stock dengan variable SBI dan IHSG terlihat koefisien korelasi sebesar 28% dengan signifikansi yang paling berpengaruh lldalah IHSG ( signifikasi level = 10% ). Semen tara untuk growth stock koefisien korelasi ternyata hasilnya menunjukan lebih besar yaitu sebesar 53,1 %, dengan signifikansi yang paling berpengaruh adalah IHSG (signifikasi level= 5%).
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunika Murdayanti
Abstrak :
Penelitian ini menjelaskan tentang strategi investasi saham yang menggunakan strategi value dan strategi momentum serta interaksinya terhadap perusahaan-perusahaan go public di BEJ selama periode 1998 - 2001. Strategi tersebut dipilih dikarenakan perbedaan yang saling bertolak belakang dalam melakukan analisa pemilihan saham. Strategi value adalah strategi pemilihan saham dengan mencari harga saham di pasaran lebih kecil dibandingkan dengan nilai fundamendal dan strategi momentum adalah strategi pemilihan saham dengan harga saham yang dimiliki di pasaran rata-rata tinggi. Penelitian ini mengambil sampel seluruh perusahaan yang go public di BET selama periode 1998 - 2001. Jumlah keseluruhan perusahaan yang listing-di BET selama periode tersebut sebesar 255 perusahaan dengan melakukan pemisahan perusahaan berdasarkan sektor keuangan dan sektor non keuangan dan juga melakukan peniisahan berdasarkan size. Rasio yang digunakan sebagai variabel pada strategi value adalah BIM dan EIP dan pada strategi momentum digunakan variabel return. Pada pengujian yang telah dilakukan diketahui hasil pengujian bahwa BIM dan EIP tinggi memiliki return rendah, beta rendah, dan terdapat pada perusahaan kecil, begitu jugs sebaliknya BIM dan EIP rendah memiliki return tinggi, beta tinggi, dan terdapat pada perusahaan besar. Dengan demikian winners ditunjukkan dengan low BIM dan low EIP sedangkan losers ditunjukkan dengan high B/M dan low E/p. Pengujian selanjutnya memiliki hasiI yang tidak signifikan bahwa return perusahaan kecil adalah positif dan bukan negatif pada bulan januari sedangkan perusahaan besar memiliki return yang positif pada bulan januari dengan hasil signifikan menerima hipotesa alternatif Pengujian terakhir menjelaskan interaksi pada strategi value dan strategi momentum yaitu (1) strategi value signifikan bekerja pada loser firms dibandingkan dengan winner firms, dan (2) strategi momentum bekerja secara signifikan pada expensive firms dibandingkan cheap firms.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivon Novianti
Abstrak :
Merger merupakan alternatif strategi yang lazim digunakan untuk melakukan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan suatu perusahaan. Dengan adanya konsolidasi perbankan yang dilakukan Bank Indonesia melalui Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan adanya wacana Single Presence Policy yang dikeluarkan Bank Indonesia memungkinkan terjadi merger antara Bank Niaga dan Bank Lippo yang pada dasarnya dimiliki oleh perusahaan yang lama. Sebelum melakukan merger, perusahaan harus melakukan penilaian untuk mengetahui penilaian perusahaan dan kelayakan harga saham dari Bank Lippo sebegai perusahaan target. Ada beberapa metode penilaian perusahaan yang umumnya digunakan oleh perusahaan penilaian perusahaan, yaitu metode capitalization of maintainable future earnings dan discounted casf flow yang didasarkan alas proyeksi keuangan serta metode net asset, market value dan metode liquidation yang didasarkan atas data historis. Pencatatan akuntansi yang dapat digunakan dalam merger adalah metode pooling of interest dan purchase method. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pooling of interest, sehingga penggabungan laporan konsolidasi Bank Niaga dan Bank Lippo paska merger merupakan penggabungan harta, kewajiban dan ekuitas dari masing-masing perusahaan yang melakukan penggabungan usaha. Setelah dilakukan merger, dilakukan penilaian terhadap kinerja Bank Niaga pasca merger. Penilaian dilakukan dengan melakukan analisis terhadap strategis bisnis dan analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan di perbankan. Kinerja pasta merger juga dapat dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap sinergi perusahaan pasta merger. Sinergi diperoleh dengan melakukan perhitungan value of the firm Bank Niaga pasca merger dengan value of the firm Bank Niaga dan value of the firm Bank Lippo sebelum melakukan merger. Hasil yang positif menunjukkan bahwa penggabungan usaha tersebut dapat memberikan sinergi yang positif untuk pertumbuhan dan perkembangan perusahaan di masa yang akan datang.
Merge is one the alternatives strategy for improving and expanding growth of the company. Banking consolidation policy issued by Government Banking with Arsitektur Perbankan Indonesia (API) and Single Presence Policy issue have make possibility for PT. Bank Niaga Tbk and PT. Bank Lippo Tbk to make consolidation between them, because both of the company have the same ultimate shareholders. Before merge, the company must make valuation for the fair value of the stock price and value of the firm of the target company. There are some methods which usually used by Appraisal Company, capitalization of maintainable future earnings and discounted cash flow which is based on projection of financial performance. Net asset, market value and liquidation method which is based on historical data. There are two accounting method which can be used for consolidation, pooling of interest method and purchase method. This research is using pooling of interest method. So the consolidation report between PT. bank Niaga Tbk and PT. Bank Lippo Tbk is a combination of asset, liabilities and equities from the company who made combination. After merge, we must make performance valuation for the company after merge. Valuation is involved analysis of business strategy and analysis of financial report using financial ratios usually using in banking industry. Performance after merger also can value with the synergy of the company. Synergy is the difference between value of the combined firm and the sum of the value of the firm as separate entities before merge. The positive values means that there are synergies for the company after merge and the company have possibility to growth in the future.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Afriani
Abstrak :
ABSTRAK Pendekatan terhadap penilaian saham yang tersedia bagi investor semakin berkembang guna mengakomodir harapan investor dalam memperoleh imbal hasil saham sebesar-besarnya dengan diimbangi peningkatan risiko sekecil mungkin. Burgstahler dan Dichev (1997) menunjukkan bahwa nilai pasar saham tergantung pada laba maupun nilai buku. Laba mengukur efektifitas suatu perusahaan saat ini dalam mengelola sumber dayanya (recursion value) sedangkan nilai buku mengukur nilai sumber daya perusahaan terlepas dari efektifitas penggunaan sumber daya saat ini (adaptation value). Ketika rasio laba/nilai buku tinggi, perusahaan cenderung meneruskan Cara saat ini dalam mengelola sumber dayanya, dan laba merupakan faktor dominan yang berpengaruh pada nilai saham perusahaan (recursion value perusahaan adalah tinggi). Sebaliknya, ketika rasio laba/nilai buku rendah, perusahaan cenderung memilih alternatif lain dalam mengelola sumber dayanya, dan nilai buku merupakan faktor dominan yang berpengaruh pada nilai saham perusahaan (adaptation value adalah tinggi). Dengan demikian, adanya pilihan (opsi) dalam pengelolaan sumber daya perusahaan nierupakan alasan penggunaan model opsi oleh Burgstahler dan Dichev (1997). Berkaitan dengan pengujian Burgstahler dan Dichev (1997) tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan konsep opsi dalam menilai nilai saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pengaruh laba dan nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar dilihat secara bersamaan dan diperlihatkan dalam bentuk non-linear dengan mengacu pada model opsi yang diberikan oleh Burgstahler dan Dichev (1997). Penelitian ini merupakan penelitian empiris pertama di Indonesia yang menguji pengaruh laba dan nilai buku secara bersamaan terhadap nilai pasar serta kemungkinan hubungan non-linear antara laba dan nilai buku pada nilai pasar. Populasi dalam penelitian ini adalah 100 (seratus) saham per tahun yang telah go public selama kurun waktu 1993-1996 di Bursa Efek Jakarta. Data yang diambil dari populasi tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari Jumal Pasar Modal dan Jurnal Jakarta Stock Exchange. Dengan demikian sampel yang diambil berjumlah 400 saham. Selanjutnya, sampel terpilih dianalisis dengan menggunakan model piece-wise linear approximation dan model kuadratik. Model piece-wise linear approximation memerlukan pembagian sampel menjadi tiga kelompok dengan jumlah sampeI yang relatif sama dalam tiap kelompok, yaitu kelompok dengan tingkat laba rendah, tingkat laba menengah, dan tingkat laba tinggi. Keunggulan model ini adalah, selain dimungkinkan pengujian perbedaan slope antar kelompok, dimungkinkan juga pengujian perbedaan intercept. Namun, kelemahannya adalah dalam penentuan cut-off point yang membedakan 3 kelompok, di mana penentuannya adalah arbitrary. Selain itu persamaan tersebut mengasumsikan bahwa di dalam tiap kelompok hubungannya adalah linear. Untuk mengatasi kelemahan ini maka selain menggunakan persamaan diatas, penelitian ini juga menggunakan model kuadratik di mana keunggulan model ini adalah tidak perlu menentukan cut-off point serta tidak ada asumsi hubungan linear untuk tiap kelompok. Namun model ini tidak dapat menguji perbedaan intercept antar kelompok secara langsung. Hasil penelitian dari model piece-wise linear approximation menemukan bahwa semakin tinggi tingkat laba, semakin kuat keterkaitan antara tingkat laba dan harga saham. Bukti yang ditemukan adalah : a) terjadi peningkatan koefisien slope dan kelompok rasio Iaba/nilai buku rendah ke tinggi; dan b) terjadi penurunan koefisien intercept dari rasio Iaba/nilai buku rendah ke tinggi. Temuan ini membuktikan bahwa recursion value semakin mendominasi nilai saham untuk saham dengan laba relatif tinggi sedangkan adaptation value semakin mendominasi nilai saham untuk saham dengan laba yang relatif rendah. Model kuadratik bahkan menghasilkan keluaran yang lebih baik dari model piece-wise linear approximation karena koefisien intercept dan slope adalah sangat signifikan. Selain itu, koefisien determinasi (R2) pada model kuadratik sedikit lebih tinggi dibandingkan model piece-wise linear upproxirnation. Kesimpulan yang dapat diambil adalah hasil penelitian di BEJ konsisten dengan riset yang telah dilakukan Surgstahler dan Dichev (1997). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa laba dan nilai buku secara bersama-sama mempengaruhi nilai pasar saham sehingga bentuk hubungan tersebut menyerupai call option.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library