Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raditya Wisnu Pratama
"Konsep gender dipahami sebagai suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Di mana digambarkan bahwa laki-laki merupakan seorang yang diunggulkan, peran yang lebih menentukan dalam berbagai proses sosial dan memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada kaum perempuan. Berbagai polemik ketimpangan gender masih umum terjadi. Perempuan masih terbelenggu budaya dan norma yang lebih menempatkan mereka pada pekerjaan domestik dibanding pekerjaan di sektor publik. Karena itulah banyak pekerja perempuan yang mencoba untuk melakukan pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh pekerja laki-laki seperti pada perusahaan yang bergerak di bidang teknik. Beberapa perusahaan mungkin dikatakan tidak anti terhadap pekerja perempuan, meskipun kenyataannya masih ada beberapa perusahaan yang belum berani menempatkan perempuan dalam pekerjaan operasional teknik. Dalam memahami hubungan tersebut, peneliti melakukan pengamatan terhadap para pekerja operasional teknik bergender perempuan di PT Telkom Akses Jakarta Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi stereotip gender di dalam suatu organisasi, dengan menggunakan bingkai studi kasus diharapkan di samping isu gender, ditekankan bahwa kondisi ekonomi, ras, dan orientasi seksual adalah tambahan identitas budaya yang dapat membawa seseorang di antara masyarakat atau justru mengucilkan mereka dari lingkungannya. Peneliti mendapati peran perempuan dalam pekerjaan opersional teknik tidak hanya sekedar pelengkap, tapi juga menjadi peran penting di dalam sebuah perusahaan.

The concept of gender is understood as an inherent trait of men and women who are socially and culturally constructed. Where it is described that men are superior, have more decisive roles in various social processes and have greater power than women. Various polemics on gender inequality are still common. Women are still shackled by culture and norms that place them more in domestic work than in work in the public sector. That's why many female workers try to do jobs that are generally done by male workers, such as in companies engaged in engineering. Some companies may be said to be not anti-women, even though in reality there are still some companies that have not dared to put women in technical operational work. In understanding this relationship, the researcher observed the female technical operational workers at PT Telkom Akses Jakarta Utara. The purpose of this study is to identify gender stereotypes within an organization, using a case study frame. It is hoped that in addition to gender issues, it is emphasized that economic conditions, race, and sexual orientation are additional cultural identities that can bring a person into society or exclude them from society. environment. Researchers found that the role of women in technical operational work is not only complementary, but also an important role in a company."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Putri Dewayanthi
"Penelitian ini membahas representasi parisienne dalam iklan cetak dari 24 Sèvres. Pada umumnya, iklan produk pakaian perempuan menampilkan sosok perempuan yang menarik dengan pakaian yang dijual ataupun logo di dalamnya, tetapi dalam iklan ini ditampilkan secara eksplisit stereotip mengenai suatu kelompok tertentu, yaitu parisienne. Dengan menggunakan teori semiotika dari Roland Barthes, penelitian ini bertujuan untuk melihat citra parisienne masa kini yang ditampilkan melalui tanda dalam iklan, lalu dikaitkan dengan konsep parisienne dari Banville. Dari tanda tersebut, ditemukan perbedaan makna dalam tulisan dan gambar. Melalui gambar, 24 Sèvres menunjukkan bentuk kritik terhadap stereotip yang diberikan kepada parisienne. Dari kritik ini, terlihat usaha 24 Sèvres untuk menampilkan representasi parisienne masa kini yaitu yang berbeda dari stereotip yang ada sebelumnya. Citra parisienne yang ditemukan dalam iklan berkaitan dengan status sosial, kecantikan serta karakter parisienne. Dalam iklan ini, status sosial parisienne yang diperlihatkan tidak berubah sejak awal sebutan parisienne muncul yaitu dari status sosial atas. Berbeda dengan status sosial yang masih sama, dalam iklan terlihat adanya perluasan kriteria kecantikan dan penambahan karakter parisienne yang ditunjukkan melalui gambar. Perluasan dan penambahan yang ada ini menunjukkan bahwa konsep parisienne memiliki keterbukaan dan modern karena sosok parisienne terus berkembang dan beradaptasi seiring berjalannya waktu.

This research discusses the representation of parisienne on the print advertisement of 24 Sèvres. Generally, women’ clothing product advertisement shows an attractive woman figure with clothes to sell or the product’ logo on it, but in this advertisement stereotypes are shown explicitly about a certain group, namely parisienne. By using a semiotic method of Roland Barthes, this research aims to show the image of today’ parisienne in the advertisement, then connected to the concept of parisienne from Banville. From these signs, the differences of meaning between the text and the picture are found. 24 Sèvres shows a form of criticism for the stereotypes given towards parisienne through the pictures. This critique displays the attempt of 24 Sèvres to show the representation of today’s parisienne that is different from the existing stereotypes. The image of parisienne found is related to the social status, beauty and character of parisienne. In this advertisement, shown that parisienne’ social status hasn’t changed since the beginning of it’s appelation, which is from the upper social status. In contrast to the social status, there is an expansion of the criteria for beauty and the addition of the character of parisienne shown through the images. These expansion and additions show that the concept of parisienne is open and modern because she continues to evolve and adapt over time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Resha Zoya Az-Zahra
"Dalam film Prancis kontemporer, banlieue biasanya digambarkan sebagai tempat yang maskulin dan represif yang didominasi oleh laki-laki. Dengan adanya dominasi laki-laki, perempuan di ruang ini harus secara konstan menghadapi sistem patriarki yang ada. Artikel ini membahas bagaimana tokoh perempuan di dalam film Bande de Filles terus-menerus didorong untuk tunduk pada stereotip gender di banlieue dan bagaimana mereka menunjukkan resistensi sebagai alat pertahanan diri mereka terhadap stereotip gender tersebut. Bande de Filles adalah sebuah film bergenre drama yang disutradarai oleh Céline Sciamma. Film ini berfokus pada proses pencarian jati diri dan identitas seorang remaja perempuan kulit hitam yang tinggal di banlieue Paris. Metode yang digunakan adalah kajian film Boggs &Petrie (2008), konsep resistensi James Scott (1990) dan konsep stereotip gender Linda Brannon (2015). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deksriptif. Struktur naratif film memperlihatkan alur cerita yang digerakkan oleh kehidupan Marieme sebagai remaja perempuan kulit hitam di banlieue. Hasil analisis memperlihatkan resistensi secara implisit dan konstan oleh tokoh perempuan sebagai alat pertahanan diri dari stereotip gender yang ditekankan oleh para lelaki. Melalui penelitian ini juga terlihat resistensi yang dilakukan oleh tokoh perempuan utama berhasil menunjukkan pengembangan karakter yang signifikan terhadap pencarian jati diri dan identitasnya sebagai perempuan.

In contemporary French films, the banlieue is usually depicted as a masculine and repressive place dominated by men. With the dominance of men, women in this space must constantly face the existing patriarchal system. This article discusses how the female characters in the film Bande de Filles are constantly pushed to submit to gender stereotypes in banlieue and how they show resistance as a means of self-defense against these gender stereotypes. Bande de Filles is a drama genre film directed by Céline Sciamma. This film focuses on the process of finding the identity and identity of a black teenage girl who lives in banlieue Paris. The method used is the study of the film by Boggs & Petrie (2008), the concept of resistance by James Scott (1990) and the concept of gender stereotypes by Linda Brannon (2015). This research is a qualitative research with descriptive method. The film's narrative structure shows a storyline that is driven by Marieme's life as a black teenage girl in banlieue. The results of the analysis show implicit and constant resistance by female characters as a means of self-defense from gender stereotypes emphasized by men. Through this research, it can also be seen that the resistance carried out by the main female character succeeded in showing significant character development towards the search for identity and identity as a woman."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Putri Dewayanthi
"Penelitian ini membahas representasi parisienne dalam iklan cetak dari 24 Sèvres. Pada umumnya, iklan produk pakaian perempuan menampilkan sosok perempuan yang menarik dengan pakaian yang dijual ataupun logo di dalamnya, tetapi dalam iklan ini ditampilkan secara eksplisit stereotip mengenai suatu kelompok tertentu, yaitu parisienne. Dengan menggunakan teori semiotika dari Roland Barthes, penelitian ini bertujuan untuk melihat citra parisienne masa kini yang ditampilkan melalui tanda dalam iklan, lalu dikaitkan dengan konsep parisienne dari Banville. Dari tanda tersebut, ditemukan perbedaan makna dalam tulisan dan gambar. Melalui gambar, 24 Sèvres menunjukkan bentuk kritik terhadap stereotip yang diberikan kepada parisienne. Dari kritik ini, terlihat usaha 24 Sèvres untuk menampilkan representasi parisienne masa kini yaitu yang berbeda dari stereotip yang ada sebelumnya. Citra parisienne yang ditemukan dalam iklan berkaitan dengan status sosial, kecantikan serta karakter parisienne. Dalam iklan ini, status sosial parisienne yang diperlihatkan tidak berubah sejak awal sebutan parisienne muncul yaitu dari status sosial atas. Berbeda dengan status sosial yang masih sama, dalam iklan terlihat adanya perluasan kriteria kecantikan dan penambahan karakter parisienne yang ditunjukkan melalui gambar. Perluasan dan penambahan yang ada ini menunjukkan bahwa konsep parisienne memiliki keterbukaan dan modern karena sosok parisienne terus berkembang dan beradaptasi seiring berjalannya waktu.

This research discusses the representation of parisienne on the print advertisement of 24 Sèvres. Generally, women’ clothing product advertisement shows an attractive woman figure with clothes to sell or the product’ logo on it, but in this advertisement stereotypes are shown explicitly about a certain group, namely parisienne. By using a semiotic method of Roland Barthes, this research aims to show the image of today’ parisienne in the advertisement, then connected to the concept of parisienne from Banville. From these signs, the differences of meaning between the text and the picture are found. 24 Sèvres shows a form of criticism for the stereotypes given towards parisienne through the pictures. This critique displays the attempt of 24 Sèvres to show the representation of today’s parisienne that is different from the existing stereotypes. The image of parisienne found is related to the social status, beauty and character of parisienne. In this advertisement, shown that parisienne’ social status hasn’t changed since the beginning of it’s appelation, which is from the upper social status. In contrast to the social status, there is an expansion of the criteria for beauty and the addition of the character of parisienne shown through the images. These expansion and additions show that the concept of parisienne is open and modern because she continues to evolve and adapt over time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lisnada Kusumawati
"Gender merupakan produksi konstruksi sosial dengan determinasi identitas antara perempuan dan laki laki. Hal ini menciptakan stereotip gender yang membentuk kategorisasi maskulin dan feminine dan mempengaruhi metafisika bahasa. Dalam hal ini, perempuan diketahui dalam stereotip yang ada membuat perbandingan dengan laki laki menjadikan stigma kuat-lemah, rasional-emosinal, publik-domestik dan seterusnya, mendatangkan berbagai isu ketidak adilan gender bermunculan sehingga perempuan masuk dalam simbolis laki-laki. Untuk itu, salah satu upaya seorang tokoh feminis bernama Helene Cixous mencetuskan Ecriture Feminine, suatu gerakan perempuan untuk mengungkap kepentingan tulisan perempuan melalui bahasa dan menulis. Upaya melahirkan makna baru berdasarkan pengalaman dan hasrat sebagai seorang perempuan. Di pengujung tahun 2015, seorang bintang acara reality show Keeping Up with the Kardashians, yang juga aktris, pengusaha sekaligus model ternama Kim Kardashian meluncurkan aplikasi Kimoji yang mengusung ketubuhannya. Data penelitian artikel menggunakan aplikasi Kimoji sebagai perspektif Ecriture Feminine dapat dianalogikan sebagai usaha untuk menuliskan, dalam hal ini menciptakan emoji khas bahasa tubuh perempuan yang tidak lagi-lagi mengikuti stereotip gender. Penulisan artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan melalui pendekatan poststrukturalis, dimana gambar juga merupakan teks dapat dimaknai seperti bahasa. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan Kimoji berguna untuk mendekonstruksi stereotip gender melalui makna teks, seperti bahasa visual didalam Kimoji tersebut.

Gender is the production of social construction with the determination of identity between women and men. This creates gender stereotypes that form masculine and feminine categorizations and influence language metaphysics. In this case, women are known in the existing stereotypes to make comparisons with men making the stigma of strong-weak, rationalemotional, public-domestic and so on, bringing various issues of gender injustice to appear so that women are included in male symbolism. For this reason, one of the efforts of a feminist figure named Helene Cixous sparked Ecriture Feminine, a womens movement to uncover the interests of womens writing through language and writing. Efforts to give birth to new meanings based on experience and desire as a woman. At the end of 2015, a starring actress of reality show Keeping Up with the Kardashians, who is also an actress, well-known business woman and model Kim Kardashian launched the Kimoji application that carries her body. Data from article research using the Kimoji application as a Ecriture Feminine perspective can be analogized as an attempt to write, in this case creating a typical emoji of female body language that no longer follows gender stereotypes. Writing this article uses qualitative methods through a poststructuralist approach, where images are also texts that can be interpreted as language. The results show that the use of Kimoji is useful for deconstructing gender stereotypes through the meaning of the text, such as visual language in the Kimoji."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arnaisya Rachyu Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perempuan direpresentasikan pada iklan cokelat merek Lotte Ghana di hari Valentine. Khususnya, pada iklan yang ditayangkan di televisi Jepang selama satu dekade terakhir (2010-2019) yang dianalisis dalam aspek stereotip peran gender. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan teori representasi dari Stuart Hall dan konsep stereotip sifat dan peran gender oleh Mary E. Kite dalam Worell untuk menelaah representasi perempuan dalam iklan cokelat Lotte Ghana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan cokelat Lotte Ghana mendukung wacana perempuan ideal yang sesuai dengan standar norma patriarki. Setelah ditelaah lebih dalam, pada hari Valentine perempuan di Jepang memiliki kuasa serta peran aktif untuk berekspresi, tidak terikat pada peran gender yang biasanya mengharuskan perempuan untuk pasif. Namun, kuasa yang ditampilkan tetap ada kaitannya dengan menyenangkan hati laki-laki, terbatas hanya pada hubungan laki-laki dan perempuan dan tidak berfokus untuk perempuan itu sendiri. Selain itu, perempuan dalam iklan juga digunakan sebagai alat untuk menarik pembeli cokelat demi meraup keuntungan pasar. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan storyline yang umum diterima masyarakat yaitu wacana dominan patriarki, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pembacaan di level yang lebih dalam, iklan Lotte Ghana merupakan wujud kelindan antara wacana patriarki dan kapitalisme.

This research aims to see how women are represented in Lotte Ghana brand chocolate advertisements on Valentine`s Day. Specifically, the advertisements aired on Japanese television over the past decade (2010-2019) were analyzed in terms of stereotyped gender roles. The author uses a descriptive analysis method with the representation theory of Stuart Hall and the stereotypical concept of the nature and role of gender by Mary E. Kite in Worell to examine the representation of women in Lotte Ghana chocolate advertisements. The results showed that the Ghana Lotte Chocolate advertisements support an ideal women's discourse following patriarchal norms. After further study, on Valentine's Day women in Japan have the power and active role for expression, not bound by gender roles, which usually require women to be passive. However, the power displayed still has to do with pleasing men, limited only to the relationship between men and women and not focusing on women themselves. In addition, women in advertising are used as a tool to attract chocolate buyers who are trying to reap market profits. This is done by using the storyline that is generally accepted by the public, namely patriarchal dominant discourse so that it can be concluded that on reading at a deeper level, Lotte Ghana adverts are a form of longevity between patriarchal discourse and capitalism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nahla Faizah
"Novel The Color Purple merupakan sebuah novel yang menceritakan proses pemberdayaan diri seorang perempuan kulit hitam Afro-Amerika kelas bawah bernama Celie yang harga dirinya diinjak-injak, dijadikan objek seksual, dan kerap mendapat kekerasan dari laki-laki. Tokoh Celie yang menganggap bahwa sudah sewajarnya perempuan menghadapi perilaku tersebut kemudian tercerahkan dengan kehadiran tokoh-tokoh perempuan lain yang menyimpang dari stereotip gender yang berlaku. Secara teoritis, penelitian ini mengungkapkan objektifikasi yang dialami oleh terhadap perempuan, serta perlawanan perempuan dalam menghadapi objektifikasi. Penelitian ini menggunakan kajian kritik feminis, teori objektifikasi Martha Nussbaum dan Rae Langton, dan teori subjektivitas gender Simone de Beavoir sebagai pisau analisis untuk meninjau subordinasi perempuan oleh laki-laki dan bentuk resistensi yang dilakukannya. Penelitian ini menemukan bahwa pembagian peran gender tradisional terjadi melalui proses yang dilanggengkan di masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan perempuat diposisikan sebagai objek seksual, properti dan kekerasan. Di samping itu, keberhasilan tokoh perempuan dalam meraih subjektivitasnya merefleksikan bentuk perlawanan terhadap patriarki yang bersifat individualis tanpa adanya dukungan dari otoritas masyarakat, tempat sistem patriarki itu mengakar. Dengan kata lain, transformasi tokoh perempuan yang bebas dari belenggu laki-laki tidak berpengaruh signifikan pada lingkungan sekitarnya karena tidak mengubah struktur masyarakat yang berlaku.

The Color Purple novel is a novel that tells the self-empowerment process of a lower-class black African-American woman named Celie whose self-esteem is trampled on, made into a sexual object, and often subjected to violence from men. Celie's character, who thinks that it is natural for women to face this behaviour, is then enlightened by the presence of other female characters who deviate from the prevailing gender stereotypes. Theoretically, this study reveals the objectification experienced by women, as well as women's resistance in the face of objectification. This study uses the study of feminist criticism, the objectivity theory of Martha Nussbaum and Rae Langton, and Simone de Beavoir's theory of gender subjectivity as an analytical tool to examine the subordination of women by men and the forms of resistance they do. The result of the research shows that the division of traditional gender roles occurs through processes that are perpetuated in society. This resulted in woman being positioned as sexual objects, property and violence. In addition, the success of the female figure in achieving their existence to be free from objectification reflects the form of rebellion that is individualistic in nature without the support of the prevailing societal authority, a place where the patriarchal system takes root. In other words, the transformation of Celie's character does not have a significant effect on the surrounding environment because it does not change the prevailing social structure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rumaysha Gikha Nisrina
"Media daring memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk realitas di masyarakat. Realitas yang disajikan terkait dengan banyak aspek termasuk mengenai identitas gender. Sebagai kelompok minoritas, perempuan kerap kali dilekatkan dengan stereotip gender dalam pemberitaan di media daring, termasuk di bidang olahraga yang identik dengan maskulinitas. Atlet perempuan rentan mengalami body shaming karena pandangan patriarkis yang hanya menitikberatkan pada penampilan fisik atlet. Melalui penelitian ini, peneliti berusaha untuk menemukan makna yang terdapat dalam teks berita olahraga di media daring dalam konteks kesetaraan gender. Kasus yang dipilih sebagai sampel penelitian adalah kasus body shaming yang dialami oleh atlet angkat besi Indonesia Nurul Akmal pasca partisipasinya di Olimpiade Tokyo 2020 pada delapan portal berita media daring yakni CNNIndonesia.com, Kompas.com, Tempo.co, Detik.com, Republika.co.id, Liputan6.com dan Okezone.com dengan menggunakan metode analisis teks dari Alan McKee dan dan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif serta paradigma konstruktivis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam 8 teks berita media daring, terdapat konstruksi realitas bahwa komentar negatif mengenai bentuk tubuh atau body shaming yang dialami oleh atlet perempuan merupakan candaan semata dan atlet perempuan yang mengalami pelecehan fisik atau body shaming berada dalam posisi subordinat sehingga tidak berdaya untuk melakukan perlawanan atas apa yang dialami.

Online media have a significant influence in shaping reality in society. The reality presented is related to many aspects including gender identity. As a minority group, women are often attached to gender stereotypes in online media coverage, including in sports which are identical with masculinity. Female athletes are prone to body shaming because of the patriarchal view that only focuses on the athlete's physical appearance. Through this research, the researcher tries to find the meaning contained in the text of sports news in online media in the context of gender equality. The case selected as the research sample was the case of body shaming experienced by Indonesian weightlifter Nurul Akmal after his participation in the 2020 Tokyo Olympics on eight online media news portals namely CNNIndonesia.com, Kompas.com, Tempo.co, Detik.com, Republika.co.id, Liputan6.com and Okezone.com analyzed using text analysis method from Alan McKee and descriptive qualitative approach with constructivist paradigm. The results show that in 8 online media news texts, there is a reality construction that negative comments about body shape or body shaming experienced by female athletes are just a joke and female athletes who experience physical abuse or body shaming are in a subordinate position so they are powerless to do any resistance to what happened.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Fizlian Agusti
"Memahami dan memprediksi perilaku orang lain (atau dikenal sebagai mindreading), merupakan aspek penting dalam berinteraksi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya pengaruh interaksi jenis kelamin target dan stereotip gender terhadap kecepatan dan ketepatan mindreading pada perempuan dewasa muda. Partisipan penelitian ini berjumlah 70 perempuan dewasa muda dengan rentang usia 18-21 tahun. Eksperimen ini dilaksanakan secara luring di Universitas Indonesia menggunakan aplikasi MindProbe yang berisi alat ukur Strange Stories Task dan The Multiple Dimension of Gender Stereotype. Hasil analisis Multiple Regression menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi jenis kelamin target dan stereotip gender pada aspek kecepatan mindreading dengan kontribusi sebesar 24,1%. Selain itu, interaksi jenis kelamin target dan stereotip gender juga memiliki pengaruh sebesar 10,8% pada ketepatan mindreading.

Understanding and predicting the behavior of others (known as mindreading), is an important aspect of human social interaction. This study aimed to investigate how the target’s sex and gender stereotypes might influence mindreading in young adult women. The study involved 70 participants between the ages of 18 and 21 and was conducted at the University of Indonesia using the MindProbe application, which includes the Strange Stories Task and The Multiple Dimensions of Gender Stereotype measurement tools. The results of the Multiple Regression analysis indicated that the speed of mindreading in young adult women were influenced by the interaction of target gender and gender stereotypes with a contribution of 24.1%. Additionally, the interaction of target gender and gender stereotypes was found to have a 10.8% impact on mindreading accuracy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resky Muwardani
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi identifikasi kelompok gender psda pemeliharaan stereotip melalui reproduksi serial. Reproduksi serial yang ditenggarai dapat melihat pemeliharaan stereotip dengan men-tracking peljalanan informasi dari orang satu ke orang yang lain (Kashima, 2000, Lyons &. Kashima, 2006). Penelitian ini manipulasi informasi-infonnasi yang sesuaikan dengan stereotip dan yang tidak sesuai dengan stereotip (stereotype-consistenJ dan slereotypeinconsten. t). Hasil peneJitian sebelum menyebutkan faktor identifikasi kelompok terkait dengan penggunaan stereotip, yaitu partisipan yang kuat dengan ingroup-nya cenderung memanggil stereotip positif tentang ingroup (Maxwell, !952). Selain itu berdasarkan Hort, Fagot dan Leinbach (1990) laki-laki dipcrsepsikan lebih stereotip dibanding perempuan. Namun pada riset tesis ini hasil menunjukkan perbedaan. Secara umum identifikasi gender memang tidak terbukti dalam pemeliharaan stereotip, tetapi hasil yang signifikao terbukti pada partisipan perempuan. Semakin tinggi identifikasi terhadap kelornpsk gendernya, semakin tinggi pula jumlah pemanggilan infonnasi stereotype-consistent maupun stereotype inconsislent. Sementara laki-laki justru terbalik. Seroakin tinggi identifikasi kelompsk gendemya semakin rendah jumlah pemanggilan informasi stereotypeconsistent maupun stereotype-enconsisteny.

The aim of this research was to investigate the claim that gender identification difference in levels of stereotype maintenance through serial reproduction. Serial reproduction research showed that stereotype maintenance was transmitted through five-person communication chains (Kashima, 2000; Lyons & Kashima, 2006). In the present experiment, to examine stereotype maintenance~ a narratives of female and male stereotype consistent and stereotype-inconsistent was used as stimu1us. In previous research. gender identification related to stereotype maintenance. In Maxwell's (!952) showed that participants with strong in-group identification recall more positive stereotype. But the result of this research showed not all strength of gender identification was found to moderate stereotype maintenance. Only female participants with strong gender identification related to stereotype gender maintenance. Female participants with strong gender identification was retained male stereotype--consistent information more than male stereotype-inconsistent. This result raises questions concerning culture differences that gender stereotype may be vary in different cultures.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T33717
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>