Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, Edison
Abstrak :
Las titik adalah salah satu proses sambungan las yang banyak digunakan dalam industri otomotif. Penggunaan parameter las titik yang tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan dalam bentuk patah, retak, perubahan bentuk atau perubahan sifat mekanisnya. Telah dilakukan penelitian terhadap pengaruh parameter las titik terhadap sifat mekanik sambungan las baja karbon rendah, agar diketahui kombinasi variabel las yang paling tepat untuk mendapatkan hasil las yang baik. Dalam penelitian ini, untuk tebal plat 1 mm arus yang digunakan adalah: 2 kA, 4 kA, 6 kA, 8 kA dan 10 kA, gaya elektroda 2 kN, 2,4 kN, 2,8 kN, 3,2 kN dan 3,6 kN dan waktu las 20 detik, 30 detik, 35 detik, 40 detik dan 45 detik. Untuk tebal plat 3 mm arus yang digunakan adalah dari 8 kA, 9 kA, 10 kA, 11 kA dan 12 kA, gaya elektroda dari 2 kN , 2,4 kN, 2,6 kN 3,2 kN dan 3,6 kN, waktu las dari 20 detik, 30 detik, 40 detik, 50 detik dan 57 detik. Pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan dengan metode Vickers, pengujian kekuatan geser sambungan dengan metode uji tarik, sedangkan pengujian metalografi dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik. Dari hasil uji tarik memperlihatkan untuk tebal plat 1 mm, apabila arus di bawah 4 kA tidak terjadi sambungan las, jika arus di atas 6 kA kekuatan geser sambungan las mulai turun. Untuk tebal plat 3 mm, jika arus di bawah 8 kA tidak terjadi sambungan las, tetapi jika arus di atas 10 kA kekuatan geser sambungan las mulai turun. Demikian juga waktu las dan gaya elektroda, apabila semakin tinggi dapat menurunkan kekuatan geser sambungan las, hal ini diduga karena arus listrik, waktu las dan gaya elektroda yang tinggi dapat menimbulkan rekristalisasi dan perubahan butir yang dapat menurunkan kekuatan sambungan las logam. Hasil uji kekerasan memperlihatkan, bahwa semakin besar arus listrik, waktu las dan gaya elektroda, maka kekerasan logam makin besar, hal ini terjadi karena jika parameter las makin besar akan mengakibatkan rekristalisasi dan perubahan fasa pada logam, kejadian ini akan mengakibatkan kenaikan kekerasan logam. Hasil pengujian struktur mikro memperlihatkan bahwa material mempunyai ferit, perlit dan martensit. Dengan demikian dari penelitian ini didapat hasil untuk pelat tebal 1 mm kombinasi yang terbaik adalah arus 6 kA, waktu las 30 detik dan gaya elektroda 2 kN. Untuk tebal plat 3 mm arus 10 kA, waktu las 20 detik, gaya elektroda 3,6 kN.
Welding is one of joining process that commonly used in automotive industry. An inaccurate choice of welding parameters may cause damage to the welding in form of broken, crack, and mechanical properties deterioration. Research on the effect of welding spot variables on mechanical properties of low carbon steel welding join had been done. The research was focused on determining the best combination of welding parameters to get the best welding result. The welding 1 mm plate width was performed with varying the current of 2 kA, 4 kA, 6 kA, 8 kA, and 10 kA, electrode force of 2 kN, 2,4 kN, 2,8 kN, 3,2 kN and 3,6 kN, and welding time of 20 seconds, 30 seconds, 40 seconds 50 seconds. The welding of 3 mm plate width was done with varying the current of 8 kA, 9 kA, 10 kA, 11 kA, and 12 kA, electrode force of 2 kN, 2,4 kN, 2,8 kN, 3,2 kN and 3,6 kN, and welding time of 20 seconds, 30 seconds, 40 seconds, 50 seconds, 57 seconds. Test of mechanical properties performed includes hardness test using Vickers method, welded movement strength test using stretching test, whereas metallurgical test was performed using optical microscope. The stretching test result showed that, for 1 mm width plate, if the current was less than 4 kA the welding did not occur, however, if the current is greater than 6 kA the movement strength of join started decreasing. Furthermore, for 3 mm plate width, if the current less than 8 kA the welding did not also occur and if the current was greater than 10 kA the movement strength of joint was decreasing. As for welding time and electrode force, if those parameters become high the movement strength of welding joint may be also decreased. This decreasing was foreseen because those can cause recristalization of grain that that may weaken the welded strength of metal. Hardness test result showed that the higher the current, welding time and electrode force, the harder the metal. This phenomenon occurs since the higher the welding variables can cause recristalization and change the phase of metal that heightening the hardness of metal. Microstructure test result showed that the material contain ferrite, perlite and martensite. As a final result it can be concluded that for 1 mm plate, the best combination of variables is 6 kA of current, 2 kN of electrode force, and welding time of 30 seconds, and for 3 mm plate width is 10 kA of current, 20 seconds of welding time and 3,6 electrode force.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palmer, Andrew Clennel, 1938- author
Abstrak :
Subsea Pipeline Engineering was the first of its kind, written by two of the world's most respected authorities in subsea pipeline engineering. In the second edition, these industry veterans have updated their definitive reference book, covering the entire spectrum of subjects in the discipline, from route selection and planning to design, construction, installation, materials and corrosion, inspection, welding, repair, risk assessment, and applicable design codes and standards. Particular attention is also devoted to the important specialized subjects of hydraulics, strength, stability, fracture, upheaval, lateral buckling and decommissioning. The book is distilled from the authors' vast experience in the industry and their popular course on Marine Pipeline Engineering
Tulsa Okla: PennWell Corporation, 2008
621.8 PAL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Susilo Soepandji
Abstrak :
Dermaga tempat bertambat kapal merupakan konstruksi yang harus handal dalam menopang gaya axial dan lateral yang cukup besar untuk kemudian diteruskan struktur balok ke pondasi. Struktur balok beton di Pelabuhan mengalami kerusakan akibat mengelupasnya beton yang berakibat proses korosi pada besi beton yang berakibat dapat menurunkan kekuatan struktur-beton. Pondasi tiang pipa baja dipilih untuk menumpu struktur dermaga, dengan kedalaman tiang 56.00 meter yang tcrjepit lapisan tanah lunak sampai kedalaman 38.00 meter LWS, dan lapisan lempung kaku {stiff} sampai kedalaman yang bervariasi dari 38.00 meter sampai 56.00 meter atau 62.00 meter dibawah LWS. Untuk reperasi dermaga tersebut diperlukan penelitian dan perencanaan perbaikan dermaga beton & sistem pondasinya dengan beberapa metoda analisa struktur dan geoteknik.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP 1994 63
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Yetri
Abstrak :
Tujuan utama pelapisan elektrogalvanisasi pada baja adalah untuk meningkatkan ketahanan korosi dan ketahanan aus, akan tetapi proses pelapisan tersebut dapat menyebabkan atom-atom hidrogen berdifusi ke dalam baja yang bisa mengakibatkan hydrogen embrittlement sehingga dapat menggetaskan material. Penggetasan ini mengarah kepada terjadinya kegagalan atau kerusakan yang tertunda (delayed brittle failure). Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah untuk U-bolt pada salah satu komponen otomotif. Untuk mengurangi hidrogen yang berdifusi ke dalam material baja karbon rendah akibat proses galvanisasi, dalam penelitian ini dilakukan pemanasan (baking) pada temperatur 200 °C selama 15 jam, 48 jam dan 65 jam. Pengujian metalografi dilakukan menggunakan mikroskop optik, sedangkan pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan, tekuk, tank dan kelelahan. Hasil pengujian struktur mikro memperlihatkan bahwa material mempunyai struktur ferit dan perlit, dan temperatur baking 200 °C tidak merubah struktur mikro material namon merubah sifat mekanik material tersebut. Kekerasan semakin menurun dengan meningkatnya waktu baking, hal ini diduga disebabkan oleh menurunnya kadar hidrogen yang terkandung di dalam material karena terjadi difusi hidrogen ke permukaan akibat pemanasan. Dengan demikian, untuk temperatur yang sama dengan meningkatnya waktu baking, waktu perpatahan pengujian kelelahan (fatigue) juga semakin lama.
The main purpose of electrogalvanizing in steel is to improve corrosion resistance and wear resistance. Unfortunately, electrogalvanizing can cause hydrogen atoms to diffuse into the steel core which results in hydrogen embrittlement. The embrittlement of materials tends to cause failure or delayed brittle failure. Materials used in this research are low carbon steel for U-bolt used as an automotive component. To reduce hydrogen diffusion into the low carbon steel after electrogalvanizing the materials were baked at temperature 200 °C at various time, i.e. 15, 48 and 65 hours. Metallographic examination was carried out using optical microscope and mechanical properties measurements included hardness, bending, tensile and fatigue test. The micro structural examination shows that the samples have ferrite and pearlite structure. The baking temperature at 200 °C does not change the microstructure but changed the mechanical properties of the materials. The lengthening of baking time decreases the hardness due to the decreasing of hydrogen content in the materials as a result of diffusion process during the baking.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriyan Tri Kusuma
Abstrak :
Ketahanan Korosi Sumuran pada 2205 Duplex Stainless Steels, ditentukan dengan uji elektrokimia dengan kadar 1 berat, 2 berat, 3,5 berat, 4 berat, 5 berat larutan NaCl dan 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm amonium molibdat pada 3,5 berat larutan NaCl. Hasilnya menunjukkan bahwa Baja tahan karat Duplex pada Larutan NaCl 3,5 berat memiliki ketahanan korosi yang paling rendah, diikuti oleh 4 berat, 5 berat, 2 berat, 1 berat. Sedangkan 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm amonium molibdat ditambahkan ke 3,5 berat larutan NaCl dan ditunjukkan bahwa penambahan amonium molibdat dapat meningkatkan Ketahanan pitting pada baja tahan karat Duplex 2205 pada larutan NaCl 3,5 berat. ......Pitting Corrosion resistance of 2205 Duplex Stainless Steels, determined by electrochemical test at 1 wt, 2 wt, 3.5 wt, 4 wt, 5 wt of NaCl Solution and 100ppm, 150ppm, 200ppm and 250ppm of amonium molybdate at 3.5 wt of NaCl Solution has been investigated. The result show that Duplex Stainless Steels at 3.5 wt NaCl Solution had the most suspectible to pitting, followed by 4 wt, 5 wt, 2 wt, 1 wt. The 100ppm, 150ppm, 200ppm and 250ppm of amonium molybdate added to 3.5 wt NaCl Solution and its was shown that the addition of ammonium molybdate can increase pitting potential and reduce suspectibility on pitting of 2205 Duplex Stainless Steels at 3.5 wt NaCl solution.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T49074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roberts, George
Abstrak :
Combines a tutorial explanation with a listing of data on the various steels used to make tools. Introduces the various grades in each class of steel in tables on composition, processing, and performance. Then presents graphically the effects of composition and heat treatment processing variations, ....
Materials Park, Ohio: ASM International, 1998
e20442495
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Susilo Soepandji
Abstrak :
ABSTRAK
Dermaga tempat bertambat kapal merupakan konstruksi yang harus handal dalam menopang gaya axial dan lateral yang cukup besar untuk kemudian diteruskan struktur balok ke pondasi. Struktur balok beton di Pelabuhan mengalami kerusakan akibat mengelupasnya beton yang berakibat proses korosi pada besi beton yang berakibat dapat menurunkan kekuatan struktur-beton. Pondasi tiang pipa baja dipilih untuk menumpu struktur dermaga, dengan kedalaman tiang 56.00 meter yang tcrjepit lapisan tanah lunak sampai kedalaman 38.00 meter LWS, dan lapisan lempung kaku {stiff} sampai kedalaman yang bervariasi dari 38.00 meter sampai 56.00 meter atau 62.00 meter dibawah LWS. Untuk reperasi dermaga tersebut diperlukan penelitian dan perencanaan perbaikan dermaga beton & sistem pondasinya dengan beberapa metoda analisa struktur dan geoteknik.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sutopo
Abstrak :
ABSTRAK
Proses semprot logam merupakan suatu proses perlakuan permukaan untuk memperoleh ketahanan aus yang lebih baik dari logam induknya dan bisa juga untuk memperbaiki dimensi material yang mengalami pengecilan. Pada penelitian iui digunrakan paduan babbitt sebagai umpan dalam bentuk umpan kawat yang dicairkan oleh nyala api dari gas oksigen-asetilen. Paduan babbit itu sering digunakan sebagai bantalan karena memiliki sifat tahan aus dan bersifat sebagai pelumas.

Dalam penelitian ini digunakan dua parameter proses semprot logam yaitu kecepatan umpan dan jarak semprot. Adapun kecepatan umpan yang dicimbil adalah 1/54 m/det dan 1/61 m/det, dengan jarak semprot 7,63, 12,70, 17,78 cm. Dari parameter tersebut dapat dipelajari karakteristlik hasil pelapisan dengan melakukan pengujian kekerasan, porositas dan keausan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kekerasan terlinggi dan ketahanan aus tertinggi yang diperoleh dari deposit lapisan babbitt dicapai pada kondisi dengan kecepatan umpan 1/64 m/det dengan jarak penyemprotan 12, 70 cm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Handoko
Abstrak :
Dalam pengelasan antara baja karbon rendah dengan baja tahan karat banyak ditemukan masalah. Namun demikian di lapangan sering ditemui kondisi yang memaksa harus dilakukan pengelasan antara kedua baja tersebut, seperti pada peralatan atau konstruksi untuk tekanan tinggi, untuk pemakaian suhu tinggi atau lingkungan korosif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masukan panas terhadap sifat mekanis sambungan las antara baja karbon rendah dengan baja tahan karat. Bahan yang digunakan adalah baja karbon rendah ST 41 Kelas E (BKI) dan baja tahan karat AIS1 304. Teknik pengelasan yang digunakan adalah las busur listrik menggunakan kawat las AWS E 309 denganvariasi masukan panas. Pengujian sambungan las meliputi uji tarik, uji tekuk, uji kekerasan dan metalografi. Dari penelitian ini diperoleh kuat tarik yang hampir sama yaitu sekitar 49,30 Kg/mm2 pada masukan panas 7291 - 6742 Joule/Cm dengan keuletan sekitar 27.97 %. Kegagalan uji tekuk terjadi pada masukan panas 7291 Joule/Cm dan 6742 Joule/Cm. Kekerasan rata-rata sebesar 299,9804 Hv dicapai pada logam las bagian atas dengan masukan panas 6742 Joule/Cm. Uji metalografi dengan mikroskop optik dan SEM-EDAX menunjukkan bahwa struktur mikro HAZ - baja tahan karat mengalami presipitasi karbida serta terbentuk retak pada struktur perbatasan antara logam las dengan baja karbon rendah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masukan panas yang besar menghasilkan kuat tarik dan elongasi yang hampir sama dan lebar HAZ yang lebih besar, sebaliknya masukan panas yang kecil menghasilkan nilai kekerasan yang tinggi.
There are many problems encountered in welding mild and stainless steels. However there are many conditions forcing to weld between those steels., for instance in high pressure, high temperature or corrosive environmental condition. The purpose of this research was to study the influence of heat input on the mechanical properties of weld joint between low carbon steel and stainless steel. In this research low carbon steel ST 41 class E (BKI) and stainless steel AIS1 304 were used. Different heat inputs were applied by SMAW process and the welding electrodes used were AWS E 309 type. The tests of weld joint include tensile test, bending test, hardness test and metalography. The results show that the average tensile strength is of 49,30 Kg/mm2 obtained based on heat input 7291 and 6742 Joule/Cm with elongation of 27,97 %, The failure of bending test occured for heat input at 7291 Joule/Cm and 6742 Joule/Cm. The heat input of 6742 J/Cm gives an average hardness values about 299,9804 Hv. The metalographic examination with microscope optical and.
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1999
JIRM-1-3-Des1999-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Baja perkakas pengerjaan panas (hot work tool steel) eskylos 2344 merupakan baja perkakas yang dihasilkan dari proses ESR (Electro Slag Remelting). Baja ini memiliki sifat tahan gesekan, tahan tekanan tinggi, mampu keras (good hardenability) dan memiliki ketahanan panas (hot resistant) yang baik. Dengan adanya sifat mampu keras yang baik ini maka sifat baja perkakas eskylos dapat diubah dengan proses perlakuan panas (heat treatment).
620 JTEK 9 (1-2) 2010
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>