Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umi Ambarwati
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis kesehatan perusahaan pada PT Tunas Baru Lampung TBK di Bursa Efek Indonesia. Data berasal dari PT Tunas Baru Lampung TBK pada tahun 2013-2015. Metode yang digunakan adalah metode Altman Z-Score, Springate, Zmijewski dan Fulmer. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan hasil prediksi kebangkrutan antara metode Altman Z-score, Springate, Zmijewski dan Fulmer. Hal ini karena adanya perbedaan penggunaan rasio keuangan dan kriteria kebangkrutan antara Altman Z-score, Springate, Zmijewski dan Fulmer. Untuk itu perusahaan diharapkan meningkatkan penjualan, melakukan strategi yang efektif, menekan biaya operasional agar lebih efesian sehingga perusahaan dapat memenuhi kriteria kesehatan perusahaan.
Tangerang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Terbuka, 2017
330 JOMUT 13:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riandy Ar Rasyid
Abstrak :
Masa kepemimpinan SBY memiliki pendekatan ekonomi jangka pendek sementara Jokowi memiliki target perkembangan ekonomi jangka panjang agar terbangun lingkungan yang mendukung kegiatan bisnis di Indonesia. Di masa Jokowi, perusahaan konstruksi mengalami peningkatan kinerja operasi yang pesat, tetapi hal ini dibarengi dengan kenaikan tingkat utang perusahaan konstruksi. Dengan menggunakan 50 perusahaan sebagai observasi, dilakukan analisis prediksi kebangkrutan dengan model Altman Z-Score, Altman Z-Score EMS, dan Springate S-Score untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan konstruksi di Indonesia dan bagaimana pengaruh perbedaan periode kepemimpinan presiden terhadap tiga model tersebut.
Susilo Bambang Yudhoyonos presidency period has target for short-term economic development while Jokowi has a target of long-term economic development in order to build an environment that supports business activities in Indonesia. During the era of Jokowis presidency, construction companies are developing their business activities more than during SBYs era, but the development is coma along with the increase in companys debt performance. By using 50 companies as observations, a prediction bankruptcy analysis is conducted using Altman Z-Score, Altman Z-Score EMS, and Springate S-Score  model to obtain financial information on construction companies in Indonesia and to analyze the relationship of the different presidency period to the three models.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia
Abstrak :
Masa pandemi COVID-19 yang berawal pada bulan Maret 2020 ini sudah banyak membuat tekanan di masyarakat, khususnya tekanan ekonomi. Berbagai peraturan ditetapkan, dalam rangka menekan angka penyebarannya, sehingga membuat banyak aktivitas terganggu, karena masyarakat dituntut untuk melakukan aktivitasnya dari rumah saja yang membuat aktivitas usaha tidak dapat dijalankan secara maksimal. Dalam usahanya beradaptasi, tidak jarang perusahaan gagal mencapai tujuannya dan menimbulkan kerugian operasional pada tahun berjalan. Kerugian yang dialami tidak jarang membawa perusahaan pada kebangkrutan. Namun data mencatatkan sebaliknya. Pada kuartal III tahun 2021, BPS mencatat pertumbuhan industri manufaktur sebesar 3,68 persen, peningkatan yang cukup baik di tengah banyaknya kasus COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini ingin membuktikan apakah sektor manufaktur menunjukkan geliat positif selama pandemi dengan menggunakan metode Springate dan Altman. Perhitungan kondisi keuangan yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020 menunjukkan bahwa metode Springate mengelompokkan 282 observasi ke dalam kategori sehat dan 283 lainnya masuk ke dalam kategori distress. Sedangkan metode Altman mengelompokkan 235 observasi masuk kategori sehat, 136 observasi masuk kategori gray zone, dan 194 lainnya masuk kategori distress. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa metode Springate memiliki tingkat konsistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode Altman ......The COVID-19 pandemic, which began in March 2020, has created a lot of pressure on the community, especially economic pressure. Various regulations were enacted, in order to reduce the number of spreads, thus disrupting many activities, because people were required to carry out their activities from home which made business activities unable to run optimally. In its efforts to adapt, it is not uncommon for companies to fail to achieve their goals and incur operational losses in the current year. Losses experienced not infrequently bring the company to bankruptcy. However, the data says otherwise. In the third quarter of 2021, BPS recorded a manufacturing industry growth of 3.68 percent, a fairly good increase in the midst of the large number of COVID-19 cases in Indonesia. This study wants to prove whether the manufacturing sector shows a positive stretch during the pandemic by using the Springate and Altman methods. Calculations of financial conditions carried out on manufacturing companies listed on the IDX in 2016-2020 show that the Springate method groups 282 observations into the healthy category and another 283 into the distress category. While the Altman method groups 235 observations into the healthy category, 136 observations in the gray zone category, and 194 others into the distress category. The results also show that the Springate method has a higher level of consistency than the Altman method.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonang Basuki Suroyudho
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui perbedaan hasil interpretasi superimposisi maksila dan mandibula antara tiga metode superimposisi pada kelompok usia non-growing ≥ 20 tahun. Metode superimposisi maksila yang diteliti adalah pada area best fit, Björk dan Skieller, serta Springate. Sementara metode superimposisi mandibula yang diteliti adalah pada tepi bawah mandibula, Björk dan Skieller, serta Springate. Metode: Tracing dilakukan pada foto sebelum perawatan (T0) dengan membuat garis panduan sella-nasion (SN) dan garis N yang tegak lurus terhadap SN serta struktur anatomis pada regio maksila atau mandibula. Sedangkan pada foto setelah perawatan (T1), tracing dilakukan hanya pada struktur anatomis pada regio maksila dan mandibula saja. Kemudian hasil tracing setelah perawatan (T1) disuperimposisikan di atas hasiltracing sebelum perawatan (T0) berdasarkan berbagai metode superimposisi maksila atau mandibula. Setelah itu garis SN dan N pada tracing sebelum perawatan dipindahkan ke atas hasil tracing setelah perawatan. Terakhir, posisi titik referensi pada maksila (titik ANS, A, dan U1) atau mandibula (titik Pog, B, dan L1) diukur jarak koordinatnya secara vertikal dan horizontal ke garis SN dan N yang berperan sebagai sumbu x dan y. Hasil: Tidak terdapat perbedaan, baik dalam dimensi vertikal maupun horizontal, mengenai hasil interpretasi superimposisi maksila dan mandibula dengan tiga metode superimposisi yang diujikan pada kelompok usia non-growing ≥ 20 tahun. Kesimpulan: Evaluasi perawatan ortodontik pada pasien usia non-growing ≥ 20 tahun menggunakan berbagai metode superimposisi maksila dan mandibula menghasilkan hasil interpretasi yang sama, baik diukur dalam dimensi vertikal maupun horizontal. Sehingga pemilihan metode superimposisi maksila dan mandibula apapun pada pasiennon-growing tidak akan mempengaruhi hasil interpretasi evaluasi perawatan, selama metode superimposisi yang digunakan tetap memperhatikan struktur anatomis yang ada.
Objectives: To compare the interpretation of maxillary and mandibular superimposition between three methods on ≥ 20-year-old non-growing patients. Three maxillary superimposition methods used during the study were best fit, Björk-Skieller, and Springate. Meanwhile for mandibular superimposition, the methods used during the study were inferior border of mandible, Björk-Skieller, and Springate. Method: Tracing was executed on pre-treatment cephalogram (T0) to construct sella-nasion (SN) line and N line which was perpendicular to SN, and also to construct anatomical structures on maxilla or mandible. Tracing at post-treatment cephalogram (T1) was executed on maxillary or mandibular anatomical structures only. Then cephalogram tracing at T1 was superimposed on T0 based on three different superimposition methods on maxilla or mandible. SN line and N line at T0 were then transferred into T1 tracing as a reference line of x and y axis. Hence, the position of maxillary reference points (ANS, A, and U1) or mandibular reference points (Pog, B, and L1) could be accounted vertically and horizontally to the x and y axis. Results: No statistical difference in vertical or horizontal dimention, regarding the interpretation of maxillary and mandibular superimposition between three methods on ≥20-year-old non-growing patients. Conclusion: Post orthodontic treatment evaluation on ≥ 20-year-old non-growing patients using varied maxillary and mandibular superimposition methods may result the same interpretation in vertical or horizontal dimention. Any maxillary or mandibular superimposition methods could be used on non-growing patients and may not affect interpretation on post treatment evaluation, as long as the used methods account any existing anatomical structures.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Kurnia Permana; Nurmala Ahmar; Syahril Djaddang
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis, membuktikan dan menguji perbedaan hasil status kesehatan antara model Grover, Springate, dan Zmijewski. Model tersebut digunakan oleh investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan. Data penelitian diuji menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan hipotesis 1 diterima yaitu terdapat perbedaan status kesehatan pada pengujian model Grover, Springate, dan Zmijewski pada perusahan manufaktur yang terdaftar di BEl tahun 2006-2015. Model Springate merupakan model prediksi terbaik dibandingkan model Grover dan Springate, karena mempunyai komponen lebih banyak dari kedua model lainnya dan model Springate mempunyai komponen EBIT To Current Liabilities yaitu seberapa besar kemampuan laba dalam membayar hutang perusahaan. Komponen ini adalah komponen yang sangat penting untuk melihat kesulitan keuangan, karena kesulitan keuangan sabh satunya terjadi karena hutang yang tidak tercakup oleh perusahaan.
Jakarta: FEB UIN Syarif Hidayatullah, 2017
650 ESENSI 7:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library