Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hery Agus Prabowo
"Pada pengeringan bahan cair pada pengering semprot (Spray Drying), penggunaan sprayer hollow seperti rotary atomizer dan beberapa nozel tekanan di dalam ruang pengering mengakibatkan ada sebagian ruang bagian tengah dari pengering tidak dilalui oleh tetesan air, sehingga ruang kontak antara udara dengan tetesan air lebih kecil. Simulasi pengering semprot berbahan air digunakan untuk melihat pengaruh penggunaan diameter dalam pada alat pengering semprot yang dapat meningkatkan effisiensi termal. Simulasi ini dilakukan menggunakan variasi model yaitu dengan diameter dalam 0; 0,25; 0,5 dan 0,75 dibandingkan dengan diameter luarnya. Lama waktu tinggal tetesan di dalam ruang pengering sangat berpengaruh terhadap banyaknya tetesan yang diuapkan maka lama waktu tinggal tetesan ditetapkan sebesar 1,60; 1,45; 1,26 dan 0,98 untuk setiap model simulasi. Dari hasil simulasi dapat disimpulkan kecenderungan effisiensi lebih tinggi pada model dengan diameter dalam 0,25 dan 0,5 untuk lama waktu tinggal 0,98 detik dibandingkan dengan model simulasi tanpa diameter dalam untuk lama waktu tinggal yang sama. Dan panas yang keluar ke dinding sangat berpengaruh pada laju penguapan tetesan air. Sebaiknya pada simulasi dilakukan pengisolasian pada dinding untuk mencegah panas keluar ke lingkungan, meningkatkan ketelitian numerik dengan grid yang lebih halus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Anandika Putra
"Pengembangan teknologi spray drying diarahkan untuk menemukan cara efisien dan efektif dalam usaha penghematan energi. Kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap tingginya temperatur udara pengeringan. Untuk mengatasi kelembaban udara di Indonesia yang tinggi maka dalam penelitian spray drying yang dilakukan di DTM FT UI memanfaatkan sistem dehumidifier sehingga proses pengeringan dapat dilakukan pada temperatur rendah. Penambahan sistem refrigerasi pada alat pengering semprot ini akan menghasilkan panas yang terbuang pada kondensor. Panas yang terbuang bisa dimanfaatkan sebagai pengering dari pompa kalor. Sehingga dapat mengurangi beban daya pemanas listrik.
Penelitian dilakukan dengan melakukan simulasi CFD untuk memperoleh laju penguapan air pada spray drying terhadap beberapa variasi, laju udara, temperatur udara pengeringan dan titik embun udara pengeringan. Hasil simulasi menujukan pengaruh dari peningkatan laju udara pengeringan terhadap penurunnan laju penguapan air. Penurunnan kelembaban udara berpengaruh terhadap meningkatnya laju penguapan air. Penambahan pemanas pompa kalor dikombinasikan dengan pemanas listrik meningkatkan kinerja spray drying.

Development of spray drying technology is conducted to find the most efficient and effective way in energy saving. The air humidity become one of factors that drying process involve high temperature. Indonesia is a country which is covered by high humidity so spray drying research in DTM FT UI used dehumidifier system to reduce air humidty. This refrigeration system produce heat which is not used in spray drying process. This unused energy can be aplied as heat pump dryer so power supplied by electric heater can be decreased.
Research is done by using CFD simulation to get water eveporating rate in spray drying by some variations, air flow, air temperature dan dew point. The result show that the influence of air flow and humidity to evaporating rate. The involvement of heat pump drying from dehumidifier system increase the psray drying performance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandi
"Pemanfaatan pengering semprot dengan menggunakan udara bertemperatur tinggi sudah sangat luas digunakan. Tak jarang temperatur yang digunakan bisa lebih dari 110°C. Akan tetapi temperatur udara pengering yang tinggi tersebut menimbulkan efek pada produk. Beberapa senyawa protein akan rusak jika terkena panas lebih dari 55°C begitu juga pudarnya warna sebagian serat dan turunnya kadar vitamin sari makanan. Material dengan sifat tersebut dikenal dengan heat sensitive material. Penggunaan udara pengering bertemperatur sama dengan temperatur lingkungan dianggap relatif aman untuk material ini. Pada kondisi dimana temperatur udara pengering sama dengan temperatur droplet maka laju pengeringan yang paling dominan adalah akibat perbedaan konsentrasi uap air.

Spray drying utilization by using high-temperature air is widely used today. The air temperature can be more than 110°C. However, high-air temperature has an impact onto product. For example, some compounds of protein damage while it is exposed to heat over 55°C as well as fading of some colour of fibber and decrease of vitamin in food. Material with those properties well known as heat sensitive material. Drying air with ambient temperatur is considered as a solution for heat sensitive material treatment.When the degree of air temperatur for drying has the same with droplet temperatur, diffusivity takes the most part in evaporation."
2012
S70215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Azizah
"Propolis telah dikenal memiliki berbagai manfaat sebagai obat tradisional karena berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan menstimulasi proliferasi limfosit sehingga disebut sebagai imunostimulan. Namun, pemanfaatan propolis sebagai zat aktif dalam berbagai sediaan masih terbatas karena keterbatasan penanganan sifat fisik yang kental, lengket, dan sulit larut dalam air. Salah satu solusi terhadap karakteristik propolis tersebut adalah dengan melakukan enkapsulasi. Enkapsulasi dapat mengatasi masalah kelarutan propolis, termasuk melindungi zat bioaktif. Beberapa penelitian telah mengkaji metode enkapsulasi propolis diantaranya menggunakan mikroenkapsulasi penyemprotan kering (spray drying) dengan berbagai penyalut termasuk maltodekstrin dan gum arab dan berhasil meningkatkan kelarutan serbuk propolis dalam air dingin dan meningkatkan fungsi propolis sebagai senyawa aktif dalam berbagai sediaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aktivitas imunostimulan dari mikroenkapsulat propolis hasil spray drying yang berasal dari lebah Tetragonula sapiens terhadap sel limfosit manusia. Pada penelitian ini, sediaan mikroenkapsulat propolis serbuk dibuat dari ekstrak etanol propolis wax yang dienkapsulasi menggunakan penyalut maltodekstrin dan gum arab dengan metode penyemprotan kering (spray drying) yang divariasikan dengan 2 variasi kondisi operasi (SD). Mikroenkapsulat propolis wax kemudian telah diuji kadar total fenolik dan flavonoid, SEM dan aktivitas imunostimulannya terhadap proliferasi sel limfosit manusia yang diinduksi LPS secara invitro dengan dosis yang berbeda. Diketahui, mikroenkapsulasi dari kedua SD memiliki nilai kadar total fenolik dan flavonoid mikroenkapsulat propolis masing-masing 334,02 ± 3,08 mgGAE/g dan 21,79 ± 0,19 mgQE/g untuk SD 1, dan 158,26 ± 9,5 mgGAE/g dan 53,19 ± 1,18 mgQE/g untuk SD 2. Ukuran mikroenkapsulat propolis pada SD 1 adalah 0,7-7µm sedangkan pada SD 2 adalah 1- 4 µm. Penambahan mikroenkapsulat propolis SD 1 dengan semua dosis (3,125 - 200 µg/mL) dapat meningkatkan viabilitas sel limfosit yang telah diinduksi LPS. Sedangkan penambahan mikroenkapsulat propolis SD 2 yang meningkatkan viabilitas sel limfosit adalah dosis 12,5 - 200 µg/mL. Meskipun mikroenkapsulat SD 1 menunjukan aktivitas proliferasi sel limfosit lebih tinggi dibandingkan SD 2 karena kandungan total fenoliknya yang lebih tinggi, kedua mikroenkapsulat propolis serbuk menunjukan aktivitas imunostimulan yang baik secara invitro sehingga dapat mengatasi keterbatasan formulasi sediaan farmasi dan dapat dikembangkan sebagai obat tradisional imunostimulan.

Propolis has been known for its various benefits as traditional medicine. As an immunostimulant, it plays a role in the immune system and promotes the proliferation of lymphocyte. However, the use of propolis as an active ingredient is limited because of the restricted handling of its physical properties, which is hard, sticky, and difficult to dissolve in water. An alternative to handle propolis physical properties is encapsulation. Encapsulation can solve propolis solubility problems, including protecting bioactive substances. Several studies have suggested that propolis encapsulation methods could increase the solubility of propolis in cold water and enhance the function of propolis as an active compound with different results. The method includes spray-drying microencapsulation with various coaters, such as maltodextrin and gum arabic. The purpose of this study was to evaluate the immunostimulant activity of propolis microcapsules from spray drying derived from Tetragonula sapiens bees against human lymphocyte proliferation. In this study, the propolis microcapsules was prepared from wax propolis extract which was encapsulated using maltodextrin and gum arabic by spray drying method with 2 operating conditions (SD). The wax propolis microcapsules had been tested for total phenolic and flavonoid levels, SEM and their immunostimulant activity against LPS-induced human lymphocyte cell proliferation invitro at different doses. It was known that the propolis microcapsules of the two conditions have total phenolic and flavonoid levels of of 334.02 ± 3.08 mgGAE /g and 21.79 ± 0.19 mgQE / g for SD 1, and 158.26 ± 9.5 mgGAE / g and 53.19 ± 1.18 mgQE / g for SD 2. The size of propolis microcapsules of SD 1 is 0.7-7μm while 1-4 μm for SD 2. The addition of SD 1 proopolis microcapsules with all doses (3.125 - 200 μg/mL) could increase the viability of LPS-induced lymphocyte cells. Meanwhile, the addition of SD 2 propolis microencapsulates that increase lymphocyte cell viability was dose of 12.5 - 200 μg/mL. Although SD 1 propolis microcapsules showed higher lymphocyte proliferation activity than SD 2 due to its higher total phenolic content, both propolis microcapsules showed immunostimulant activity, hence it can overcome the limitations of pharmaceutical preparation formulations and can be developed as immunostimulant traditional medicine"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heryanti Primasari
"Eksipien koproses merupakan suatu konsep baru yang melibatkan interaksi antara dua atau lebih eksipien. Tujuan utama koproses adalah meningkatkan fungsionalitas bahan secara sinergis dan menutupi sifat yang tidak diinginkan dari masing-masing eksipien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik eksipien koproses dari pragelatinisasi pati singkong (PPS) dan metilselulosa (MC), serta memanfaatkan eksipien tersebut dalam formulasi mikrosfer sebagai matriks hidrofilik. Koproses PPS-MC dibuat dengan tiga perbandingan yaitu 2:1, 3:1, dan 4:1 yang kemudian dikarakterisasi. Koproses PPS-MC yang dipilih sebagai bahan pembentuk matriks mikrosfer adalah perbandingan 2:1 karena memiliki nilai viskositas dan kekuatan gel yang lebih besar dibandingkan kedua rasio lainnya. Mikrosfer dengan model obat natrium diklofenak dibuat dengan metode semprot kering dan dievaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa mikrosfer PPS-MC 2:1 memiliki ukuran diameter volume rata-rata pada rentang 16,61-21,41μm dan efisiensi penjerapan yang berkisar antara 108,01-144,47%. Uji pelepasan obat selama delapan jam secara in vitro pada medium fosfat pH 7,2 dari mikrosfer koproses PPS-MC 2:1 menunjukkan bahwa pelepasan natrium diklofenak dari keempat formula yaitu formula B, C, D dan E masing-masing sebesar 95,71; 72,82; 69,10 dan 66,35%.

Coprocessed excipients is a novel concept involves interactions of two or more excipients. The main aim of coprocessed excipients is to provide a synergy of functionality improvements as well as masking the undesirable properties of the individual excipients. The purposes of the study were to characterized coprocessed excipients which is made of pregelatinized cassava starch (PCS) and methylcellulose (MC) and used it as hydrophilic matrix in the microspheres formulation. Coprocessed PCS-MC which is characterized were made by the ratio of 2:1, 3:1, and 4:1. The result of characterization shows that the gel strength and viscosity value of coprocessed PCS-MC 2:1 was greater than coprocessed PCSMC 3:1 or 4:1, so the well-chosen coprocessed as former of microspheres matrix is 2:1 ratio. Microspheres containing diclofenac sodium as a model drug were prepared by spray-drying technique and the obtained-microspheres were evaluated. The results showed that the produced microspheres of coprocessed PCS-MC 2:1 have average particles sizes ranging from 16.61 to 21.41 μm and the entrapment efficiency of range between 108.01-144.47%. During 8 hours in vitro release study, the release of diclofenac sodium from the microspheres of PCS-MC 2:1 on formula B, C, D and E in pH 7.2 are 95.71; 72.82; 69.10 and 66.35%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33086
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Pragelatinisasi pati singkong suksinat (PPSS) merupakan pati yang mengalami modifikasi kimia dan fisika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mikrosfer yang terbuat dari PPSS dan kombinasinya dengan polimer lain yaitu hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) dan Carbopol 974P dalam menahan pelepasan obat, serta menyelidiki kekuatan mukoadhesif dari formula yang mengandung PPSS. Mikrosfer yang mengandung propranolol hidroklorida sebagai model obat dibuat dengan metode semprot kering dan dikarakterisasi meliputi morfologi, uji perolehan kembali, efisiensi penjerapan, distribusi ukuran partikel, kadar air, kekuatan mukoadhesif, dan pelepasan obat dalam medium klorida pH 1,2 dan fosfat pH 7,2. Mikrosfer yang terbuat dari PPSS 4% melekat paling kuat pada mukosa lambung dengan nilai yang tidak berbeda signifikan dengan mikrosfer HPMC 1%, sedangkan mikrosfer yang terdiri dari PPSS 4% dan Carbopol 974P 0,8% melekat paling kuat pada mukosa usus yang nilainya juga tidak berbeda signifikan dengan mikrosfer HPMC 1%. Uji pelepasan obat secara in vitro menunjukkan kombinasi PPSS dengan polimer lain dapat memperlambat pelepasan obat pada kedua medium."
Universitas Indonesia, 2009
S33068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwi Semar Loputra
"Gliklazid (GL) merupakan obat hipoglikemia oral golongan sulfonilurea generasi kedua yang digunakan untuk perawatan diabetes militus tidak bergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Permasalahan utama dalam formulasi gliklazid adalah sifat kelarutannya yang sangat rendah dalam air sehingga membatasi absorpsinya. Penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan peningkatan laju disolusi gliklazid dengan membentuk kompleks inklusi dengan betasiklodekstrin dan hidroksipropil betasiklodekstrin. Pembuatan kompleks inklusi dilakukan dengan metode spray drying. FTIR, XRD, dan DSC digunakan untuk mengkarakterisasi kompleks inklusi gliklazid betasiklodekstrin dan kompleks inklusi gliklazid hidroksipropil betasiklodekstrin. Laju disolusi gliklazid dan kompleks inklusi diuji dalam medium HCl dan dapar fosfat pH 6,8. Hasil analisis kompleks inklusi dengan FTIR, XRD, dan DSC menunjukkan terjadinya penurunan derajat kristalinitas dan terbentuknya kompleks inklusi. Pembentukan kompleks inklusi gliklazid betasiklodekstrin dapat meningkatkan laju disolusi dari serbuk sebesar 1,9 kali dan dari tablet sebesar 1,13 kali, sedangkan kompleks inklusi gliklazid hidroksipropil betasiklodekstrin dapat meningkatkan laju disolusi dari serbuk sebesar 2,1 kali dan dari tablet sebesar 1,44 kali.

Gliclazide (GL) is a second-generation sulphonylurea of hypoglycemia drug which is used for nor insulin independent diabetes mellitus treatment (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Primary problem in gliclazide formulation is its low solubility in water that limits its absorption. This study is intended to compare the enhancement of dissolution rate of gliclazide by forming inclusion complexes with betacyclodextrin and hydroxypropyl betacyclodextrin. Inclusion complexes were made by spray drying method. FTIR, XRD, and DSC were used to characterize inclusion complexes of gliclazide-β-cyclodextrin and gliclazidehydroxypropyl- β-cyclodextrin. Dissolution rate of gliclazide and inclusion complexes were examined in HCl and buffer phosphate pH 6,8. Analysis result of complexes with FTIR, XRD, and DSC showed reduction degree of crystalinity and formation of inclusion complexes. Formation of gliclazide-β-cyclodextrin inclusion complexes could increase dissolution rate from powder’s form about 1.9 times and from tablet dosage form about 1.13 times, however formation of gliclazide-hydroxypropyl-β-cyclodextrin inclusion complexes could increase dissolution rate from powder’s form about 2.1 times and from tablet dosage form about 1.44 times."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gema Ramadhan Aria Wibisana
"Teknik pengawetan buah merupakan suatu kebutuhan agar dapat menyimpan rasa, kandungan atau gizi buah dalam waktu yang lama dan dalam bentuk yang lebih ringan dan praktis namun tidak merubah kandungan nutrisi didalamnya. Teknik pengeringan dengan spray-drying merupakan salah satu dari cara pengawetan tersebut. Namun penggunaan temperatur yang sangat tinggi dapat merusak kandungan di dalam buah tersebut terutama vitamin C. Oleh karena itu perlu adanya dehumidifier untuk mengeringkan udara yang dipergunakan dalan proses pengeringan, sehingga dapat menurunkan temperature yang dibutuhkan. Larutan belimbing merupakan larutan yang lengket sehingga membutuhkan variasi yang berbeda dengan larutan buah lain yang sifatnya tidak lengket. Perbedaan variasi tersebut dapat mempengaruhi konsumsi energi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa konsumsi energi yang dibutuhkan, berbanding terbalik dengan besarnya kelembaban spesifik bahan.

Fruit preservation techniques is a necessity in order to keep the taste, or nutritional content of fruit in a long time and in a more lightweight and practical, but does not change the nutritional content therein. Spray-drying technique with drying is one of the preservation method. However, the use of very high temperatures can damage the content in fruit, especially vitamin C. Therefore, the need for a dehumidifier to dry air used role in the process of drying, so as to lower the temperature required. Starfruit solution is a solution sticky and thus require different variations with a solution other fruit that are not sticky. The difference of these variations can affect energy consumption. In this study it was found that the energy consumption required, is inversely proportional to the amount of material specific humidity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Tiffany Yuliani
"ABSTRAK
Ketoprofen (KP) merupakan salah satu obat anti-inflamasi non steroid (AINS)
yang banyak digunakan pada gangguan muskuloskleletal dan sendi seperti
ostheoarthritis dan rheumatoid arthritis. Permasalahan utama dalam formulasi
ketoprofen adalah kelarutan ketoprofen yang rendah dalam air sehingga
membatasi absorbsinya. Laju disolusi zat aktif merupakan salah satu faktor
penentu dalam proses absorbsi zat aktif dari sediaan yang diberikan secara oral.
Penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan peningkatan laju disolusi
ketoprofen dengan membentuk kompleks inklusi menggunakan betasiklodekstrin
dan hidroksipropil betasiklodekstrin. Pembuatan kompleks inklusi dilakukan
dengan metode spray drying. Laju disolusi ketoprofen dan kompleks inklusi diuji
dengan menggunakan metode dayung pada suhu 37 ± 0,5oC, kecepatan putaran 50
rpm dalam medium disolusi dapar fosfat 0,05 M pH 7,5. Pembentukan kompleks
inklusi ketoprofen betasiklodekstrin dapat meningkatkan laju disolusi dari serbuk
sebesar 1,152 kali dan dari tablet sebesar 1,381 kali, sedangkan kompleks inklusi
ketoprofen hidroksipropil betasiklodekstrin dapat meningkatkan laju disolusi dari
serbuk sebesar 1,155 kali dan dari tablet sebesar 1,415 kali.

ABSTRACT
Ketoprofen (KP) is a drugs non-steroidal anti-inflammatory (NSAID) which is
used for ostheoarthritis and rheumatoid arthritis. Primary problem of ketoprofen
formulation is its low solubility in water that limits its absorption. Dissolution rate
of active ingredient is one of determinant in course of absorption dosage form
which given by oral. This study is intended to compare the enhancement of
dissolution rate of ketoprofen by forming inclusion complexes with
betacyclodextrin and hydroxypropyl betacyclodextrin. Inclusion complexes made
by spray drying method. The dissolution rate of ketoprofen and inclusion
complexes were examined using the paddle method at a temperature of 37 ± 0,5oC
and 50 rotation per minute (rpm) in the medium of 0,05 M phosphate buffer pH
7,5. The formation of ketoprofen-β-cyclodextrin inclusion complexes could
increase dissolution rate from powder?s form about 1,152 times and from tablet
dosage form about 1,381 times, however formation of ketoprofen-hydroxypropyl-
β-cyclodextrin inclusion complexes could increase dissolution rate from powder?s
form about 1,155 times and from tablet dosage form about 1,415 times."
2016
S64355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Iswati
"ABSTRACT
Jahe dikenal baik di masyarakat Indonesia sebagai salah satu rempah. Hampir semua wilayah di tanah air memanfaatkan jahe sebagai bahama masakan penting. Seiring pengetahuan masyarakat, berbagai kemasan jahe telah beredar, baik berbentuk ekstrak maupun cair. Guna peningkatan kemasan, LPPM Universitas Airlangga akan bekerjasama dengan PT ASIMAS di Lawang. Sehingga jahe merah instant yang diekstrak melalui proses
spray drying di Kabupaten Banyuwangi dikemas dengan baik. Metode pelaksanaan yang digunakan adalah dengan pelatihan dan pendampingan usaha. Hasil yang dicapai dari pelaksanaan pengabdian masyarakat yakni tempat pelatihan dan pendampingan usaha Sirup Jahe Merah Al Maghfiroh Banyuwangi. Pengmas memberikan informasi mengenai manajemen usaha dan keuangan hasil pembukuan yang sangat penting peranannya bagi kemajuan perusahaan. Selain itu, memberikan informasi awal tentang pengelolaan jahe merah menjadi produk serbuk (instan). Berdasarkan analisa ditemukan permasalahan pada kemasan botol plastik yang selama ini dilakukan."
Surabaya: Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Universitas Airlangga, 2017
360 JLM 1:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>