Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudha Fariska
Abstrak :
Spons Callyspongia aerizusa dapat ditemukan di dua zona Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKS) dengan kondisi ekologis yang berbeda, yaitu zona pemukiman (Pulau Karya dan Pramuka) dan zona inti (Pulau Penjaliran Timur). Kondisi ekologis di zona inti relatif lebih baik jika dibandingkan dengan zona pemukiman. Zona inti merupakan zona dengan akses terbatas guna perlindungan biota laut, diasumsikan tingkat kerusakan ekosistem yang terjadi dan asupan pencemarannya rendah. Untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas senyawaan bioaktif tersebut, dilakukan uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp (Artemia salina) Lethality Test (BSLT) menggunakan crude extract dan ekstrak hasil fraksinasi spons C. aerizusa dari kedua zona tersebut. Fraksinasi crude extract spons tersebut dilakukan dengan teknik kromatografi cair-cair. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawaan crude extract C. aerizusa yang paling aktif berasal dari Pulau Penjaliran Timur (nilai LC50 sebesar 723,972 ppm) dan ekstrak hasil fraksinasinya yang paling aktif ialah ekstrak fraksi etil asetat (nilai LC50 sebesar 529,032 ppm).
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S31487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Selama penelitian lapangan pada bulan Februari 2007 di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKS), sebanyak sembilan individu siput Phyllidiidae yang berhasil diamati memangsa spons. Phyllididae yang teramati selama penelitian termasuk ke dalam genus Phyllidiella dan genus Phyllidiopsis. Tiga individu spesies Phyllidiella pustulosa ditemukan memangsa spons yang berbeda. Dalam penelitian ini berhasil ditemukan dua spesies Phyllidiidae yang belum pernah dilaporkan spons mangsanya, yaitu Phyllidiopsis pipeki dan Phyllidiella nigra. Spesies-spesies yang teramati sedang memakan spons mangsanya dan pada umumnya ditemukan pada kedalaman 18--20 meter, kecuali spesies Phyllidiella nigra yang hanya dapat ditemukan di rataan terumbu. Hasil analisis kimiawi senyawa metabolit sekunder dengan menggunakan thin layer chromatography (TLC) pada masing-masing spesies Phyllidiidae dan spons mangsanya menunjukkan bahwa terdapat persamaan antara senyawa metabolit sekunder dari sembilan spesies Phyllidiidae dan spons mangsanya.
Universitas Indonesia, 2007
S31438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Prihatiningtyas
Abstrak :
Lebih dari 20 tahun, Indonesia telah menjadi target penelitian dari senyawa bioaktif laut. Hingga saat ini, lebih dari 100 senyawa telah diisolasi dari organisme laut Indonesia seperti spons, soft coral, ascidians, alga, dan dilaporkan pada lebih dari 70 publikasi. Alkaloid, terpenoid, steroid, dan jenis senyawa bioaktif baru lainnya yang dilaporkan paling banyak berasal dari spons dan soft coral Indonesia. Di antara invertebrata laut lainnya, spons merupakan sumber terkaya bahan aktif produk farmasetika. Hal ini dikarenakan spons merupakan pembawa berbagai mikroorganisme melalui pori-pori tubuhnya sehingga ketika terjadi interaksi antara inang dan mikroorganisme simbiotiknya akan menghasilkan berbagai senyawa kimia di dalam spons. Namun, saat ini belum terdapat basis data struktur tiga dimensi senyawa kimia sebagai sumber lead compound dari organisme laut di Indonesia terutama spons yang dibutuhkan dalam pengembangan obat baru secara in silico, padahal spons mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan obat baru di Indonesia yang terlihat dari peningkatan jumlah publikasi tentang penemuan-penemuan senyawa bioaktif spons dari tahun ke tahun.. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh suatu basis data struktur tiga dimensi senyawa kimia dari spons di Indonesia dan memberikan rekomendasi perangkat lunak yang lebih unggul untuk pembuatan basis data tersebut. Pada penelitian ini, basis data dibuat menggunakan tiga perangkat lunak yaitu MarvinSketch, OpenBabel, dan VegaZZ, serta PyMOL untuk visualisasi struktur. Basis data terdiri dari 212 senyawa kimia dari 53 spesies spons Indonesia serta 1043 SDF, 1258 MOL, dan 2930 PDB format file struktur tiga dimensi. Struktur tiga dimensi senyawa kimia yang valid dan sesuai dengan referensi sebanyak 914 file format SDF, 916 format MOL, dan 72 format PDB. Berdasarkan visualisasi dari struktur tiga dimensi senyawa tersebut, peranti lunak yang relatif unggul untuk digunakan dalam pembuatan basis data adalah MarvinSketch dengan format file SDF atau MOL karena struktur tiga dimensi senyawa yang dihasilkan sesuai dengan literatur dan lebih sedikit terjadi kerusakan. ...... More than 20 years, Indonesia had become a target for the research of marine bioactive compounds. In recent years, more than 100 marine bioactive compounds had been isolated from Indonesia marine organisms and reported in more than 70 publications. Alkaloids, terpenoids, steroids, and other types of new bioactive compounds were reported to be mostly derived from Indonesian sponges and soft corals. Among other marine invertebrates, sponges were the richest source of the bioactive compound of pharmaceutical products. Sponges were the feeder filter organisms that carrier of various microorganisms through the pores of their body caused the interaction between the host and the symbiotic microorganisms produced various chemical compounds. However, currently there was not the three dimensional chemical structure database as a the lead compound resources from marine organisms in Indonesia, especially sponges, needed in the drug discovery by in silico methods, whereas sponges had great potential in the development of new drugs in Indonesia as seen from the increase in the number of publication of the new bioactive compounds isolated from sponges. Therefore, the purpose of this study was to obtain a three dimensional structure database and give the recommendation of preferred software for generating the three dimensional structure of chemical compounds of Indonesian sponges database. In this study, the database was established by using three software which are MarvinSketch, Open Babel, and Vega ZZ, also PyMOL for structure visualization. The database gave us a result of 212 chemical compounds from 53 Indonesian sponges species and 1043 SDF, 1258 MOL, and 2930 PDB format files of the three dimensional structure. The valid and correct three dimensional structure of chemical compound were 914 SDF format files, 916 format MOL files, and 72 PDB format files. From the three dimensional structures visualization, the database prefers established by using MarvinSketch with SDF or MOL format files since the results appropriated to literature and less of error.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Alfin Hidayati
Abstrak :

Saat ini penggunaan grafena dan senyawa turunannya berpotensi besar dalam berbagai aplikasi, termasuk sebagai pembersih tumpahan minyak. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis grafena oksida tereduksi (rGO) dari limbah grafit batu baterai dengan pereduksi asam askorbat. Selanjutnya rGO digunakan pada pelapisan spons poliuretan (PU) yang menghasilkan spons rGO/PU sebagai adsorben pembersih tumpahan minyak. rGO disintesis dengan menggunakan metode Hummers termodifikasi untuk mendapatkan grafena oksida yang kemudian direduksi menggunakan reduktor asam askorbat. Pada penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi asam askorbat (rGO 1:1,  rGO 2:3,rGO 1:2) dan konsentrasi rGO (3 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml) pada proses penyerapan rGO oleh spons PU. Hasil XRD menunjukkan bahwa lapisan grafit telah terkelupas dari 81 lapisan menjadi 2-5 lapisan. Kandungan unsur C pada rGO yang dihasilkan berkisar antara 82,81-84,38%, dan kandungan unsur O yang dihasilkan 8,60-14,85%. Konsentrasi asam askorbat pada proses reduksi mempengaruhi jumlah lapisan yang terkelupas, kandungan unsur C dan kandungan unsur O yang dihasilkan. Dari ketiga variasi yang dilakukan yaitu rGO 1:1, rGO 2:3, dan rGO 1:2, hasil rGO yang paling baik berdasarkan jumlah lapisan yang terkelupas, kandungan unsur C dan O adalah rGO 1:2 dengan jumlah lapisan 2, kandungan unsur C 84,38% dan kandungan unsur O  8,60%. Spons rGO/PU yang telah disintesis berhasil membersihkan tumpahan minyak selama 10 detik dengan efisiensi sebesar 79,25%, 79,91%, dan 95,09%. Perbedaan nilai efisiensi tersebut karena adanya pengaruh konsentrasi rGO dalam penyerapan rGO ke spons PU. Efisiensi dalam membersihkan tumpahan minyak yang tertinggi dimiliki oleh spons rGO/PU 10 mg/ml dengan nilai sebesar 95,09%.


Today the use of Graphene and its derivatives has great potential in many applications, including as an oil spills cleanup. In this study a synthesis of reduced graphene oxide (rGO) from graphite waste batteries was carried out by reducing graphene oxide with ascorbic acid. Furthermore, rGO is used for coating polyurethane sponges (PU) which produce rGO/PU sponges as oil spill cleanup adsorbents. rGO was synthesized by using the modified Hummers method to obtain graphene oxide, then reduced by ascorbic acid. In this study variations in ascorbic acid concentration (rGO 1:1, rGO 2:3, rGO 1:2) and the concentration of rGO (3 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml) in the process of absorption of rGO by PU sponge. The XRD results show that the graphite layer has peeled from 81 layers into 2-5 layers. The content of C in the rGO ranged from 82.81 - 84.38%, and the content of O was 8,60 - 14,85%. Ascorbic acid concentration in the reduction process affects the number of layers that are peeled off, the C content and the O content produced. Of the three variations carried out, namely rGO 1:1, rGO 2:3, and rGO 1:2, the best rGO results are based on the number of peeled layers, the content of C and O is rGO 1:2 with the number of layers 2, the content C 84.38% and O 8.60%. The rGO/PU sponge synthesized successfully cleanup the oil spill for 10 seconds with an efficiency of 79.25%, 79.91% and 95.09%. The difference in the efficiency value is due to the influence of the concentration of rGO in the absorption of rGO into the PU sponge. The highest efficiency in cleanup the oil spill is owned by rGO/PU sponge 10 mg/ml with a value of 95.09%.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indy Ramadhani
Abstrak :
Saat ini penggunaan grafena dan senyawa turunannya berpotensi besar dalam berbagai aplikasi termasuk sebagai pembersih tumpahan minyak. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis grafena oksida tereduksi (rGO) dari pensil dengan pereduksi perasan lemon. Selanjutnya rGO digunakan pada pelapisan spons poliuretan (PU) yang menghasilkan spons rGO/PU sebagai adsorben pembersih tumpahan minyak. GO disintesis dengan menggunakan metode Hummers termodifikasi untuk mendapatkan grafena oksida yang kemudian direduksi menggunakan reduktor perasan lemon. Pada penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi perasan lemon (rGO 1:2, rGO 1:2,5, rGO 1:3) dan konsentrasi rGO (10 mg/ml, 12 mg/ml, 15 mg/ml) pada proses penyerapan rGO oleh spons PU. Hasil XRD menunjukkan bahwa lapisan grafit telah terkelupas dari 109 lapisan menjadi 2-4 lapisan. Konsentrasi perasan lemon pada proses reduksi mempengaruhi kandungan unsur C dan kandungan unsur O yang dihasilkan. Kandungan unsur C pada rGO yang dihasilkan berkisar antara 83,76 – 85,33% dan kandungan unsur O berkisar antara 8,62 – 12,01%. Dari ketiga variasi yang dilakukan yaitu rGO 1:2; rGO 1:2,5; dan rGO 1:3, hasil rGO yang paling baik berdasarkan kandungan unsur C dan O adalah rGO 1:3 dengan jumlah lapisan 2, kandungan unsur C 85,33% dan kandungan unsur O 8,62%. Spons rGO/PU yang telah disintesis berhasil membersihkan tumpahan minyak selama 10 detik dengan efisiensi sebesar 84,00%, 84,60%, dan 96,80%. Perbedaan nilai efisiensi tersebut karena adanya pengaruh konsentrasi rGO dalam penyerapan rGO ke spons PU. Efisiensi dalam membersihkan tumpahan minyak yang tertinggi dimiliki oleh spons rGO/PU 15 mg/ml dengan nilai sebesar 96,80%......Today the use of Graphene and its derivatives has great potential in many applications including as an oil spills cleanup. In this study a synthesis of reduced graphene oxide (rGO) from pencil by reducing graphene oxide with lemon juice. Furthermore, rGO is used for coating polyurethane sponges (PU) which produce rGO/PU sponges as oil spill cleanup adsorbents. GO was synthesized by using the modified Hummers method to obtain graphene oxide, then reduced by lemon juice. In this study, variation of lemon juice concentration (rGO 1:2, rGO 1:2,5, rGO 1:3) and the concentration of rGO (10 mg/ml, 12 mg/ml, 15 mg/ml) in the process of absorption of rGO by PU sponge. The XRD results show that the graphite layer has peeled from 109 layers into 2-4 layers. Concentration of lemon juice in the reduction process affects on the C content and O content produced. The content of C in the rGO ranged from 83,76 – 85,33% and the content of O ranged from 8,62 – 12,01%. Of the three variations carried out, namely rGO 1:2; rGO 1:2,5; and rGO 1:3, the best rGO results are based on the number of peeled layers, the content of C and O is rGO 1:3 with the number of layers 2, the content C 85,33% and O 8.62%. The rGO/PU sponge synthesized successfully cleanup the oil spill for 10 seconds with an efficiency of 84,00%, 84,60%, and 96,80%. The difference in the efficiency value is due to the influence of the concentration of rGO in the absorption of rGO into the PU sponge. The highest efficiency in cleanup the oil spill is owned by rGO/PU sponge 10 mg/ml with a value of 96.80%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiana Helvy Sumanti
Abstrak :
Logam berat merupakan bahan pencemar yang berbahaya karena bersifat non-biodegradable sehingga mudah terakumulasi di perairan dan biota laut. Biomonitor logam berat penting dilakukan untuk mempertahankan kualitas perairan ekosistem laut. Spons merupakan biota laut yang cocok dijadikan biomonitor logam berat karena hidup sesil dan hewan filter feeder. Penelitian dilakukan terkait deteksi dan analisis logam Cd dan Zn pada spons Petrosia ficiformis pada kedalaman 10 m dan 20 m Pulau Pramuka. P. ficiformis merupakan spesies spons yang tersebar luas hingga di beberapa kedalaman. Analisis logam Cd dan Zn juga dilakukan pada sampel air dan data parameter lingkungan untuk mendukung data penelitian. Kadar logam sampel air dan P. ficiformis dianalisis menggunakan alat ICP-OES. Konsentrasi logam Cd dan Zn pada sampel air di kedalaman 20 m (56,82 ± 3,71 ppb dan 313,92 ± 300,01 ppb) lebih tinggi dibandingkan dengan 10 m (54,14 ± 1,39 ppb dan 132,88 ± 48,78 ppb). Konsentrasi rata-rata logam Cd pada P. ficiformis pada kedalaman 10 m yaitu 3.394,52 ± 982,69 ppb lebih tinggi dibandingkan dengan 20 m adalah 3.339,98 ± 740,69 ppb. Sedangkan, konsentrasi rata-rata logam Zn pada P. ficiformis pada 20 m adalah 52.831,90 ± 13.406,37 ppb lebih tinggi dibandingkan kedalaman 10 m yaitu 41.503,35 ± 13.636,58 ppb. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata logam Cd dan Zn pada sampel air berbeda nyata pada kedalaman 10 m dan 20 m. Sedangkan, konsentrasi Cd dan Zn pada P. ficiformis pada kedalaman 10 m dan 20 m tidak berbeda nyata. ......Heavy metals are dangerous pollutants because they are non-biodegradable thus they easily accumulate in waters and marine life. Heavy metal biomonitor is important to maintain the quality of marine ecosystem waters. Sponges are marine biota that is suitable to be used to monitor heavy metals because they are sessile filter feeders. Research regarding Cd and Zn analysis in Petrosia ficiformis sponges in the depth of 10 m and 20 m have been done in Pramuka Island. P. piciformis is a species of sponge that can be found in different depths. Analysis of Cd and Zn metals on water samples and environmental parameter data was also carried out to support the research data. Water samples and P. ficiformis were analyzed using the ICP-OES tool. The concentration of Cd and Zn metals in water samples at a depth of 20 m (56,82 ± 3,71 ppb and 313,92 ± 300,01 ppb) was higher than that of 10 m (54,14 ± 1,39 ppb and 132,88 ± 48,78 ppb). The concentration of Cd in P. ficiformis at 10 m (3.394,52 ± 982,69 ppb) was higher than that of 20 m (3.339,98 ± 740,69 ppb). Meanwhile, the concentration of Zn in P. ficiformis was higher at 20 m (52.831,90 ± 13.406,37 ppb) than that of 10 m (41.503,35 ± 13.636,58 ppb). The results showed that the mean concentrations of Cd and Zn metals in water samples were significantly different at 10m and 20m depths. Meanwhile, the concentrations of Cd and Zn in P. ficiformis at a depth of 10m and 20m were not significantly different.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Padmono
Abstrak :
Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji kemungkinan pemanfaatan besi spons halus limbah proses reduksi langsung (direct reduction) menjadi komponen logam industri melalui teknik metalurgi serbuk. Untuk membuat produk melalui teknik metalurgi serbuk, diperlukan bahan baku berupa serbuk besi. Serbuk logam ini dibentuk menjadi bahan konstruksi dalam suatu cetakan dengan proses penekanan (dingin). Penekanan dilakukan secara hidraulik. Produk hasil penekanan diberi perlakuan panas pada suhu tinggi, tetapi masih dibawah temperatur lebur logam, yang disebut sebagai proses penyinteran. Bentuk partikel serbuk besi spons giling ini berupa granular sedangkan ukuran dan distribusi partikel hasil penyaringan diambil ukuran dibawah 100-mesh (-150 mikron) yang baik dalam teknik metalurgi serbuk. Penekanan dilakukan dalam cetakan silinder berdiameter 25 mm dengan tekanan 3,37; 4,72; 7,08 t/cm2 , kemudian diberikan penyinteran pada temperatur 850; 950; 1050 ° C Hasil penekanan dan penyinteran tersebut mempunyai nilai kekerasan antara 45 - 60 HRB pada densitas 4,4 - 4,9 gr/cc atau 56 - 62,5 %. Struktur mikro yang didapat berupa perlit yang berbatasan dengan pori-pori.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susila Windarta
Abstrak :
Penelitian ini berhasil mengembangkan dua permutasi baru, yaitu Modified-SATURNIN yang dihasilkan dari modifikasi permutasi pertama pada komponen supers-box, dan permutasi WSR berbasis block cipher SIMON-like. Kedua permutasi ini memiliki ketahanan yang baik terhadap kriptanalisis diferensial dan linier. Tiga fungsi hash ringan baru, yaitu ALIT-Hash, TJUILIK-Hash, dan WSR-Hash, diusulkan dalam penelitian ini. ALIT-Hash berbasis algoritma block cipher SATURNIN dan mode operasi Beetle. TJUILIK-Hash adalah fungsi hash berbasis Modified-SATURNIN dengan mode operasi Beetle. WSR-Hash menggunakan permutasi WSR dengan mode spons. Ketiga fungsi hash ini memiliki ketahanan yang baik terhadap serangan preimage, second preimage, dan collision. Hasil analisis keamanan menunjukkan bahwa fungsi hash yang diusulkan memiliki tingkat keamanan yang baik dalam hal kriptanalisis diferensial dan linear. Tingkat keamanan diferensial dari TJUILIK-Hash lebih baik daripada ALITHash karena perubahan pada s-box. Dalam uji kinerja, pada perangkat keras Arduino Mega2560 Rev. 3, ALIT-Hash dan TJUILIK-Hash menunjukkan kecepatan eksekusi yang sama untuk semua ukuran byte yang diuji, yaitu sebesar 0,1879-0,188 detik. Namun, keduanya masih kalah cepat dibandingkan dengan beberapa algoritma lain. WSR-Hash memiliki waktu eksekusi sebesar 0,2005 detik untuk data berukuran 1024 byte, 0,0304 detik untuk data berukuran 128 byte, dan 0,0091 detik untuk data berukuran 16 byte. Rerata waktu eksekusi dari ketiga ukuran data adalah 0,0800 detik. Pada perangkat lunak komputer personal 64-bit, ALIT-Hash dan TJUILIK-Hash menunjukkan performa yang cukup baik, meskipun memiliki waktu eksekusi yang lebih lambat. ALIT-Hash memiliki waktu eksekusi rerata 1,814 mikrodetik, sedangkan TJUILIK-Hash memiliki waktu eksekusi rerata 36,007 mikrodetik. WSR-Hash memiliki rerata waktu eksekusi 112,428 mikrodetik untuk 1024 byte, 128 byte, dan 16 byte. Rerata throughput WSR-Hash sebesar 20,243 bit/mikrodetik. Dalam simulasi pada Contiki-NG dan simulator Cooja, ALIT-Hash dan TJUILIK-Hash menunjukkan kinerja yang baik dibandingkan dengan beberapa fungsi hash yang dibandingkan. WSR-Hash juga memperlihatkan performa yang kompetitif dengan throughput sebesar 1.891,34 bit/detik, konsumsi energi sebesar 10,90 mJ, dan ukuran ROM dan RAM yang lebih kecil. Selain itu, ketiga fungsi hash yang diusulkan berhasil lulus pengujian keacakan kriptografis dengan p-value lebih besar dari 0,01. Uji keacakan NIST STS menunjukkan bahwa TJUILIK-Hash berhasil lulus semua pengujian, sedangkan ALIT-Hash hanya gagal dalam subuji overlapping template. WSRHash lulus 15 uji NIST STS. Oleh karena itu, penerapan fungsi hash yang diusulkan ini perlu dipertimbangkan untuk efektivitas biaya dan tingkat keamanannya yang tinggi, yang sangat penting untuk perangkat IoT dengan sumber daya terbatas. ......This study successfully developed two new permutations: Modified-SATURNIN, which is a modification of the first permutation of the super s-box component, and WSR, which is based on the block cipher SIMON-like. Both permutations exhibit strong resistance against differential and linear cryptanalysis. This study proposes three new lightweight hash functions: ALIT-Hash, TJUILIK-Hash, and WSR-Hash. The Alit-Hash algorithm is derived from the block cipher Saturnin and utilizes the Beetle mode of operation. The hash function TJUILIK-Hash is derived from the Modified-SATURNIN algorithm and utilizes the Beetle operation mode. The WSR-Hash algorithm employs the WSR permutation in sponge mode. These three hash functions exhibit strong resistance against preimage, second preimage, and collision attacks. The security analysis indicates that the proposed hash function demonstrates a satisfactory level of security against differential and linear cryptanalysis techniques. The differential security level of TJUILIK-Hash surpasses that of ALIT-Hash due to modifications made to the s-box. Performance tests were conducted on the Arduino Mega2560 Rev. hardware. Both ALIT-Hash and TJUILIK-Hash exhibit consistent execution speeds across all tested byte sizes, averaging 0.1879-0.188 seconds. However, both algorithms are slower compared to specific other algorithms. The execution time of WSR-Hash is 0.2005 seconds for 1024 bytes, 0.0304 seconds for 128 bytes, and 0.0091 seconds for 16 data. The mean execution time for the three different data sizes is 0.0800 seconds. The ALIT-Hash and TJUILIK-Hash algorithms perform satisfactorily on 64-bit personal computer software, although their execution times are relatively slower. The average execution time of ALIT-Hash is 1.814 microseconds, whereas TJUILIK-Hash has an average execution time of 36.007 microseconds. The average execution time of WSR-Hash for 1024 bytes, 128 bytes, and 16 bytes is 112.428 microseconds. The mean throughput of WSR-Hash is 20.243bits/microseconds. In the simulation conducted on Contiki-NG and the Cooja simulator, the performance of ALIT-Hash and TJUILIK-Hash was superior to that of certain other hash functions. The WSR-Hash algorithm demonstrates competitive performance in terms of throughput (1,891.34 bits/sec), energy consumption (10.90 mJ), and smaller ROM and RAM sizes. Furthermore, the three hash functions under consideration have successfully passed the cryptographic randomness test, exhibiting a p-value exceeding 0.01. The NIST STS randomness test indicated that TJUILIK-Hash demonstrated successful performance across all tests, whereas ALIT-Hash only failed in the overlapping template subtest. The WSR-Hash algorithm successfully passed all 15 NIST STS tests. Hence, adopting these suggested hash functions is recommended due to their cost-effectiveness and robust security features, which are vital for IoT devices with limited resources.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rimayanti
Abstrak :
Penelitian eksperimental untuk menguji kekhususan mangsa siput Phyllidia elegans telah dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel dikarantina secara in-situ dengan spons Axinyssa spp. selama 28 hari. Analisis pemangsaan dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis (KLT) dengan membandingkan titik yang muncul pada ekstrak bebas garam siput P. elegans dan spons Axinyssa spp. Hasil analisis KLT menunjukkan bahwa siput P. elegans tidak memangsa spons Axinyssa spp. dalam kondisi kekurangan pangan. Hasil KLT juga menunjukkan bahwa siput P. elegans secara konsisten mengandung amfilekten isosianida yang didapatkan dari spons mangsanya di alam, Dragmacidon sp. ......Field experiment was conducted in order to examine prey specificity of nudibranch Phyllidia elegans in Pramuka Island waters, Seribu Islands, DKI Jakarta. Samples were quarantined by in-situ method with sponges Axinyssa spp. for 28 days. Feeding analysis was done using thin layer chromatography technique by comparing spots between salt-free extract of P. elegans and Axinyssa spp. TLC analysis showed that P. elegans did not feed on Axinyssa spp. under lack-of-food condition. Results of TLC also showed that P. elegans consistently containing amphilectene isocyanide which sequestered from its natural sponge prey, Dragmacidon sp.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1322
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Ikhsani Putri
Abstrak :
Lautan merupakan sumber produk alami yang unik secara struktural yang sebagian besar terakumulasi dalam organisme hidup dimana mereka menunjukkan aktivitas farmakologis yang beragam dan sangat membantu untuk penemuan senyawa bioaktif. Namun studi mengungkapkan bahwa sumber daya alam laut ini belum sepenuhnya dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun data senyawa kimia sebagai dasar pembuatan pangkalan data bahan alam laut. Informasi tentang sifat fisikokimia, farmakokinetika, dan aktivitas biologis dari senyawa-senyawa tersebut akan dikumpulkan dan disusun secara sistematis dalam pangkalan data yang dapat diakses oleh peneliti, ilmuwan, dan pihak terkait lainnya. Parameter sifat  fisikokimia diprediksi menggunakan aplikasi KNIME, parameter ADMET (absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi, toksisitas) diprediksi menggunakan ADMETlab 2.0, dan informasi aktivitas biologis diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data dari sumber-sumber yang terpercaya, seperti jurnal ilmiah. Tinjauan ini merangkum keragaman senyawa-senyawa bioaktif yang diisolasi alga, echinodermata, fungi laut, spons, karang lunak, dan tunikata dengan keragaman struktural yang didominasi oleh senyawa alkaloid, terpenoid, dan fenolik serta merangkum fungsi biologis dari senyawa bioaktif diantaranya sebagai antikanker, antidiabetes, antibakteri, antijamur, antivirus. Harapannya dapat menjadi  sebagai sumber informasi berharga bagi penelitian lanjutan, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang potensi dan aplikasi bahan alam laut serta peluang dalam pengembangan obat. ......The ocean is a source of structurally unique natural products most of which accumulate in living organisms where they exhibit diverse pharmacological activities and are helpful for the discovery of bioactive compounds. However, studies revealed that these marine natural resources have not been fully explored. This study aimed to compile data on chemical compounds as a basis for creating a database of marine natural materials. Information on the physicochemical properties, pharmacokinetics and biological activities of these compounds will be collected and arranged systematically in a database that can be accessed by researchers, scientists and other related parties. Physicochemical property parameters were predicted using the KNIME application, ADMET parameters (absorption, distribution, metabolism, excretion, toxicity) were predicted using ADMETlab 2.0, and biological activity information was obtained using data collection methods from reliable sources, such as scientific journals. This review summarized the diversity of bioactive compounds isolated from algae, echinoderms, marine fungi, sponges, soft corals, and tunicates with structural diversity dominated by alkaloids, terpenoids, and phenolic compounds and summarized the biological activities of bioactive compounds including as anticancer, antidiabetic, antibacterial, antifungal, antiviral. This research is expected to be a valuable source for further research, providing a better understanding of the potential and application of marine natural ingredients as well as opportunities in drug development.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library