Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asmarinah
Abstrak :
Telah. lama diketahui bahwa bpermatogenesis mudah dipengaruiii oleh.kenaikan suhu di sekitar testis, Dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh pemanasan testis in vivo secara berulang dengan menggunakan air terhadap jumlah spermatogonia A dan spermatosit primer pakhiten, yang dilakukan pada mencit n (Mus musculus L.) strain CER« Mencit dibagi dalam 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol tanpa perlakuan apapun, kelompok kontrol dengan perlakuan pembiusan selama 10 menit, kelompok pemanasan. testis 39 °C selama 10 menit, kelompok pemanasan testis 40 °C selama 10 menit dan kelompok pemanasan testis 4I °0 selama 10 menit. Perlakuan-perlakuan tersebut masing-masing diberikan empat kair ulangan dengan selang waktu' sembilan hari di antara tiap ulangan, Setelah empat kali ulangan, mencit ditimbang lalu testisnya diambil dan kemudian ditimbang, Setelah itu testis dibuat preparat histologi, Jumlah; spermatogonia A dan spermatosit primer pakhiten dihitung serta diameter tubulus seminiferus diukur,- Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pemanasan testis in vivo tidak berpengaruh terhadap jumlah spermatogonia A, tetapi berpengaruh terhadap jumlah spermatosit primer pakhiten, Khusus peman-asan testis bersuhu 41° C mempengaruhi berat testis dan ukuran diameter tubulus.seminiferus
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danuta
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh suspensi simplisia kuda laut (Hippocampus kuda Bleeker) terhadap spermatogenesis mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY di Laboratorium Biologi Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI pada bulan Juli--Oktober 2008. Dua puluh empat mencit dikelompokkan dalam 4 kelompok perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdiri dari 6 ulangan. Kelompok kontrol (KK) dicekok dengan minyak wijen. Tiga kelompok eksperimen lainnya (KE 1, KE 2, KE 3) dicekok dengan suspensi simplisia kuda laut dengan dosis berturut-turut 0,2; 0,4; 0,6 g/kg bb/hari selama 36 hari. Mencit dikorbankan pada hari ke-37 dengan cara dislokasi vertebrae servikalis, kemudian dilakukan pembuatan sediaan histologi testis dengan metode parafin. Hasil uji Anava 1-faktor (α = 0,05) menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata terhadap diameter tubulus seminiferus dan berat testis antara kelompok kontrol dengan ketiga kelompok perlakuan maupun di antara kelompok perlakuan. Hasil uji perbandingan berganda (LSD, α = 0,05) terhadap rata-rata jumlah sel spermatogonia A menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara KE 2 (4,67 ± 0,67) dengan KK (3,31 ± 0,51), sedangkan KE 1 (3,88 ± 0,74) dan KE 3 (3,05 ± 0,43) tidak berbeda nyata dengan KK. Hasil uji perbandingan berganda (LSD, α = 0,05) terhadap rata-rata jumlah sel spermatosit pakiten menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara KE 2 (8,23 ± 0,67) dengan KK (6,25 ± 0,87), sedangkan KE 1 (7,14 ± 1,10) dan KE 3 (6,17 ± 0,51) tidak berbeda nyata dengan KK. Hasil uji LSD terhadap rata-rata skor metode Johnsen menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara KK (9,27 ± 0,19) dengan KE 1 (9,55 ± 0,20), KE 2 (9,67 ± 0,18) dan KE 3 (9,54 ± 0,24). Dengan demikian, pemberian suspensi simplisia kuda laut dosis 0,4 g/kg bb merupakan dosis yang paling berpengaruh terhadap spermatogenesis.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S31548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqsha Azhary Nur
Abstrak :
Berbagai produk teknologi berupa alat elektronik yang dipergunakan sehari-hari ternyata mampu menghasilkan medan elektromagnetik dengan frekuensi samgat rendah (extremely low frequency) yang dapat mengganggu kesehatan sistem organ manusia, salah satunya sistem reproduksi. Beberapa penelitian telah membuktikan gangguan pada sistem reproduksi pria dapat memicu terhambatnya proses spermatogenesis sehingga menurunkan produksi sperma. Untuk itu, dilakukan penelitian terhadap salah satu sel pada proses spermatogenesis, yakni sel spermatosit 1 pakiten, dan dilihat pengaruh pajanan elektromagnetik terhadap jumlah sel tersebut. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan melakukan pemajanan pada mencit jantan Strain Webster generasi pertama (F1), kedua (F2), dan ketiga (F3) dengan tegangan 0 kV (kontrol), 3 kV, 4 kV, dan 5 kV. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan jumlah sel spermatosit 1 pakiten pada pemajanan kelompok mencit 3 kV, 4 kV, 5 kV dibandingkan dengan kelompok kontrol (p < 0,05). Pemajanan dengan tegangan 3 kV tidak memiliki efek akumulatif pada generasi pertama, kedua, dan ketiga (p > 0,05). Pemajanan dengan tegangan 4 kV hanya memiliki efek akumulatif pada generasi pertama ke generasi kedua. Pemajanan dengan tegangan 5 kV memiliki efek kumulatif pada generasi kedua ke generasi ketiga. Selain itu, pemajanan dengan tegangan 3 kV, 4 kV, 5 kV berkorelasi sebanding dengan penurunan jumlah sel. Dengan demikian, pajanan medan elektromagnetik ELF berpengaruh terhadap penurunan jumlah sel spermatosit 1 pakiten dan memiliki efek akumulatif pada generasinya.
Many high tech-product electronic devices that is used daily capable on producing extremely low frequency electromagnetic field that could disturb human organ, one of which is reproduction system. Many research has showed that disturbance in male reproduction system could cause impeded spermatogenesis process so as decrease sperm production. This research was done to one of the cell related to spermatogenesis process, which is the spermatocyte 1 in its pachytene stage. Consequently, the effect of the electromagnetic exposure to the quantity of the cell was observed. This experimental research was done by exposing first generation (F1), second generation (F2), and third generation (F3) male Webster strain albino house mouse with 0 kV (control), 3 kV, 4 kV, and 5 kV voltage. The result show a decline in pachytene spermatocyte 1 at the 3 kV, 4kV, 5kV exposure group than the control group (p<0,05). The exposure of more than 3kV did not have accumulative effect on first, second, and third generation (p>0,05). Exposing with 4 kV only has an accumulative effect in the first and second generation. Exposing with 5 kV showed an accumulative effect on second to third generation. Moreover, exposing with 3kV, 4kV, 5kV correlated consecutively with propotional decline in cell quantity. Therefore, ELF electromagnetic field exposure has an effect to decline in pachytene spermatocyte 1 quantity and have an accumulative effect to each generation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library