Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pramety Utami
"Hampir 50% kasus infertilitas disebabkan oleh faktor pria. Infertilitas pria dapat tidak terdeteksi dengan analisis sperma dan mempengaruhi keluaran Teknologi Reproduksi Berbantu. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pemeriksaan untuk meramalkan infertilitas pria. Dengan desain potong lintang dan consecutive sampling didapatkan 2 kelompok subjek, infertil (78 subjek) dan fertil (36 subjek). IFD sperma diperiksa menggunakan metode sperm chromatin dispersion (SCD) dengan kit Halosperm®. Didapatkan nilai median IFD sperma kelompok infertil lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok fertil. IFD sperma juga memiliki AUC yang paling tinggi dibandngkan ketiga komponen analisis sperma (konsentrasi, motilitas, dan morfologi). IFD sperma memiliki nilai diagnostik yang lebih tinggi dibandingkan analisis sperma dengan titik potong optimal 26,1% dengan sensitivitas 80,8%, spesifisitas 86,1%, NDP 92,6%, dan NDN 67,4%.

Almost 50% of infertility are caused by male factors. Male infertility could not be detected by conventional sperm analysis and affect the outcome of Assissted Reproductive Technology. This study aim to develop a method to predict male infertility better. Using cross-sectional design and consecutive sampling, obtained two groups of subjects, infertile (78 subjects) and fertile (36 subjects). Sperm DNA fragmentation index (DFI) was examined using sperm chromatin dispersion (SCD) test by Halosperm® kit. Median value of sperm DFI on infertile group was significantly higher compared to fertile group. Sperm DFI also had the highest AUC compared to the three components of conventional sperm analysis (concentration, motility, and morphology). Sperm DFI had a higher diagnostic value than the sperm analysis with optimal cut-off-point of 26.1% with sensitivity of 80.8%, specificity of 86.1%, PPV of 92.6%, and NPV of 67.4%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Gemilang
"Pendahuluan: Bukti terkini menunjukkan bahwa antioksidan dalam diet dapat bermanfaat dalam mengurangi kerusakan sperma, terutama pada pria dengan tingkat fragmentasi DNA (Deoxyribonucleic Acid) yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara suplementasi antioksidan dan Indeks Fragmentasi DNA (DNA Fragmentation Index/DFI) pada pria infertil.
Metode: Sebuah tinjauan sistematis dilakukan menggunakan basis data online termasuk Pubmed, Science Direct, EBSCO, dan Cochrane sesuai pedoman PRISMA. Kami hanya menginklusi uji coba terkontrol secara acak (Randomized Controlled Trials/RCTs) yang ditulis dalam bahasa Inggris. Populasi target adalah pria infertil tanpa komorbiditas, dengan intervensi berupa suplementasi antioksidan selama minimal 3 bulan.
Hasil: Pencarian awal basis data menghasilkan 447 makalah, di mana 11 makalah disertakan setelah penyaringan abstrak, dan 8 makalah dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif. Hampir semua penelitian menunjukkan risiko bias yang rendah berdasarkan penilaian Cochrane Risk of Bias (RoB). Meta-analisis dari 8 uji coba terkontrol secara acak (RCTs) menunjukkan pengurangan DFI yang tidak signifikan sebesar -1,28% (-3,88, 1,31; p=0,33). Namun, antioksidan tertentu seperti N-Acetyl Cysteine (NAC), asam dokosaheksaenoat (Docosahexaenoic Acid/DHA), dan astaxanthin terbukti efektif dalam mengurangi DFI. Sebaliknya, seng, asam folat, laktolykopen, kombinasi vitamin C dan E, serta vitamin D3 tidak menunjukkan efektivitas dalam mengurangi DFI.
Kesimpulan: Beberapa antioksidan (NAC, DHA, dan astaxanthin) terbukti efektif dalam mengurangi indeks fragmentasi DNA, sementara seng, asam folat, laktolykopen, kombinasi vitamin C dan E, serta vitamin D3 tidak efektif. Diperlukan lebih banyak uji coba terkontrol secara acak dengan jumlah subjek yang lebih besar untuk menentukan efektivitas antioksidan.

Introduction: Current evidence suggests that dietary antioxidants may be beneficial in reducing sperm damage, particularly in men with high levels of Deoxyribonucleic Acid (DNA fragmentation). This study aimed to investigate the association between antioxidant supplementation and DNA Fragmentation Index (DFI) in infertile males.
Methods: A systematic review was conducted using online databases including Pubmed, Science Direct, EBSCO, and Cochrane according to PRISMA guideline. We only included randomized controlled trials (RCTs) in the study that were written in English. The target population was infertile males without comorbidities, and the intervention was antioxidant supplementation for a minimum of 3 months.
Results: The initial database search yielded 447 papers, of which 11 were included after abstract screening, and 8 were considered for quantitative analysis. Almost all studies showed a low risk of bias according to Cochrane Risk of Biasa (RoB) assessments. The meta-analysis of 8 randomized controlled trials (RCTs) showed a non-significant reduction in DFI by -1.28% (-3.88, 1.31; p=0.33). However, specific antioxidants such as N-Acetyl Cysteine (NAC), Docosahexaenoic acid (DHA), and astaxanthin were found to be efficacious in reducing DFI. In contrast, zinc, folic acid, lactolycopene, combination of Vitamin C and E, and vitamin D3 did not show efficacy in reducing DFI.
Conclusion: In conclusion, some antioxidants (NAC, DHA, and astaxanthin) are shown to be efficacious in reducing DNA fragmentation index, while zinc, folic acid, lactolycopene, combination vitamin C and vitamin E, and vitamin D3 are not. More RCTs with larger subjects are needed to determine the effectiveness of antioxidants.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Gemilang
"Pendahuluan: Bukti terkini menunjukkan bahwa antioksidan dalam diet dapat bermanfaat dalam mengurangi kerusakan sperma, terutama pada pria dengan tingkat fragmentasi DNA (Deoxyribonucleic Acid) yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara suplementasi antioksidan dan Indeks Fragmentasi DNA (DNA Fragmentation Index/DFI) pada pria infertil.
Metode: Sebuah tinjauan sistematis dilakukan menggunakan basis data online termasuk Pubmed, Science Direct, EBSCO, dan Cochrane sesuai pedoman PRISMA. Kami hanya menginklusi uji coba terkontrol secara acak (Randomized Controlled Trials/RCTs) yang ditulis dalam bahasa Inggris. Populasi target adalah pria infertil tanpa komorbiditas, dengan intervensi berupa suplementasi antioksidan selama minimal 3 bulan.
Hasil: Pencarian awal basis data menghasilkan 447 makalah, di mana 11 makalah disertakan setelah penyaringan abstrak, dan 8 makalah dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif. Hampir semua penelitian menunjukkan risiko bias yang rendah berdasarkan penilaian Cochrane Risk of Bias (RoB). Meta-analisis dari 8 uji coba terkontrol secara acak (RCTs) menunjukkan pengurangan DFI yang tidak signifikan sebesar -1,28% (-3,88, 1,31; p=0,33). Namun, antioksidan tertentu seperti N-Acetyl Cysteine (NAC), asam dokosaheksaenoat (Docosahexaenoic Acid/DHA), dan astaxanthin terbukti efektif dalam mengurangi DFI. Sebaliknya, seng, asam folat, laktolykopen, kombinasi vitamin C dan E, serta vitamin D3 tidak menunjukkan efektivitas dalam mengurangi DFI.
Kesimpulan: Beberapa antioksidan (NAC, DHA, dan astaxanthin) terbukti efektif dalam mengurangi indeks fragmentasi DNA, sementara seng, asam folat, laktolykopen, kombinasi vitamin C dan E, serta vitamin D3 tidak efektif. Diperlukan lebih banyak uji coba terkontrol secara acak dengan jumlah subjek yang lebih besar untuk menentukan efektivitas antioksidan.

Introduction: Current evidence suggests that dietary antioxidants may be beneficial in reducing sperm damage, particularly in men with high levels of Deoxyribonucleic Acid (DNA fragmentation). This study aimed to investigate the association between antioxidant supplementation and DNA Fragmentation Index (DFI) in infertile males.
Methods: A systematic review was conducted using online databases including Pubmed, Science Direct, EBSCO, and Cochrane according to PRISMA guideline. We only included randomized controlled trials (RCTs) in the study that were written in English. The target population was infertile males without comorbidities, and the intervention was antioxidant supplementation for a minimum of 3 months.
Results: The initial database search yielded 447 papers, of which 11 were included after abstract screening, and 8 were considered for quantitative analysis. Almost all studies showed a low risk of bias according to Cochrane Risk of Biasa (RoB) assessments. The meta-analysis of 8 randomized controlled trials (RCTs) showed a non-significant reduction in DFI by -1.28% (-3.88, 1.31; p=0.33). However, specific antioxidants such as N-Acetyl Cysteine (NAC), Docosahexaenoic acid (DHA), and astaxanthin were found to be efficacious in reducing DFI. In contrast, zinc, folic acid, lactolycopene, combination of Vitamin C and E, and vitamin D3 did not show efficacy in reducing DFI.
Conclusion: In conclusion, some antioxidants (NAC, DHA, and astaxanthin) are shown to be efficacious in reducing DNA fragmentation index, while zinc, folic acid, lactolycopene, combination vitamin C and vitamin E, and vitamin D3 are not. More RCTs with larger subjects are needed to determine the effectiveness of antioxidants.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library