Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Audry Ramadhany
Abstrak :
Ampas kopi adalah salah satu limbah utama hasil penyeduhan kopi dengan berat mencapai 91% berat awal bahan baku kopi. Dengan komposisi lemak sebesar 14,7% di dalam ampas kopi, penanganan serta pemanfaatan limbah ini semakin menarik untuk dilakukan. Estimasi dua parameter proses ekstraksi asam lemak dari ampas kopi dengan CO2 superkritis, yaitu koefisien difusi solut dalam pelarut dan konstanta laju desorpsi, telah berhasil dilakukan dengan menggunakan model difusi bola panas pada temperatur 313 K dan 333K, tekanan 20 MPa, 30 MPa, 40 MPa, dan 50 MPa. Pada model ini, pelepasan asam lemak partikel ampas kopi diasumsikan dengan model desorpsi. Penyelesaian perhitungan model ini dilakukan dengan menggunakan program COMSOL Multiphysics. Pada penelitian ini, nilai koefisien difusi solut yang didapatkan pada tekanan 20 MPa dan temperatur 313 K serta 333 K adalah sama yaitu 1 x 10-10 m2/s, pada tekanan 30 MPa dan temperatur 313 K serta 333 K adalah sama yaitu 1,2 x 10-10 m2/s, pada tekanan 40 MPa dan temperatur 313 K serta 333 K adalah sama yaitu 1,3 x 10-10 m2/s, dan pada tekanan 50 MPa dan temperatur 313 K adalah sama yaitu 1,4 x 10-10 m2/s. Nilai konstanta laju desorpsi yang didapatkan pada tekanan 20 MPa dan temperatur 313 K serta 333 K secara berurutan yaitu 0,35 x 10-4 s-1 dan 0,12 x 10-4 s-1, pada tekanan 30 MPa dan temperatur 313 K serta 333 K secara berurutan yaitu 1,2 x 10-4 s-1 dan 0,9 x 10-4 s-1, pada tekanan 40 MPa dan temperatur 313 K serta 333 K secara berurutan yaitu 11 x 10-4 s-1 dan 9 x 10-4 s-1, dan pada tekanan 50 MPa dan temperatur 313 K yaitu 13 x 10-4 s-1.
Spent coffee grounds are one of the prior wastes from coffee brewing with up to 91% of raw coffee material weight. With a fat composition of 14.7% in spent coffee grounds, the treatment and utilization of this waste is increasingly interesting to do. Estimation of two process parameter of supercritical CO2 extraction of fatty acids from spent coffee grounds, solute on solvent diffusion coefficient and desorption rate constant, has been successfully carried out using hot sphere diffusion models at temperatures of 313 K and 333K, pressures of 20 MPa, 30 MPa, 40 MPa and 50 MPa. In this model, the release of fatty acids from spent coffee grounds particle is assumed by the desorption model. This model calculation is done using the COMSOL Multiphysics program. In this study, the value of solute on solvent diffusion coefficient obtained at 20 MPa, 313 K and 333 K are identical, which is 1 x 10-10 m2/s, at 30 MPa, 313 K and 333 K are identical, which is 1.2 x 10-10 m2/s, at 40 MPa, 313 K and 333 K are also identical, which is 1.3 x 10-10 m2/s, and at 50 MPa, 313 K are 1.4 x 10-10 m2/s. The value of desorption rate constant obtained at 20 MPa, 313 K and 333 K are 0,35 x 10-4 s-1 and 0,12 x 10-4 s-1, at 30 MPa, 313 K and 333 K are 1.2 x 10-4 s-1 and 0.9 x 10-4 s-1, at 40 MPa, 313 K and 333 K are 11 x 10-4 s-1 dan 9 x 10-4 s-1, at 50 MPa, 313 K are 13 x 10-4 s-1.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Xena Ratih Esperanza
Abstrak :
Kebutuhan energi di dunia terus meningkat sementara pasokan bahan bakar fosil terus berkurang dari hari ke hari. Alternatif energi baru dan terbarukan sangat dibutuhkan di setiap belahan dunia. Biogas memiliki potensi besar untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi baru karena kapasitas energi yang dapat dihasilkannya dan juga ramah lingkungan. Sebagai penghasil kopi terbesar ke-4, Indonesia membuang limbah kopi dari sisa pengolahan kopi setiap harinya dalam jumlah yang besar. Telah dipelajari dari berbagai penelitian bahwa limbah kopi dapat dimanfaatkan sebagai sesuatu yang lebih bernilai dengan kemampuannya untuk menghasilkan biogas dengan kandungan metana yang tinggi. Meskipun demikian, limbah kopi memiliki kandungan dinding sel selulosa yang tinggi dan ikatan antara selulosa dan lignin yang akan mengganggu proses degradasi oleh mikroba anaerob dan mempengaruhi produksi metana. Untuk mengatasi masalah ini, cairan rumen sapi digunakan sebagai inokulum untuk meningkatkan efisiensi biodegradasi. Untuk meningkatkan produksi metana, limbah kopi dicerna bersama dengan kotoran dengan empat variasi rasio perbandingan antara limbah kopi dengan kotoran sapi yang berbeda dan empat variasi jumlah inoculum yang dicampurkan untuk mendapatkan variasi optimal dari pencernaan tersebut. Variasi optimal ditempatkan pada tiga suhu berbeda lainnya untuk menentukan suhu optimal untuk produksi biogas. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa perbandingan optimal kotoran sapi dengan limbah kopi untuk menghasilkan biogas adalah 3: 1 dengan rasio substrat terhadap inokulum 1: 1 pada suhu 37.
The demand of energy in the world keeps increasing while the supply of fossil fuel is decreasing day by day. Alternative new and renewable energy is urgently needed in every part of the world. Biogas has a big potential to replace fossil fuel as the new source of energy due to the capacity of energy it can produce and it is environmentally friendly. As the 4 biggest coffee producer, Indonesia disposed a large amount of coffee waste from coffee processing every day, or usually known as spent coffee grounds (SCG). It has been learned from various studies that coffee waste can be utilized as something more valuable by reason of its ability to produce high methane composition biogas. Nonetheless, coffee waste has high cell wall content of cellulose and bonds between cellulose and lignin that would interrupt the degradation process by anaerobic microbes and affect the production of methane. To overcome this problem, cow rumen fluid was used as inoculum in order to increase biodegradation efficiency. To boost the production of methane, SCG was being co-digested with cow manure. It was mixed with four different variations of co-digestion ratio and four different variations of inoculum amount to obtain the optimum variation of the co-digestion. The optimum variation is placed at other three different temperatures to determine the optimum temperature for biogas production. From this research, it was found that the optimum ratio of cow manure to SCG to produce biogas is 3 : 1 with 1 : 1 ratio of substrate to inoculum at 37.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library