Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Ilma Afrilia Riska
"Di alam, emas berasal dari larutan hidrotermal dan diendapkan dalam bentuk endapan epitermal. Struktur berupa patahan berperan penting dalam proses pengendapan mineral emas karena merupakan jalan mengalirnya larutan hidrotermal menuju permukaan. Salah satu metode eksplorasi emas adalah metode gravitasi. Metode ini mengidentifikasi zona mineralisasi emas dari struktur patahan yang ada di daerah penelitian. Pemodelan inversi 3D merupakan salah satu metode dalam gravitasi yang dapat memberi informasi yang jelas pada target survey. Pemodelan tersebut dianggap lebih realistis karena bentuk model geometri dapat disesuaikan dengan bentuk benda sebenarnya di alam dan perhitungannya pun lebih akurat. Penelitian dilakukan berdasarkan hasil survey gravitasi Pongkor yang telah dilakukan oleh PT Antam Tbk. Endapan hidrotermal Pongkor termasuk ke dalam tipe endapan sulfidasi rendah. Pada tipe endapan epitermal sulfidasi rendah, emas diendapkan dalam urat-urat vein yang berasosiasi dengan patahan. Pengolahan data dilakukan dengan analisis derivative, analisis spektrum, dan pemodelan inversi 3D gravitasi. Berdasarkan hasil survey dan olah data, tampak bahwa zona mineralisasi emas berada pada bagian tengah daerah penelitian yang ditandai dengan anomali gravitasi yang tinggi pada struktur patahan. Patahan yang terdeteksi pada zona potensi mineralisasi emas adalah sebanyak 8 patahan. Dari hasil inversi 3D, zona mineralisasi emas tersebut memiliki densitas sebesar 2,8-3,34 g/cc.
In nature, gold are originated from hydrothermal liquid and deposited in epithermal deposit form. Structures such as faults have important role in the process of gold deposition since it is become the hydrothermal flow path to the surface. One of the method that can be used to do gold exploration is gravity method. This method identify the gold mineralization zone from faults on the research region. 3D inversion modeling is one of geophysics method that can give clear information on the target. The modeling can be said more realistic since the geometry model can be fitted with the real condition in nature and the measurement be more accurate. The research is done based on gravity survey result by PT Antam Tbk. Pongkor hydrothermal deposit categorized as epithermal low sulphidation. The processing data is done by do derivative analysis, spectrum analysis, and 3D gravity inversion modeling. Based on the survey result and processing data, gold mineralization zone are at the middle of research region that have high gravity anomaly at the faults. There are eight faults detected at the gold mineralization potential zone. From 3D inversion result, density of the gold mineralization zone is 2,74 3,34 g cc. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67159
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dwintha Zahrianthy
"Dalam akuisisi metode gravitasi penentuan lebar grid merupakan hal yang penting, karena lebar grid ini akan menentukan jangkauan kedalaman benda anomali yang dapat tercapai dan mempengaruhi resolusinya. Jika grid yang digunakan terlalu kecil maka kedalaman penetrasinya tidak akan mencapai target, dan sebaliknya jika grid terlalu besar. Hal ini dikarenakan penetrasinya berhubungan dengan superposisi medan gravitasi dari masing-masing grid tersebut. Spektrum analisis dapat digunakan untuk mengestimasi kedalaman anomali dari suatu data gravitasi. Untuk itu dilakukan simulasi dengan menggunakan data anomali Bouguer sintetik untuk menentukan besar grid yang sebaiknya digunakan (best gridd) dalam akuisisi gravitasi sehingga kedalaman yang dicapai sesuai dengan dengan target anomali yang diinginkan (best grid). Dari hasil analisa spektrum didapatkan bahwa grid yang paling optimal adalah 9% dari target kedalaman yang diinginkan. Kemudian data anomali Bouguer ini diseparasi dengan Polynomial Trend Surface Analysis untuk memisahkan anomali regional dan lokal. Pada grid-to-depth-ratio 9% yang dihasilkan dari spektrum analisis, ditentukan bahwa best order yang direkomendasikan untuk memisahkan anomali regional dan lokalnya adalah orde 2. Jika grid yang digunakan lebih besar, maka kedalamam medan gravitasi yang terukur akan lebih dalam, sehingga orde polinomialnya juga semakin naik, dan sebaliknya. Aturan dalam penentuan hubungan grid, kedalaman dan orde ini akan sangat membantu dalam membuat suatu design akuisisi dan processing dalam survey metode gravitasi.
Gridding is one of important things in the acquisition of gravity method due to its ability in determining the possible depth of anomaly objects and its effect in resolution. The depth of penetration will not be able to reach the target if the gridding range is too small, and vice versa. Because the penetration associated with superposition of gravitational field the grid respectively. Spectrum analysis can be used to estimate the depth of anomaly of such gravity data. As such, the simulation using anomaly Bouguer synthetic data is needed to determine the grid that should be applied in the acquisition (known as best grid), thus the target of depth anomaly can be reached. Results of spectral analysis showed that the most optimum gridd is 9% of the target depth. After that, this Bouguer anomaly is processed by using Polynomial Trend Surface Analysis (Polynomial TSA) to distinguish the regional and local anomaly. On the grid-to-depth-ratio 9% which had been determined by spectrum analysis, the best order which recommended to distinguish the regional and local anomaly is order 2nd. If the grid is used larger then the depth of measured gravitational field will be deeper, thus the order of polynomial will be increased too, and vice versa. This methodology in determining the correlation between gridding and depth will help peoples in designing the better acquisition of gravity survey and its processing."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46673
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library